12. Keterlibatan Pihak Sekolah

24 4 0
                                    

Kelompok pertama gank Antariksa yang beranggotakan Rev, Bryan dan juga Reyhan berjalan mengendap-endap. Di depan sosok terbalut baju hitam sepaha melangkah menguasai jalan. Setiap murid yang berpapasan menunduk takut, gilanya lagi ada yang putar balik lantaran enggan adu pandang dengan sosok cantik mulai menua tapi memiliki tingkat profesional tertinggi sampai tak ada satu pihak berani melawan.

Di balik tembok perlahan Rev keluarkan kepala, mata maut menatap punggung wanita berjalan di koridor."Itu Bu Suzan. Target selanjutnya yang patut kita curigai, dia guru BK kita yang di takuti semua orang. Kasus kematian itu di tutup secara paksa oleh sekolah dan pasti pihak guru banyak yang setuju, bahkan ada yang mengusulkan untuk jangan membawa perkara kriminal ini ke jalur hukum. Tugas kita selidiki Bu Suzan, pastikan apakah dia berada di pihak Pak Sudirman yang kekeuh tidak mau membawa kasus ini pada pihak berwajib atau tidak."

Kepala Reyhan dan Bryan mengangguk.

"Kita ikutin dia." Kaki Reyhan maju paling dulu, perlahan membuntuti Bu Suzan dari jarak jauh. Ekspresi wajah telah di stell sebagus mungkin dalam memainkan peran detektif mematikan atau agent sekolah. Sejengkal tak boleh ada yang tau dan sadar akan pergerakan telah di lakukan.

Bryan dan juga Rev menyusul dari belakang, mereka melangkah di sertai jarak satu meter, seakan-akan semuanya berjalan semestinya.

"Tunggu." Pemuda bermasker hitam mengeluarkan imbauan. Langkah terhenti, tiap mata memandang terkejut.

"Ada apa?" Manik mata Reyhan tatap teman satu grup tiba-tiba menyipitkan mata, memberi tanda jika ada kejanggalan di dalam netra.

"Gue ngerasa Bu Suzan gak mau balik ke ruangannya." Pandangan Bryan tak melepas target terus menjauh.

"Lalu apa yang harus kita lakukan?" Tegang merasuki Reyhan, belum apa-apa ketegangan menyelimuti tubuh, otak terasa susah mengeluarkan rencana.

"Lo sama Rev ke ruangan Bu Suzan, geledah ruangannya. Gue punya feeling sesuatu penting tertinggal di sana. Urusan Bu Suzan, biar gue yang tangani." Sosok bermasker hitam berprofesi sebagai pengintai cukup jenius. Di kepala tercantum banyak tangan kemungkinan menjadi penghambat dari lajunya pemberantasan kriminalitas.

"Oke, gue sama Reyhan akan ke sana. Lo hati-hati." Tepukan mendarat di bahu, Bryan tatap tangan Rev menggunakan tatapan seram, tersemat makna dalam tidak gampang di pecahkan di balik tatapan membuat jantung erotisme tersebut.

Kapten dan koordinasi berlari kencang menjauhi pemuda bermata seram. Dengan tenang mendominasi, Bryan gerakkan kaki mengikuti target kembali. Selama kaki melangkah ke sebelah timur, lama kelamaan tak ada manusia di kanan dan kiri. Hati Bryan makin kuat menyimpulkan jika ada yang aneh dari guru koseling tersebut. Tiba-tiba langkah terhenti, mata memusat pada punggung Bu Suzan yang masuk ke gudang sekolah."Ngapain dia ke sana?"

"Berkas apa itu?" Pikiran serentak curiga terhadap berkas coklat di pegang erat sosok guru tergarang di sekolah."Gue harus cari tau."

Sepelan mungkin kaki melangkah ke samping gudang, sebuah jendela berdebu menjadi titik pemberhentian. Tercetak kerutan di kening Bryan saat melihat sesuatu mencengangkan di dalam."Api? Apa yang di bakar Bu Suzan?"

Mata seram Bryan mengintai dari kejauhan, kobaran api di lantai menimbulkan ragam pertanyaan. Tatapan mata Bu Suzan melihat kosong berkas coklat di lalap habis di depan mata sendiri."Aneh."

Sebuah handphone bercamera tiga keluar dari dalam saku, memotret kejadian penuh teka-teki, lalu secara perlahan Bryan tinggalkan tempat tersebut.

Reyhan dan Rev telah sampai di ruangan Bu Suzan. Pemuda bertopi berdiri di depan ruangan, mata melirik kanan kiri memastikan tidak ada yang mendekat, sedangkan di dalam sosok kapten gank berusaha mencari sesuatu, tiap laci di buka, berkas-berkas bertumpukan di meja di periksa, rak-rak buku di ruangan tersebut tak Rev biarkan lolos."Rev cepetan!"

FatamorganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang