"Pesanan datang. Nih tuan-tuan dan nyonya-nyonya, selamat makan." Seru Aldo letakkan satu persatu piring-piring di hadapan masing-masing orang.
"Nah kalau begini baru temen gue." Kesedihan di wajah Clara menepi ketika melihat udang keju baru di goreng, kulit keriuknya menarik perhatian, selera makan kembali naik pesat.
"Huuuh dasar lo." Jitak Aldo di kening Clara. Gadis itu tak peduli mengusap sedikit lalu membuka sumpit dan menyantap makanan dengan toping bimsum dan udang keju.
Kepala Steven menggeleng, bibir mengukir senyum melihat perdebatan tak kunjung usai. Sejak pertama kali Aldo datang, di situlah momentum kebisingan mulai tercipta.
Meja nomor 7 terlihat di kelilingi kebahagiaan, banyak pasang mata merasa iri, happynya wajah-wajah duduk di satu meja yang sama menimbulkan keinginan untuk berada di situasi sama pula. Tidak di sangka-sangka, 5 anak tersebut sedang menyembunyikan luka untuk terus terlihat bahagia demi lancarnya rencana.
Sepasang mata tajam membidik salah seorang di meja nomor 7. Tatapan makin lama makin menajam, muncul kilatan dendam menggelora, api panas menyala melengkapi kedua mata.
Orang yang di perhatikan tak sadar, melanjutkan makan dengan senyum merekah beberapa kali.
"Gais gue mau ke toilet bentar, jagain makanan gue. Jangan sampai di makan ulat sawah ini." Toyoran mengenai pemuda sibuk makan di samping.
"Udah lo pergi aja, ke toilet aja pake pamit segala. Kek mau pergi selamanya aja." Usir Aldo tak mengalihkan pandangan, fokus pada makanan.
"Entar gue pergi selamanya baru lo nyesel." Sanggah Clara rasanya ingin melakban bibir love tersebut.
Kepala Aldo geleng-geleng mengejek. Tak Clara gubris, ia pun melangkah keluar dari kantin menuju toilet.
Sebuah toilet perempuan di pijak, kanan kiri sepi tak terlihat manusia berlalu lalang. Clara buka salah satu toilet untuk mencuci muka terasa panas. Berdebat hampir dari pagi sampai ke siang dengan Aldo, sungguh menguras tenaga.
Tisu di ambil, mengeringkan tangan pasca terkena air. Benda berwarna putih telah tak bentuk masuk ke dalam tempat sampah. Tubuh berbalik menghadap pintu, kaki melangkah sebanyak 3 kali, gagang pintu di pegang, lalu di tarik perlahan.
Byuuuur!
Mata otomatis terpejam, merasakan siraman usai pintu terbuka. Perlahan mata hazel terbuka, mengeluarkan tatapan ganas membidik satu persatu orang-orang tanpa dosa tertawa selepas menyiramkan air berbau busuk ke tubuh.
Urat di leher mengencang, tampil tonjolan warna biru di setiap inci badan. Tatapan penuh kekesalan jatuh pada orang-orang tak menampilkan sedikitpun rasa bersalah atas tindakan tidak senonoh.
"Iiiugh busuk. Baunya tuh euugh, kayak bangkai." Mengibas wajah jijik, mata April memandang remeh gadis di terpa ribuan emosi menggebu-gebu.
"Emang dasarnya bangkai, jadi ya wajar kalau bau bangkai." Lontar Laras.
"HAHAHAHA!"
Gelak tawa mengeras, mulut-mulut mengeluarkan suara, mengapresiasi melalui ekspresi menyimpang.
Nafas memburu, naik turun tak karuan, mata makin membesar, menatap tajam 3 wanita bahagia di atas penderitaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fatamorgana
Mystery / ThrillerMati di raga yang hidup merupakan fenomena paling menyakitkan yang pernah ada~