part. 20

231 45 2
                                    

_
_
_

Saat semua berdiri hendak pergi Yoongi menyambar tangan jimin.Gerakan kecil yang tak terlihat oleh orang lain, entah apa tujuan nya Yoongi reflek melakukan itu karna melihat wajah Jimin tidak tenang.

Jimin menoleh sesaat lalu pergi, meninggalkan kantin. Larut dalam fikiran nya di sela-sela celoteh Jungkook yang tak di dengarkan Jimin.

Seharian tak ada pesan dari Jimin. Sore sepulang dari kampus Yoongi langsung kerumah Jimin seperti biasa. Menunggu sampai malam, Jimin tak
juga pulang.

Jimin menerima ajakan Tata untuk bermain game dirumahnya sepulang
latihan. Jimin tak menolaknya karna tak ingin sendirian dirumah dan
memikirkan Yoongi. Sampai cukup malam dan lelah baru akhirnya Jimin pulang. Yakin Yoongi tak akan datang kerumah nya malam ini, bahkan Jimin menahan diri untuk tidak mengirim pesan pada Yoongi sama sekali.

Yoongi membuka pintu, membuat Jimin terperanjat karena tak menyangka Yoongi berada di kamarnya.

"Apa latihannya sampai semalam ini?" tanya Yoongi

"Aku main kerumah Tata, Kupikir hyeong tidak kesini" Jawab Jimin datar sambil berjalan melewati Yoongi dan meletakkan tas nya di meja belajar.

"Udah makan ?" tanya Yoongi yang mengikuti langkah Jimin. Sedangkan Jimin selalu saja menghindari kontak mata dengan yoongi

"Aku gak lapar !" Jawab Jimin sambil menunduk dan seolah sedang sibuk
merapikan buku. Lalu berjalan ke kamar mandi untuk mandi dan juga untuk menghindari Yoongi tujuan utamanya.

Yoongi pindah duduk di sofa dan hanya bisa memandangi punggung Jimin yang berjalan dengan lesu menuju kamar mandi Jimin keluar dari kamar mandi dan langsung berbaring di kasur.

"Ayo tidur" Ucapnya pada Yoongi yang duduk dan memandanginya dari sofa. "Apa kamu gak nyaman aku disini ?" tanya Yoongi menanggapi sikap dingin Jimin. "Haruskah aku pulang ?" lanjut Yoongi karna Jimin diam saja.

"Kenapa sih, ayo tidur. Aku ngantuk" Jawab Jimin pelan.

Yoongi tau Jimin sedang marah, atau setidaknya sedang menyimpan sesuatu perasaan tak enak, tapi dia berusaha diam dan bersikap seolah tak
terjadi apa-apa. Seperti sikap yang sering Jiyoon tunjukkan dan itu membuat Yoongi bereaksi.

Jimin kembali duduk berhadapan dengan Yoongi yang masih duduk di sofa. Menghela nafas dalam, tak ingin berdebat dan juga tak ingin lagi membahas mengenai pertunangan Yoongi.

"Aku bisa jelasin apapun yang kamu tanya, tapi kalau kamu diam aja, aku
gak ngerti. Dan aku gak suka sikap seperti itu". tegas Yoongi.

"Aku memutuskan untuk tidak akan lagi menanyakan masalah pribadi mu, karna sebaiknya aku gak tau" Jawab Jimin.

Jawaban Jimin membuatnya terlihat makin mirib Jiyoon, tidak akan mengatakan dia marah tapi tak bisa menyembunyikan ekspresi tak nyaman nya.

Yoongi terdiam menatap Jimin tajam. Untuk sesaat Yoongi pernah merasa
Jimin laksana obat yang membuatnya nyaman, tapi Jimin yang di hadapannya saat ini adalah fotocopy Jiyoon yang notabene adalah pusat dari semua kekacauan fikiran Yoongi.

Tatapan Yoongi terlihat berbeda, Jimin mulai khawatir. tak mengerti apa yang salah, karna Jimin berfikir kalau dia terlalu ikut campur dengan kehidupan Yoongi malah makin terlihat salah.

"Aku suka kamu yang seperti biasanya, brisik dan mengoceh jika ada yang kamu gak suka. Itu membuat ku nyaman di dekat mu".
"Jimina, aku butuh dukungan mu. Jiyoon selalu ingin memperbaiki semua
yang dia mulai. Ingin aku kembali pada keluarga ku. Ingin aku hidup normal dan lebih baik.bAku sedang mengusahakan nya .."

"Dia yang memulai nya ?. apa maksudnya ?. Kenapa kata-kata mu seolah dia yang salah?" Jawab Jimin.

"Dari awal perasaan nya terasa asing untuk ku. Ini bukan tentang siapa yang salah dan siapa yang memulainya, tapi seharusnya dia tak meninggalkan ku seperti ini".

"Tak tau apa yang dia lewati, apa pun itu pasti sesuatu yang berat sampai memutuskan mengakhiri hidupnya". Jawab Jimin yang mulai emosional.

"Aku Tau. Tapi itu bukan Salah ku, salah dia sendiri yang selalu merasa mampu menghadapinya sendiri" Jawab Yoongi dengan wajah yang sangat emosi, bahkan suaranya sampai bergetar.

Jimin mungkin tak menyadari Yoongi saat ini tidak sedang dalam fikiran yang baik, terbawa suasana yang ber efek emosi atau mungkin akan bereaksi lain seperti pingsan atau histeris jika topik pembicaraan ini tetap dilanjutkan.
Jimin juga terbawa emosi, andai saja Yoongi tau bahwa yang sedang dia
bicarakan adalah kakak yang paling Jimin sayangi.

"Harusnya dia bilang pada ku kalau sering di pukuli di rumah nya. atau
saat eoma ku melempari nya dengan setumpuk uang, atau saat orang suruhan eoma ku menghanjarnya sampai tak bisa bangun. Harusnya dia bilang pada ku !!!". Yoongi mengucapkan nya setengah berteriak dan menangis. Nafasnya mulai tak beraturan.

Jimin tak dapat menahan air matanya mendengar cerita Yoongi yang sama
sekali di luar bayangan nya. Kenapa bisa ada cerita seperti itu, Jimin tak
pernah melihat orang tuanya memukul Jiyoon.

"Aku bisa saja membunuh mereka semua jika tau itu. tak peduli orang tua nya ataupun eoma ku. Tapi kenapa dia selalu datang pada ku dengan senyum seolah tak terjadi apa-apa. Kenapa jadi Salah ku, ini semua salah dia !!!" teriak Yoongi.

Jimin menangis melihat Yoongi, sekaligus menangis untuk Jiyoon, tak menduga masalahnya seberat itu. dibayangan Jimin Jiyoon hyeong yang selalu tersenyum dan memanjakannya. Ternyata dibalik senyum itu banyak luka dan kesakitan yang ia tanggung sendiri.

Yoongi tetap melanjutkan menceracau tentang Jiyoon, meluapkan semua
kemarahan dan mengutuk pilihan Jiyoon yang membuatnya jatuh cinta lalu meninggalkan untuk selamanya.

Jimin tak tahan lagi dan mendekati Yoongi berusaha menenangkan nya.
"udah !!!, udah !!!, udah !!!" ucap Jimin sambil menangis.

"Harusnya katakan apapun itu pada ku". ucap Yoongi yang terus saja mengoceh.

"udah !!!" Jimin tetap membisikkan kata itu untuk jawaban semua yang
dikatakan Yoongi, sampai Yoongi benar-benar tenang dan diam.


- to be continued -

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang