Chapter 13

3.3K 596 60
                                    

"Aku perhatian akhir-akhir ini kinerja kamu menurun. Kamu sering ngelamun dan nggak fokus kerja."

Salma memilin ujung appron-nya saat berhadapan dengan Vito. Salma menyadari penuh kesalahan yang ia lakukan akhir-akhir ini.

"Maaf, mas. Aku emang lagi ada sedikit masalah di rumah," kata Salma tak enak hati.

"Tapi harusnya kamu profesional, Sal. Kamu nggak bisa gabungin masalah pribadi kamu ke pekerjaan kamu. Hasilnya nggak akan bagus," kata Vito lagi.

"Aku ngaku salah, Mas. Kejadian ini nggak akan terulang lagi."

"Aku harap ini yang terjadi. Kedepannya, mungkin aku nggak akan bisa mentolerir kejadian seperti tadi lagi." Kali ini Vito memang harus tegas, ia tidak mau hal itu berdampak dengan kenyamanan pelanggan yang datang ke coffee shop-nya.

"Iya, mas. Kejadian tadi pertama dan terakhir," kata Salma menundukkan wajahnya.

"Aku kasih kamu waktu hari ini buat istirahat. Kamu bisa pulang dan tenangin diri kamu. Besok semua harus kembali normal. Atau mungkin aju aku bisa ngasih peringatan keras buat kamu," kata Vito lagi. Ia sebenarnya tidak tega melihat Salma seperti ini. Tapi sebagai Bos, ia harus bersikap profesional dengan menegur Salma saat wanita itu melakukan kesalahan.

"Baik, Mas. Maaf udah bikin keributan. Aku permisi."

Salma kembali menundukkan wajahnya dan keluar dari ruangan itu. Di luar ruangan, ia menghela nafas panjangnya dan menyeka air mata yang ada di sudut matanya. Akhir-akhir ini memang sangat berat untuknya, tepatnya semenjak ia menikah dengan Rony.

Salma berjalan ke ruang ganti dan melepas appron-nya. Kepalanya berdenyut tak karuan, ada banyak hal yang ia pikirkan.

"Mau kemana?" tanya Novia.

"Di suruh istirahat sama mas Vito," jawab Salma pelan, hampir tak terdengar.

"Enak banget jadi lo. Kerja bisa sesukanya. Terus yang di suruh lembur gue sama yang lain," cibir Novia.

Salma menghela nafas panjangnya. "Mau gantian sama gue? Gue mau lembur tiap malam daripada harus ketemu tiap hari di rumah yang sama, sama Rony. Mau gantian?"

"Lo kenapa?" Ekspresi wajah Novia berubah menjadi khawatir. "Lo beneran ada masalah sama Rony?"

"Gue nggak bisa cerita sekarang sama lo. Gue perlu berdamai sama diri gue sendiri. Tapi lain kali, gue pasti cerita." Salma mengambil tasnya dari dalam laci. "Gue pulang duluan."

Novia hanya menatap kepergian Salma dengan berbagai pertanyaan di benaknya. Salma tampak pucat dan tidak seperti biasanya. Ia merasa jika Salma tengah menyimpan beban berat yang enggan untuk ia ceritakan.

***

Salma pikir, ia tidak akan bertemu lagi dengan Rony. Namun nyatanya pemikirannya itu salah. Saat keluar dari dalam cafe, Salma langsung berhadapan dengan Rony yang ternyata masih menunggunya. Salma menarik nafas panjangnya dan menghembuskannya perlahan. Rony adalah satu-satunya orang yang tidak ingin ia lihat saat ini.

"Kenapa lo masih ada disini?" tanya Salma.

"Gue belum dapat jawaban dari pertanyaan gue sama lo. Apa yang terjadi tadi malam?"

Salma berdecih. "Make it simple, Ron. Kalo lo nggak ngerasa ngelakuin apapun tadi malam, yaudah. Nggak usah sibuk nyari validitas kayak gini sampai bikin gue hampir di pecat."

"Yaudah lo tinggal berhenti kerja aja," jawab Rony enteng.

"Enak banget lo ngomong," kata Salma menggelengkan kepalanya tidak percaya.

Pernikahan Bayangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang