Izuku akhirnya kembali ke asrama UA. Tubuhnya penuh dengan perban dan balutan luka akibat penculikan yang ia alami . Meski wajahnya tampak letih, ada senyuman tipis yang mencoba ia tunjukkan untuk menenangkan teman-temannya.Di pintu masuk, anak-anak gadis dari kelas 1-A sudah menunggu dengan wajah penuh kekhawatiran. Ochako adalah yang pertama berlari ke arahnya, diikuti oleh Tsuyu, Jirou, dan Momo serta siswi yang lain.
"Izuku!" panggil Ochako dengan nada panik. Ia langsung menghentikan langkahnya beberapa meter di depan Izuku, takut menyentuhnya dan membuat lukanya semakin parah. "Kau... Kau baik-baik saja? Apa lukamu masih sakit?!"
Izuku mengangguk pelan, mencoba tersenyum meski tubuhnya terasa berat. "Aku baik-baik saja, ochaa-kun. Maaf telah membuat kalian semua khawatir."
Namun, kata-katanya hanya membuat Ochako mulai menangis. "Bagaimana kau bisa berkata seperti itu?! Kami seharusnya ada di sana untuk melindungimu! Tapi kami... kami bahkan tidak tahu kau diculik sampai semuanya terlambat!" Ochako terisak, air matanya mengalir tanpa henti.
"Midoriya..." Tsuyu memanggilnya dengan suara pelan, mencoba menenangkan Ochako namun matanya sendiri berkaca-kaca. "Kau pasti sangat menderita. Aku tidak bisa membayangkan apa yang sudah kau lalui."
Jirou, yang biasanya tenang, kini tampak gelisah. "Aku... Aku merasa sangat bodoh. Kami terlalu sibuk dengan urusan kami sendiri sampai kami bahkan tidak menyadari apa yang terjadi padamu." Ia mengepalkan tangannya, rasa bersalah terpancar dari ekspresinya.
Momo mendekati Izuku dengan hati-hati, matanya penuh dengan rasa bersalah. "Midoriya, kami semua merasa sangat bersalah. Kami tidak mempercayaimu ,bahkan saat Yui memfitnah muuu kami malah percaya padanyaaa... Dan sekarang... semua ini terjadi."
Izuku menunduk, mencoba mencari kata-kata yang bisa menenangkan teman-temannya. "Kalian tidak perlu menyalahkan diri sendiri. Tidak ada yang tahu Yui akan melakukan hal seperti ini. Lagipula, aku yang memutuskan untuk melawan mereka sendirian. Ini adalah pilihanku."
Ochako menggeleng, suaranya semakin parau. "Tapi kami adalah temanmu! Kami seharusnya mendengarkanmu, mempercayaimu! Kami... Kami merasa seperti telah mengkhianatimu!"
"Ochaa-kun aku memaafkan kalian," kata Izuku dengan lembut, meskipun suaranya sedikit gemetar. "Yang penting sekarang adalah kita tahu siapa pengkhianatnya, dan kita bisa bekerja sama untuk memastikan tidak ada lagi yang terluka."
Hagakure, yang sejak tadi terlihat gelisah. Suaranya bergetar saat ia berbicara, "Jika kau memerlukan sesuatu, katakan saja padaku, Midoriya-kun! Aku akan segera membantumu... hiks... gomennasai... hontou ni gomennasai!" Teriakannya pecah oleh isakan tangis yang tak bisa ia tahan lagi.
Mina mengangguk setuju, matanya juga sudah dipenuhi air mata. "Benar, Midoriya-kun... Jangan pernah sungkan pada kami. Kalau ada masalah, tolong jangan dipendam sendiri..." Suaranya semakin melemah saat tangis mulai menguasai dirinya.
Tak butuh waktu lama, suasana berubah menjadi hening, hanya diisi oleh suara isakan tangis yang terdengar bersahut-sahutan. Hagakure, Mina, dan beberapa teman lainnya menangis bersama, saling berbagi rasa bersalah dan kesedihan mereka karena tidak bisa melindungi Izuku.
Tak lama kemudian, para siswa laki-laki bergabung. Iida berdiri paling depan, menundukkan kepala dalam-dalam. "Midoriya! Aku... Aku benar-benar meminta maaf. Sebagai ketua kelas, aku merasa sangat gagal. Aku tidak melindungimu, dan aku tidak bisa memimpin kelas ini dengan baik."
Denki dan Mineta, yang biasanya suka bercanda, kini tampak serius. "Kau benar-benar kuat, Midoriya," kata Denki pelan. "Aku tidak tahu bagaimana kau bisa tetap bertahan setelah semua ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
[Revisi] From Child to Love ||BakuDeku||
Short StoryBakugo terkena satu quirk dari salah satu anggota villain. Teman-teman sekelasnya sedang berusaha mencari penawar nya, Izuku Midoriya akan bertanggungjawab atas bakugo dan menjaganya. mampukah kisah cinta merekaa timbul kembali?? ⚠️Disini Midoriya...