🌞

357 46 81
                                    

📼

"Di hukum atau menjadi pelampiasan nafsumu?"

Celetukan Shella menghentikan gerakan Dean. Tatapan kedua bertemu menyiratkan arti yang berbeda. Pria itu termenung merasakan pikirannya mulai kacau. Mungkin efek terlalu banyak minum di rumah Marcel tadi hingga dia tidak bisa menahan diri terhadap Shella.

Melihat Dean yang mulai linglung, Shella mengangkat dagu pria itu menatap ke arahnya. Seringai nakal terukir di wajahnya. Tangannya bergerak melingkar di leher Dean, menariknya mendekat sebelum akhirnya melumat lembut bibir pria itu dengan sensual.

"Bukankah saling memuaskan termasuk dalam hubungan simbiosis mutualisme ini?" bisik Shella di sela ciumannya.

Dean membalas ciuman itu penuh dengan gairah. Nafas keduanya memburu menandakan bahwa mereka mulai terangsang.

"Remas seperti tadi... Aaahh... Yaahhh... Seperti ituhhh..."

Keduanya larut dalam pusaran gairah yang semakin mendominasi. Pinggang Shella bergerak begitu merasakan pergerakan di bawah sana. Tangan lentiknya bergerak turun meremas pelan tonjolan keras di selangkangan Dean.

"Shhh... Berhenti bermain-main nona..." lirih Dean menahan desahannya ketika sentuhan lembut tangan Shella yang mulai masuk ke dalam celana piyama nya.

Wanita itu tersenyum. Bibirnya menciumi rahang tegas Dean yang mengeras menahan diri agar tidak mengeluarkan desahan akibat aksi nakalnya.

"Kenapa? Bukankah kamu ingin melampiaskan nafsumu kepadaku? Biar aku membantumu, baby boy..."

Malam itu berjalan dengan Shella yang memimpin. Wanita itu benar-benar membantu Dean melampiaskan hasratnya. Hanya dengan sentuhan, tidak sampai having sex karena keduanya menganut prinsip 'no sex before married'.

📼

Matahari bersinar cerah pagi ini. Aroma masakan tercium harum menghiasi pagi seperti hari-hari sebelumnya. Di dapur, terlihat sosok wanita cantik tengah memakai apron dengan rambut di cepol. Di telinganya tersimpan airpods yang menghubungkan panggilan dari ponsel.

Fokusnya tertuju pada nasi yang tengah di masak, namun telinganya tetap mendengarkan ucapan sang ayah di seberang sana.

"Buna bilang kalau kamu membawa mantan suami mu ke rumah minggu lalu. Apa kamu sengaja membawanya ketika ayah ada urusan di luar kota? Atau mantan suamimu yang meminta agar dia tidak bertemu dengan ayah saat datang ke rumah? Licik sekali."

Gambaran wajah sang ayah dapat terekam jelas di kepala Shella. Ekspresi muram dan kesalnya dapat terekam dalam bayangannya. Kekehan kecil keluar dari mulut Shella.

"Untuk apa menghindari ayah? Dia sama seperti ayah, hobi membawa senjata tajam kemana-mana. Aku tidak tau kalau ayah sedang di luar kota minggu lalu, mantan suami ku kebetulan kosong jadwal. Jadi sekalian aku mengajaknya datang ke rumah," ucap Shella sembari memasukkan potongan sosis dan bakso ke dalam nasi gorengnya di wajan penggorengan.

"Benarkah? Kalau begitu ajak dia dinner malam ini. Suruh kosongkan semua jadwal sebelum ayah menggantungnya di atas kolam hiu," celetuk sang ayah mengancam.

"Iya... Ayah tenang saja, dia sedang kosong jadwal minggu ini. Aku akan memberitahunya."

"Baiklah. Ayah akan lanjut mengurus sertifikat penjualan ilegal ini ke pihak berwenang lebih dulu supaya bisa ikut dinner dan melihat seperti apa mantan suami yang selalu kamu puji setiap detik itu."

Berondong? [RORASA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang