Ghost in my memories

288 60 101
                                    

📼

Shella mengerjap pelan. Kepalanya terasa begitu pusing akibat terlalu banyak mengonsumsi alkohol. Wanita itu merubah posisinya menjadi duduk bersandar di kepala ranjang. Matanya kembali terpejam, berusaha menetralkan rasa pening yang perlahan memudar.

"Stupid!"

Tangannya meraih gelas air mineral di atas nakas dan meminumnya. Sekelebat bayangan kejadian dimana dia mencium Dean terlintas di benaknya.

"Gak mungkin dia kesini, gue yakin cuma mimpi," gumam Shella lirih.

Memilih mengabaikan kejadian yang di anggap mimpi belaka, Shella beranjak dari kasurnya. Perutnya sedikit keroncongan. Dia belum sempat makan malam sebelumnya. Dengan langkah pelan, kaki itu menuruni satu persatu anak tangga.

Jam masih menunjukkan pukul 3 yang pasti Rani masih tidur di kamarnya. Shella sempat tersadar semalam dan melihat Rani tengah menggantikan pakaiannya yang cukup terbuka dengan piyama tidur. Ketika sampai di meja makan, ada sebuah note kecil di sana.

Non Shella kalau lapar lauknya di kulkas, tinggal panasin. Kalau butuh apa-apa, telpon ibu aja atau pak satpam. Jangan masak mie, awas aja ibu sita nanti mie instan nya kalau kamu ngeyel!

Shella terkekeh kecil membaca isi tulisan di note tersebut. Dia pun melakukan sesuai pesan yang tertulis di sana. Sembari menunggu lauknya kembali hangat, Shella kembali menidurkan kepalanya di meja makan.

"Gak pernah gue mikirin cowok seribet ini, sekali kepikiran malah sama yang brengsek modelan Dean," gerutu Shella frustasi sebab wajah pria itu selalu menghantui pikirannya sejak keduanya pisah tempat tinggal.

Dalam kamus seorang Shella Caroline, tidak ada yang namanya cinta. Wanita itu menekankan prinsip kalau cinta hanyalah perasaan rumit yang merepotkan dan membuang waktu. Itu terbukti ketika dia mendengarkan setiap keluh kesah Aprilia tentang tunangannya yang dulu.

Temannya itu bahkan menghabiskan stok tisunya selama satu bulan ketika menceritakan pria yang menyakitinya itu. Tidak tahan dengan temannya yang terus menangis setiap kali datang ke rumah, Shella mengusulkan kepada Aprilia untuk membunuh tunangannya saja daripada terus menangis seperti gembel.

Shella bukan tipe psikopat seperti Aprilia, dia hanya memberi temannya usulan. Awalnya Aprilia menolak dan mengatakan kalau Shella tidak mengerti apa yang dia rasakan, karena itu dia dengan mudah menyuruh Aprilia membunuh tunangannya. Kesal di katai seperti itu, akhirnya Shella memutuskan putus komunikasi dengan Aprilia dan mengganti posisi Aprilia sebagai sekretaris nya dengan orang lain sampai Aprilia melakukan sesuai sarannya.

Aprilia yang memang tidak bisa berlama-lama di acuhkan oleh Shella memilih membunuh tunangannya. Mendengar kabar itu, Shella tersenyum senang merasa usulannya di pakai oleh sang sahabat.

"Maaf, kak..."

Masih dengan mata terpejam, Shella mengernyit mendengar suara Dean yang terdengar jelas. Wanita itu menggeleng pelan sesekali memijat pelipisnya. Rasa pening kembali menghantam kepalanya.

Berondong? [RORASA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang