Talu Bertalu

5 1 0
                                    


Talu bertalu-talu,

Genta megah logam tempaan,

dengung agung jajahi kepala meruap semua hingar bingar hasut yang minta dimenangi.


Telingaku tidak tajam,

hanya dengar apa yang mau kudengar acuhkan yang merongrong,

tapi kesejatian benar selalulah mutlak kukenali.


Jadi, kuacungkan jariku sekarang menuding lekat hidung si Pendosa,

Biarpun tetap sumringah dia tertawa sebab sahaya segenap negeri masih tinggikan dirinya.

Rambutnya memang selalu indah berkerlip seperti sinar bulan penuh.

Senyumnya sehangat mentari tapi pasti para Imam Jujur kenali palsunya.


Talu bertalu-talu,

Genta megah logam tempaan,

dengung agung gumam menggumam selisipi bawah sadar mencengkram logika supaya tidak melayang sembarang pada mau kemauan penuh lena.


Tapi, disana, jauh di Jalur-jalur Lama yang pernah jaya,

genta megahnya tergantikan,

menjadi lengking perih Ibu Bumi akibat kembalinya lagi sungai-sungai yang memerah.

Kembali lagi terjadi,

Seperti dulu.

Semenjak dulu.

Semenjak masa sebelum Nabi-nabi berpencaran ke penjuru dunia.

Hanya kembali terjadi lagi.

Seperti dulu saat dengung agung logam tempaan,

belum ditalu bertalu-talu.


*****

PM 17:43

04.12.2024



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 04, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fruits & SeedsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang