Malam mencekam hadir membawa kegelapan. Sinar rembulan enggan berpartisipasi, membiarkan semesta kosong tanpa kilatan cahaya.
Tok
Tok
TokKetukan terdengar jelas di sepertiga malam, arah waktu telah berada di tengah-tengah kegelapan paling pekat. Seorang pemuda, style hitam-hitam, wajah terlapisi masker dan Hoodie menutupi kepala, berdiri di depan pintu rumah bernuasa putih, pagar tinggi serta cctv di kanan kiri.
Tok
Tok
TokDi rasa tak ada jawaban, ketukan kembali di layangkan. Suara ketukan masih sama, nada yang menakutkan di tambah kegelapan menemani.
Tap
Tap
TapTerdengar langkah kaki mendekat. Buru-buru pemuda misterius bersembunyi di antara pot bunga sebelah timur gerbang. Mata menajam, memperhatikan pintu terbuka secara perlahan. Merekah senyum di balik wajah berlapis masker tatkala indera pengelihatan menatap seorang gadis rambut anti badai keluar menggunakan piyama astronot warna dongker.
Celingukan menatap sekeliling tempat yang gelap. Tak ada satupun insan hadir di tengah malam dengan di lantik minimnya cahaya. Gadis bando putih logo beruang terdiam sedikit ngeri saat tak ada tanda-tanda kehidupan diluar rumah. Tubuh rasakan hawa tak nyaman merangkak naik, rasa takut datang kala mata tak melihat keberadaan satpam rumah biasanya berjaga.
Pandangan turun menatap sebuah hadiah paling mewah tergeletak di depan kaki. Sebuah kotak berbentuk segi empat dengan warna merah seperti darah, di hiasi pita merah merona, dan satu yang paling menghentikan jantung. Yakni hadirnya bunga red spider Lily atau di kenal dengan sebutan higanbana yang berarti bunga KEMATIAN.
Glek!
Ludah pahit di teguk, tangan tremor itu meraih kotak, membuka perlahan karena rasa penasaran.
"ARRRRRGHHHH!"
Jeritan di tengah malam terdengar syahdu di telinga sosok yang mengamati dari kejauhan. Tampil rasa puas di wajah ketika menatap gadis itu kocar-kacir memucat melihat kucing menggemaskan bersimbah darah + seluruh anggota tubuh terpisah-pisah.
Sekejap pintu rumah tertutup rapat, tuan putri di rumah tersebut telah lari ketakutan.
Pemuda ber-outfit hitam berdiri tegak."Finis sudah tiba. Bersiap-siaplah."
🎃🎃🎃
SMA Gloriacastra, sekolah termahal di kota Bandung telah ramai di singgahi para pelajar dari berbagai daerah. Teriknya matahari kembali menghidupkan sekolah mati ketika jam pelajaran habis.
Revan Lorenza berdiri di koridor, melihat dari kejauhan kedatangan para pemberantas kasus kematian masih menjadi enigma. Mata menajam, memperhatikan satu persatu orang melangkah menghampiri.
"Hai." Sapa Clara tersenyum manis.
Kening Rev tetap mengerut, tatapan jatuh pada empat orang di belakang Angkasa."Siapa mereka?"
"Anak baru, temannya Angkasa. Mereka akan bantu kita menyelidiki kasus ini." Jelas Clara. Kepala Rev mengangguk-angguk paham.
Lirikan setajam silet mendarat pada wajah-wajah asing empat orang terdiri dari yang mengenakan kacamata seperti Angkasa, ada yang memakai masker, ada pula yang rambutnya di miringkan ke samping, terakhir ada yang menggunakan topi. Penampilan mereka sangat culun, tidak sedap di pandang."Siapa mereka. Kenapa batin gue merasa gak tenang." Batin Steven.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fatamorgana
Misterio / SuspensoMati di raga yang hidup merupakan fenomena paling menyakitkan yang pernah ada~