🌧️ CHAPTER 16🌧️

229 38 14
                                    

Seperti yang sudah direncanakan dari awal, Lusi mulai melancarkan aksi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seperti yang sudah direncanakan dari awal, Lusi mulai melancarkan aksi. Diam-diam ia masuk ke kamar Xiao Zhan, ketika si penghuni sedang keluar.

Sebelumnya, Lusi berpura-pura untuk berlatih harpa di luar rumah, saat mendengar Xiao Zhan juga hendak pergi. Namun, beberapa saat kemudian ia kembali dan sudah mendapati pria itu tidak ada di mansion.

Ia mencari kunci ganda kamar itu di laci lemari sang tunangan sebagai akses ke ruang pribadi Xiao Zhan. Setelah menemukannya, Lusi membuka pintu dan masuk begitu saja.

Kesan pertama yang dirasakan mengenai ruangan itu adalah kerapihan. Di mana Xiao Zhan sangat detail menyimpan barang-barang di tempat seharusnya.

Aroma harum pun seketika menyambut, membuat Lusi diam sejenak merasakan kebersihan dimiliki pria itu.

Sedetik kemudian Lusi sadar dan melanjutkan tujuannya datang ke sana. Ia mulai mencari apa saja yang bisa dijadikan bukti mengenai kondisi Xiao Zhan, ke seluruh penjuru kamar.

Dari lemari pribadi Xiao Zhan, meja rias, kamar mandi, dan sudut-sudut ruangan maupun barang-barang terletak di sana terjangkau olehnya.

Namun, sekeras apa pun Lusi mencari tidak ada barang maupun berkas yang mencurigakan. Semuanya normal, tidak ada tanda-tanda Xiao Zhan mengalami sakit serius.

"Apa benar dia sakit biasa? Kenapa lama sekali? Bukankah kalau demam biasanya sampai dua atau tiga hari? Ini sampai berhari-hari. Aku yakin pasti ada yang disembunyikannya."

Lusi berdiri di ujung kepala tempat tidur sambil berkacak pinggang, bola matanya bergulir, berkeliaran ke mana lagi titik pencariannya berlabuh.

Sampai ketika ia berbalik menghadap tempat tidur, perhatiannya langsung tertuju ke bawahnya. Lusi bergegas menyibakan selimut yang menutupi hingga ke lantai.

Ia merunduk, melihat ke sekitar kolong ranjang lalu mengulurkan tangan, menyapukannya ke permukaan kasur yang terjangkau olehnya.

Ia terus menelusuri hingga tidak lama berselang, tangannya meraba sesuatu yang seolah ditempelkan di sana.

Tanpa menunggu lama, Lusi langsung menarik paksa dan membawanya keluar. Dahi tegas wanita itu langsung mengerut kala melihat logo sekaligus nama rumah sakit di kop surat.

"Jadi, dia sudah pergi ke rumah sakit? Kapan dia memeriksakan dirinya sendiri?" gumam Lusi penasaran, sambil kedua tangan terus bekerja membuka penutup amplop tersebut guna mencari tahu lebih dalam apa yang tersembunyi di sana.

Detik demi detik berlalu, degup jantung Lusi yang semula berdetak normal perlahan-lahan berpacu cepat.

Pikirannya seketika buntu, otak pintarnya berusaha mencerna segala informasi yang masuk ke dalam kepala atas bacaan tertangkap retina.

Mulut ranum itu menganga bersamaan dengan sepasang irisnya terbelalak.

Dipikirkan lebih jauh, apa yang saat ini sedang dirinya baca, tidak masuk akal. Kata demi kata tertuang diselembar kertas menjadi petunjuk mengenai kondisi Xiao Zhan sebenarnya.

AMARTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang