🌧️CHAPTER 6🌧️

190 34 10
                                    

Cinta hakikatnya sebuah perasaan tulus hadir pada setiap insan yang melabuhkannya dengan baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cinta hakikatnya sebuah perasaan tulus hadir pada setiap insan yang melabuhkannya dengan baik. Semua orang pasti merasakan perasaan mendebarkan, ingin memiliki seseorang. Namun, terkadang ada yang bisa tereleasisai dan juga semu semata.

Andai takdir tak membawanya ke sebuh muara luka lebam, mungkin tidak menemukan kesabaran seluas samudera.

Hanya hati yang terpilih bisa menjalankan skenario Tuhan luar biasa berliku. Pasti di balik semua luka demi luka yang didapatkan menuturkan pada kebahagiaan.

Itulah yang selalu menjadi pegangan kuat dimiliki seorang Xiao Zhan. Meskipun perjalanan hidupnya tidak semulus orang lain, tetapi ia yakin akan ada suka cita di depan sana.

Ia bertahan sampai detik ini hanya mengikuti arus ke mana membawanya pergi, tetapi tak dapat dipungkiri jika luka ditorehkan sang pasangan hidup semakin hari kian meradang.

Hujan mengguyur ibu kota, kilat saling menyambar menemani kehampaan malam yang kian larut. Angin berhembus menebarkan udara dingin pada setiap jiwa dilanda kegundahan.

Tidak ada yang dapat mengerti bagaimana sakit dikhianati orang terkasih. Rasanya bagikan luka menganga diberi perasan jus lemon.

Perih, pedih, nan sakit menggambarkan perasaan seseorang yang memiliki rasa tulus, tetapi dikhianati secara terang-terangan.

Xiao Zhan dan Wang Yibo saling tatap, dihiasi air mata kesedihan sekaligus tangisan alam menemani dua sejoli di sana.

Ungkapan istrinya barusan terus terngiang dalam pendengaran, Wang Yibo mengepalkan kedua tangan menahan sesuatu bergejolak dalam diri.

"Lantas apa yang kamu inginkan sekarang?" tanya Wang Yibo kemudian.

Mendengar pertanyaan sarat sebuah kesempatan, tanpa pikir panjang Xiao Zhan langsung menjawab, "Aku ingin diakui sebagai pasanganmu yang sah juga... aku ingin tinggal di bangunan utama. Bukankah katamu malam itu... aku istrimu? Iya, itu memang benar, bukan? Jadi, aku pantas menempati bangunan utama."

Sepersekian detik Wang Yibo mencoba mencerna keinginan Xiao Zhan. Entah bagaimana istrinya kali ini terlihat sedikit berbeda.

Seolah ada sesuatu yang sedang Xiao Zhan rencanakan, tetapi ia tidak tahu menahu isi pikiran seseorang.

"Apa yang kamu bicarakan? Bukankah kesepakatannya tidak seperti itu? Kamu ingin tinggal di bangunan utama... kamu ingin menunjukan pada Lusi kalau-"

"Kalau aku memang istri sahmu, Tuan muda Wang Yibo. Apa yang bisa kita tutup-tutupi lagi? Apa kamu pikir menahan diri ketika melihat kalian bersama setiap saat itu mudah?"

"Apa kamu lupa? Kita sudah mengikrarkan janji sehidup semati di hadapan Tuhan. Apa lagi yang bisa kita tutup-tutupi?" sambar Xiao Zhan lagi.

"Sangat tidak mudah, melihat kalian terus bersama. Jadi... biarkan aku tinggal di sana," lanjutnya.

AMARTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang