Selamat berlabuh
dalam dunia gelap tanpa
keadilan[CHAPTER 24]
-
-
-
-Hiks hiks hiks
Isak tangis menggema di kegelapan malam bercampur udara sejuk. Seorang gadis cantik meringkuk memeluk tubuh sendiri, wajah pucatnya adalah simbol dari kondisi sejuk yang terlampau pekat. Goresan luka di pipi dan hidung mengeluarkan rasa sakit yang hampir membuat mati saat terkena air. Bibir kebiruan itu bergetar hebat.
"Dingin kak, kak even. Tolongin Vani." Rintihan sendu menyayat hati lepas di keadaan terpuruk.
Menit demi menit kondisi terus berubah, berubah semakin bertambah parah. Setiap kali waktu berlalu, pandangan gadis itu semakin memburam. Dunia kejam perlahan tak lagi jernih untuk di pandang.
"Mereka jahat kak, Vani di siksa. Vani takut." Kata-kata itu bergaung di kosongnya keadaan.
"Tolongin Vani kak, selamatin Vani kak hiks hiks hiks." Tetesan air mata jatuh turun membasahi pipi.
Di malam larut seorang pemuda masuk lewat pintu belakang sekolah. Dengan cepat mendatangi kelas unggulan terletak di pojok selatan, kepala pemuda itu tolah toleh ke sana kemari mencari keberadaan satu insan di tempat sunyi nan gelap.
"Vani, Vani kamu di mana dek." Teriakan keras memantul.
Kelas unggulan itu kosong tak berpenghuni, seorangpun tak tertangkap di netra. Steven di hujam rasa panik, lelaki itu bergerak mencari sang adik di gudang sekolah tempat biasa di mana Vani di sandra oleh teman-temannya, dan Steven selalu datang untuk menolongnya walaupun terlambat. Hal serupa kembali terjadi, sang adik belum pulang ke rumah padahal malam sudah larut.
Gudang sekolah lantai 1 di kunjungi. Kosong menjadi jawaban paling menyakitkan. Steven membuka hp, melacak lokasi sang adik. Lewat bantuan kompas pencarian Stevani di lakukan. Kaki pemuda itu berjalan mengikuti arahan, pergerakannya terhenti di sebuah lorong. Arah kompas mengarah pada tong sampah di samping.
Steven membuka tong sampah itu, apa yang ia pikirkan menjadi kenyataan. Hp Stevani di buang di sana. Tatapan tajam keluar menghias kedua netra, lelaki itu paham di mana adiknya berada hanya dengan melihat lokasi saat ini.
Dengan menahan kesal Steven kembali melanjutkan langkah, mendatangi sebuah toilet umum di lantai 5 yang di sebut-sebut kamar mandi mati.
Tatkala kaki telah tiba di lokasi, suara cicitan air terdengar mengisi kekosongan. Bilik kamar mandi terletak di paling pojok Steven hampiri, tanpa banyak bicara lelaki itu mendobrak.
"VANI!"
Peluh bergerai turun membasahi tubuh, ingatan pahit beberapa tahun lalu terulang kembali, membuat luka lama kembali terbuka. Steven menyandarkan punggung pada tempat tidur di belakang. Degup jantung berpacu kencang, sungguh mimpi itu membuat Steven terperosok kembali ke dalam lembah gelap. Setiap mengingat kejadian buruk yang menimpa sang adik entah mengapa rasa sakit tumbuh pesat di hati.
Bagaimana tidak, saat pintu kamar mandi itu terbuka yang terlihat hanya tubuh ringkih sang adik yang seputih mayat. Hati kakak mana yang sanggup melihat kejadian sadis itu.
Sekuat tenaga gejolak rasa sakit di hati berusaha di netralkan dengan cara diam menenangkan diri. Berusaha mengatur nafas dan memperbaiki suasana hati.
"Stevani Kianzela Nastawara, lo jangan khawatir. Abang lo ini akan berusaha sekuat tenaga untuk membalas rasa sakit yang lo rasakan dulu." Kilat dendam terpancar di netra tajam.
🎃🎃🎃
Di awal pagi yang cerah, tak ada sedikitpun senyum terukir di bibir Steven Kenzuela Nagaswara. Pemuda di kenal dengan kepintarannya duduk diam di dalam mobil. Hampa masih tersirat sempurna, ingatan akan mimpi mengerikan semalam berputar sempurna.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fatamorgana
Mystery / ThrillerMati di raga yang hidup merupakan fenomena paling menyakitkan yang pernah ada~