19. Infus lepas

26 2 0
                                    

Kini waktunya makan malam. Jay menyuruh Mahen untuk membeli makanan untuk mereka, karena Livi tidak mau makanan rumah sakit, ia merengek menolak setiap menu makanan rumah sakit yang di tawarkan.

"Aku cuma sakit kepala mas, kenapa dilarang makan makanan luar?" kesal Livi.

"kamu belum bisa makan yang aneh-aneh sayang... dokter-nya larang." sebisa mungkin Jay menjelaskan pada istrinya tersebut.

"Terserah deh" Livi memalingkan muka cemberutnya dari Jay.

Jay mendekat pada istrinya tersebut, entah apa yang membuat Livi sangat sensi padanya sedari tadi.

"sayang... jangan marah lagi dong, kan udah di beliin makanannya." ujar Jay.

Livi kembali menghindar dari Jay hingga tali infusnya terlepas.

"sssh" ringis Livi. Jay panik dan kembali mendekat pada Livi.

"sayang..." desis Jay. Jay tak suka dengan perilaku Livi yang membahayakan dirinya sendiri.

Jay menyuruh Bodyguard yang ada di depan untuk memanggil dokter atau perawat membenarkan infus Livi. Jay kembali masuk ke dalam ruangan dan duduk di samping Livi yang sibuk dengan tangannya uang keluar darah akibat terlepasnya infus.

Jay hanya diam, namun diamnya itu lebih seram daripada Jay yang mengomel.

Livi menghela nafas, melirik pada suaminya dengan wajah memelas.

"mas... maaf..." sesalnya. Ia paham marahnya Jay, namun ia juga takut dengan Jay yang sekarang.

Jay menoleh pada Livi, menatap Livi dengan diam, sorot matanya nampak dingin.

"Maaf..." Livi menunduk tangannya saling memilin satu sama lain.

Jay menghela nafas, merengkuh pinggang istrinya dan mencium puncak kepalanya.

"Jangan lakukan itu lagi sayang..." ucap Jay. Livi mengangguk.

Bodyguard datang dengan seorang perawat yang akan membenarkan infus Livi.

"permisi... saya datang untuk memasang infus" Livi duduk diam di atas brangkarnya saat perawat tersebut memasang infusnya. Setelahnya perawat tersebut pergi dari sana.

"masih sakit?" tanya Jay memegang tangan Livi yang tadi sudah di pasangkan infus.

"emm" Livi mengangguk lucu. Jay mencium tangan tersebut.

"sudah sembuh?" tanya Jay pada Livi yang wajahnya sudah merah tersipu malu.

Jay terkekeh dibuatnya, mencium seluruh permukaan wajah Livi.

Dua Bodyguard yang sedari tadi berjaga di dalam ruangan memalingkan muka dengan wajah memerah.

"kapan aku akan menikah?" gumam salah satu bodyguard.

Seorang dokter yang sebelumnya ingin masuk juga tidak jadi saat melihat dua pasangan yang sedang bermesraan di dalam.

"untuk apa aku kerja lama-lama jika dengan satu kecupan saja sakitnya hilang" kesal sang dokter.

Jay dan Livi akhirnya memutuskan untuk makan karena Mahen sudah datang dengan makanan mereka.

Jay menyuapi istrinya makan, interaksi mereka menjadi tontonan bagi beberapa perawat yang sedang menyiapkan kamar Inap Livi.
Bodyguard bahkan dokter juga.

"Mas. Al mana?" Tanya Livi.

"Al di rumah sayang, aku gamau bawa dia ke rumah sakit karena gak baik buat kesehatan" ujar Jay.

"Tapi, aku kangen Al..." Livi cemberut. Jay kembali menahan kedutan di bibirnya, istrinya selalu imut di matanya.

"Mau vidio call?" Tanya Jay. Ia rasa Al juga rindu dengan mamanya ini. Sedari pagi Livi tidak ada di rumah, anak itu pasti mencari ibunya.

Panggilan tersambung, pada ponsel bodyguard Al. Bima.

"Berikan ponselnya pada Al, bim." Ucap Jay. Bima paham dan memberikan ponselnya pada Al.

"Mama...!" Suara Al terdengar, wajahnya terpampang jelas pada layar ponsel tersebut, ada bekas air mata dan ingus di wajahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Between Time And Him /Liviana Live TwoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang