New work

225 49 52
                                    

📼

Suara isak tangis terdengar di kamar itu. Seorang wanita memeluk lututnya seraya menyembunyikan wajahnya untuk menutupi wajah menyedihkan nya. Shella tidak mengerti ada apa dengan emosinya yang begitu berantakan dan mudah sekali sensitif. Red day nya sudah lewat dua hari yang lalu, lantas apa yang membuatnya begitu sensitif.

"Kak?"

Suara itu mengalun memasuki telinganya. Bersamaan dengan langkah kaki yang mendekat, Shella semakin mempererat pelukan di lututnya. Dean berhasil memasuki kamar wanita itu setelah meminta kunci cadangan kepada Rani.

Dean berlutut menyamakan tinggi keduanya. Tangannya perlahan menyentuh kepala Shella dan mengusapnya pelan.

"Kak?"

Belum ada jawaban. Dean menghela nafas gusar melihat Shella yang masih tidak mau menatapnya.

"Sayang?"

Panggilan itu akhirnya keluar dengan lirih membuat Shella mengangkat kepalanya. Wajah sembab yang memerah itu dapat Dean lihat begitu keduanya bertatapan.

"Maaf udah buat kamu nangis... Lagi," lirih Dean seraya menghapus jejak air mata wanita itu.

Shella menggeleng, ini bukan salah Dean. Ini salahnya karena terlalu sensitif dan membuat pertengkaran mereka semakin panjang. Tangisnya kembali pecah membuat Dean panik. Spontan pria itu menarik Shella ke dalam pelukannya.

"Tuntasin dulu nangisnya gapapa..."

Wanita itu membalas pelukan Dean lebih erat. Mengeluarkan semua tangisannya yang menyimpan begitu banyak emosi yang di pendam. Tepukan pelan di punggungnya membuat tangis itu semakin keras.

"Ada aku, gapapa..."

📼

Satu bulan lebih berlalu. Dean dan Shella akhirnya bertunangan sesuai waktu yang wanita itu tentukan. Meskipun sempat ada sedikit masalah, beruntung keduanya dapat menyelesaikan masalah itu tanpa melibatkan orang lain. Yang keduanya butuhkan hanyalah saling terbuka.

Cahaya lampu gedung-gedung kota yang terlihat indah adalah pemandangan yang Dean lihat saat ini. Pikirannya benar-benar di penuhi oleh pekerjaan barunya. Sudah tiga hari dia berkutat dengan urusan kantor, namun dirinya belum juga terbiasa dengan kesibukan ini.

Dean akui, lebih baik berlarian di tengah badai petir untuk mengejar target daripada hanya duduk diam di depan komputer di temani tumpukan berkas yang membosankan. Kalau saja Damian tidak mengajukan syarat tidak akan mengusiknya lagi setelah menurutinya untuk menjadi ahli waris, mungkin Dean akan menolak untuk berurusan dengan kertas-kertas bodoh ini.

"Kenapa gak minta janda lo jadi sekertaris? Kan dia pinter tuh ngurus perusahaan, harusnya minta tolong dia! Bukan malah ngomong ke Opa buat jadiin gue sekertaris, gila!"

"Syukur-syukur lo sepupu gue! Kalau gak udah gue bunuh hidup-hidup!"

Dean mendengus jengah. Pembunuh bayaran di belakangnya itu terus mengomel dan menggerutu sembari mengerjakan pekerjaan yang seharusnya Dean kerjakan. Kemarin, Shella datang ke ruangannya untuk mengantar bekal makan siangnya sekaligus mengajak Dean makan siang bersama.

Tapi begitu pintu di buka, wanita itu malah mendapati Dean tengah duduk berdua dengan sekertaris lamanya yang merupakan seorang wanita. Sebenarnya bukan tanpa alasan Dean duduk berduaan di sofa, sekertaris nya itu habis terjatuh akibat terlalu berat membawa tumpukan berkas untuk di berikan kepada Dean.

Merasa yang menimpa sekertaris nya adalah kesalahannya, Dean memutuskan mengobati kaki wanita itu. Mereka tidak berbincang apapun selain itu, sungguh Dean bersumpah. Tapi Shella marah dan menganggap Dean selingkuh sebelum mendiami pria itu selama sampai hari ini. Bahkan saat Dean mengatakan sudah mengganti sekertaris nya, Shella tetap mengacuhkannya.

"Tumpukan berkas masih bisa di cari solusinya, tapi masalah janda gue yang ngambek gak bisa di cari solusinya!" pekik Dean frustasi.

Reo mendengus mendengarnya. "Lagian siapa suruh lo ngobatin tu cewek? Masih ada karyawan lain di depan, kenapa gak minta dia?" sahutnya.

"Ya kan gue ngerasa bersalah! Lo pikir gue sempet mikirin itu?"

Kekesalan Dean membuat Reo menggeleng pelan. "Emang lo nya bego!" umpat nya seraya menjitak pelan kepala adik sepupunya.

"Emang lo bisa ngurus cewek?! Jomblo gak boleh protes!"

Benar-benar menyebalkan. Pantas saja Shella selalu darah tinggi menghadapi makhluk julid seperti Dean. Reo tidak heran kalau Shella sering ngambek akibat perbuatan tunangannya yang kelewat... Ah, sudahlah! Reo tidak mau pusing.

📼

Ryu sarang as Areo Sanskar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ryu sarang as Areo Sanskar

Jangan lupa vote dan komennya yaw...

Tolong diingatkan apabila ada kesalahan di beberapa bagian!

Terima kasih atas waktunya...

Sampai jumpa lagi~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Berondong? [RORASA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang