Selamat berlabuh
dalam dunia gelap tanpa
keadilan[CHAPTER 21]
-
-
-
-Ruangan tanpa ventilasi di singgahi seorang gadis dalam keadaan kedua tangan dan kaki terikat tali. Tetesan demi tetesan air mata turun kala usaha melepaskan diri dari jeratan tali tak kunjung berhasil.
"Gue gak mau mati, gue harus pergi. Gue pasti bisa lepas." Tekad mengental seperti darah, pancaran mata penuh ketakutan tapi tak membuat keinginan padam.
Gadis cantik terpelajar berusaha sekuat tenaga memutus tali mengingat diri, tapi kuatnya benda kecil itu membuat tenaga terus berkurang.
"Gue gak bisa kayak gini, gue harus pikirkan cara."
Netra menyusuri sekitar tempat penuh barang-barang bekas. Benda berukuran kecil menempel di kayu menarik perhatian. Gadis itu berusaha bergerak, menggeser kursi yang di duduki, berupaya mendekati paku dengan jarak 1 meter tersebut.
Terdengar suara dari perpindahan lokasi ke titik sumber.
Tap
Tap
TapDerap kaki terdengar mendekat, pergerakan gadis itu lantas di tiadakan. Mata mendelik tajam, kepanikan datang menyelimuti.
Krieet
Sosok berpakaian serba hitam di lengkapi topeng berwarna putih masuk.
Jantung memompa kencang. Berada di satu ruangan dengan sosok yang membawa diri ke tempat suram dengan di sinari cahaya remang-remang adalah hal paling mengerikan.
"Jangan coba-coba kabur!" Peringatan menggelegar di telinga, sosok bertubuh gempal mendekat memberikan ancaman.
Gadis itu terteguk ludah sendiri, wajah perlahan memucat, bibir diam tak beraksi, mata terus menatap perangai buruk seseorang tengah menyembunyikan wajah.
"Jangan berisik, diam dan patuh!" Kecamnya lalu melenggang pergi.
Jantung stetoskop berangsur-angsur lenyap, nafas seakan berhenti berhembus kala berhadapan dengannya.
"Gimana caranya gue bisa kabur? Tali ini susah di lepas, gue harus bisa selamat. Gue gak mau mati di sini." Keringat dingin mengucur di kening, rasa takut dan panik menguliti tubuh. Gadis cantik itu di ambang batas, otak sulit mengeluarkan ide cemerlang.
Tarikan nafas panjang di lakukan, lalu di buang secara perlahan. Gadis itu kembali menggerakkan kursi, gerakannya tak terlalu bertubi-tubi, terlihat memberi jeda demi sosok bertopeng tidak datang kembali. Setelah usaha memakan waktu lama, akhirnya gadis itu duduk membelakangi paku tajam bekas patahan kursi kayu. Tangan terikat tali di gesek ke arah paku, ujung paku yang tajam sesekali menusuk tangan, darah ikut keluar. Perih tak gadis itu pedulikan, ada yang lebih penting dari pada menikmati luka kecil.
Wajah sumringah tatkala tali berhasil putus, segera gadis itu lepaskan jeratan tali yang mengikat kaki. Gadis itu bangun, melangkah perlahan ke arah pintu. Gagang pintu di gerakkan, tapi tak kunjung terbuka.
"Di kunci, gimana caranya gue keluar." Menoleh ke sekitar, ruang untuk melarikan diri tak di temukan. Bibir mulai bergetar, pucat terus melekat kuat menghias wajah.
Mata tak berhenti menjelajah seluruh ruangan, mencari cara untuk keluar. Ruangan tempat diri di sekap tak ada satupun kaca, ruangan itu benar-benar tak membiarkan diri keluar.
Gadis itu melangkah menghampiri benda kecil tergeletak bersama benda bekas lainnya. Panjang benda itu seukuran jari telunjuk. Kaki kembali mendekat pada pintu, menggunakan benda berukuran kecil itu untuk membuka pintu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fatamorgana
Misterio / SuspensoMati di raga yang hidup merupakan fenomena paling menyakitkan yang pernah ada~