Meniti kehidupan yang penuh lika-liku tak mudah dihadapi, tantangan selalu hadir sebagaimana episode baru datang menerjang.
Tidak mudah harus menjalani cerita hidup disertai derai air mata. Namun, inilah hidup, sebuah pilihan yang telah diambil. Resiko apa pun harus tetap dijalani, dan tetap berharap diujung sana ada kebahagiaan menyertai.
Itulah yang selalu ditanamkan dalam diri Xiao Zhan, kisah hidupnya memang tidak sama seperti orang lain, di mana dipenuhi suka cita, sedangkan dirinya dilingkupi duka lara.
Bohong jika ia tidak iri melihat banyak pasangan bahagia di luar sana. Sekarang statusnya sudah menjadi istri, bahkan hendak menjadi seorang ibu, tetapi kebahagiaan menghadapi itu tidak pernah dirasakan.
Ia pun harus menyembunyikan keberadaan sang jabang bayi, demi keutuhan hatinya.
Xiao Zhan berbaring di tempat tidur, perubahan pada fisiknya akibat kehamilan di trimester pertama benar-benar berpengaruh.
Lemah, letih, lesu, membuatnya tak bisa bergerak banyak. Xiao Zhan hanya bisa tidur-tiduran, makan pun seadanya, dan berusaha bertahan dari kenikmatan dari calon ibu.
Ia bisa membayangkan bagaimana susahnya sang ibu ketika mengandungnya. Xiao Zhan mengirimkan sepenggal doa dan rasa terima kasih pada mendiang Xiao Jing Mi, begitupula pada sang ayah, Xiao Bao.
Di tengah keheningan malam, Xiao Zhan membuka mata, melirik ke bawah menyaksikan perutnya yang masih rata.
Ia sungguh tidak menyangka jika sekarang di dalam dirinya terdapat kehidupan lain, sebuah nyawa yang tidak pernah diharapkan kehadirannya.
Namun, di balik ketegangan tersebut Xiao Zhan merasa bersyukur sudah dipercayai diberikan anugerah tak ternilai.
Perasaan nostalgia datang, kerindukan akan orang tua pun seketika mengalirkan air mata tak tertahan. Ia menangis dalam diam, sambil mengusap berkali-kali perutnya, mencoba menenangkan diri sendiri.
Akhir-akhir ini homon hamilnya sedang berubah-ubah.
"Mama, Papa... apa aku bisa bertahan? Apa yang harus aku lakukan? Aku juga belum bisa memberitahu Yibo kalau... aku sedang mengandung anaknya," bisik Xiao Zhan, lemah.
Wajah putih itu kian merah menahan kesedihan. Kehampaan tak dapat dihindari, walaupun sekarang ia punya pendamping hidup, tetapi kesepian itu terus saja menghujani.
Ia berusaha keras menangkan diri agar tidak banyak hal dipikirkan. Karena bagaimanapun juga sekarang ada hal lebih penting yang sangat membutuhkannya.
Suara pintu dibuka mengejutkan, Xiao Zhan yang sedang terlentang lalu berbalik memunggunginya dan menutup mata erat.
Sekuat tenaga ia melepaskan beban yang sedari tadi mengganggu, Xiao Zhan tidak mau sang suami mengetahi kegelisahannya.
Tidak lama kemudian, ia merasakan seseorang naik ke tempat tidur, berbaring di sebelahnya lalu memeluk tubuhnya dari belakang erat tepat di atas perut.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMARTA
FanfictionDi saat dua insan saling mencintai, tetapi semesta tidak mengizinkan saling memiliki hanya mendatangkan air mata kesedihan. Lima tahun sudah Xiao Zhan berperan sebagai istri palsu dari seorang casanova Wang Yibo. Terjebak dalam hubungan toxic membua...