Chapter 14

3.2K 542 35
                                    

"Lama banget, sih."

Ucapan yang pertama kali Nabila dengar saat masuk ke dalam mobil Rony adalah kalimat menggerutu itu. Nabila tersenyum sinis dan memukul pelan lengannya.

"Lo lagi berantem sama Salma, ya?" tebak Nabila.

Rony terdiam dan menelan salivanya. Sedikit terkejut karena Nabila bisa menebak apa yang terjadi.

"Sok tahu anak kecil."

"Biasanya lo ogah ngajak gue main ke rumah lo. Kenapa tiba-tiba sekarang lo nawarin gue buat nginap disana?"

"Salma yang kangen sama lo. Dia nanyain lo terus," kata Rony ngaco.

"Salma yang kangen atau lo yang butuh bantuan gue?" pancing Nabila lagi.

"Bawel, Nab. Mending diem. Simpan energi lo buat nanti."

Rony pun menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang di jalan raya. Dalam hati, ia bersorak senang karena sebentar lagi ia bisa mencicipi masakan Salma lagi, dan mungkin bisa tidur bersama dengannya. Rony menggelengkan kepalanya saat ia memikirkan 'hal' lain tentang Salma.

Tak lama, keduanya telah sampai ke rumah itu. Rony memencet bel beberapa kali dan mengetuk pintu perlahan. Ia tahu jika ini akan membuat Salma sedikit kesal. Pasalnya, tidak biasanya Rony menggedor pintu seperti ini karena ia juga memiliki kunci rumah.

"Heboh banget, sih. Lo bisa masuk ke rumah tanpa harus gedor-gedor pin..." Salma yang menggerutu kesal dan siap menerkam Rony seketika terdiam kaku saat melihat Nabila berada di depannya. Di samping Nabila, Rony sedang menahan tawanya. "Hai, Nab..."

Nabila menatap Salma dan Rony bergantian dengan kening berkerut. "Kalian..."

"Nggak kok." Salma dengan cepat bisa menguasai keadaan. Ia tersenyum manis dan mengambil alih tas kerja Rony dari tangannya. Ia juga menarik tangan Rony dan menyalimnya.

Rony berusaha menahan tawanya. Tangannya bergerak mengusap rambut Salma yang tertutup hijab.

"Bisa banget ngambil kesempatan." Batin Salma.

"Yes, sejauh ini berhasil." Batin Rony senang.

"Sweet banget sih," puji Nabila. "Kalian kayak gini terus tiap hari?"

"Iya, dong. Iya kan, sayang?" Tangan Rony menyentuh pundak Salma, merangkulnya dan membawanya masuk. "Ayo masuk, Nab. Anggap rumah sendiri. Lo harus terbiasa ngelihat adegan romantis gue sama Salma."

Salma semakin menggerutu kesal tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Salma juga tahu jika kehadiran Nabila ini adalah bagian dari ide Rony. Rony yang meminta Nabila datang ke rumahnya. Tapi untuk apa ia melakukan itu?

"Ini semua ide lo, kan?" bisik Salma pelan.

"Nabila kangen sama lo katanya," jawab Rony pelan.

"Bacot," maki Salma.

Sedangkan Nabila mengambil ponselnya dan memotret saat Rony merangkul Salma lalu mengirimnya kepada Melinda. Di rumah ini, Nabila memang berfungsi sebagai paparazi untuk Melinda.

"Ini tangan lo bisa di lepas, nggak? Gue risih," kata Salma pelan karena Rony tak kunjung melepas rangkulannya. Lagipula, Salma tidak nyaman berada terlalu dekat seperti ini dengan Rony. Ia akan langsung mengingat apa yang terjadi malam itu, dan itu sangat menganggu dirinya.

"Ada Nabila. Kita harus bersikap kayak suami istri pada umumnya," kata Rony.

"Tapi ini berlebihan," kata Salma lagi.

"Nabila bisa langsung ke kamar?" tanya Nabila saat sudah berada di ruang tamu.

Salma dan Rony menghentikan langkahnya. Salma melepas rangkulan Rony dan mendekati Nabila.

Pernikahan Bayangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang