Obsession Series Book 2
WARNING! Rating 22+
Rape, Mature, Angst
🚫Not Children
***
"Aletha, kalau aku tidak bisa memiliki mu. Berarti orang lain pun tidak ada yang bisa memilikimu, termasuk tunangan mu, Orion."
Putus dari hubungan toxic dengan Enzo...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aletha, berhenti minum."
Enzo mengambil gelas berisi alcohol yang ada di tangan Aletha, yang diberikan oleh penduduk local.
Dia mengembalikan gelas tersebut pada wanita yang memberikannya ke Aletha. Dalam bahasa asing dia berbicara, bahwa Aletha sudah mabuk berat dan tak bisa minum alcohol dalam jumlah banyak. Wanita itu mengerti dan meminta maaf.
"Sayang..." Aletha merengek memeluk lengan Enzo dengan manjanya, "bukankah ini malam terakhir kita di New Orleans? Ayolah, aku ingin minum yang banyak sebelum kita kembali kuliah."
Enzo tersentak awalnya, mendengar ucapan melantur Aletha. Sadar akan sesuatu dia pun tersenyum. "Kau sudah tidak bisa minum lagi. Mabuk mu sudah parah."
Saat sedang mabuk berat. Di alam bawah sadar, ternyata yang terpaten di ingatan wanita itu, Enzo masihlah kekasihnya.
Aletha mengerucutkan bibirnya, dia merajuk. "Sudahlah kau ke hotel duluan saja. Aku ingin di sini sampai pagi."
Saat Aletha melepaskan pelukannya pada lengan Enzo dan malah mendorong pria itu agar menjauh. Enzo dengan sigap menggendong Aletha dalam dekapannya.
"Hei turunkan aku!" Dia meronta, meski begitu tangannya tetap mengalung di leher Enzo.
"Tidak. Kalau aku menurunkan mu sekarang. Kau bisa-bisa hilang."
"Aku bukan anak kecil lagi. Kau percaya saja padaku ya?" Mata bulatnya menatap Enzo dengan pandangan seperti anak kucing yang minta dikasihani.
Terlihat menggemaskan sekali bagi Enzo. Membuat Enzo semakin yakin untuk tidak menuruti keinginan wanita itu ketika sedang mabuk.
"Ini sudah lewat jauh dari tengah malam. Kau harus istirahat, kita ke kamar sekarang."
"Aaa! Aku tidak mau!"
Enzo tidak mempedulikan rengekan Aletha, sepanjang jalan menuju kamar hotel berkali-kali dia meminta maaf pada orang yang dilewatinya karena mungkin tangisan Aletha mengganggu dan berkali-kali juga dia menjelaskan bahwa Aletha adalah kekasihnya yang sedang mabuk agar Enzo tidak mendapatkan prasangka buruk.
Beruntung lantai yang dia pesan adalah lantai 2 sehingga tidak butuh waktu lama untuk sampai ke kamar yang di tempati Aletha.
Dia membaringkan tubuh wanita itu di ranjang. Saat itu pula iris mata mereka beradu. Ketika Enzo hendak bangun, Aletha menarik tangan pria itu sehingga Enzo terjatuh di atas tubuhnya.
"Ada apa?" tanya Enzo pelan. Dia menyibakan helaian rambut Aletha yang menutupi wajah cantik itu agar tidak menghalangi pandangannya.
"Kau mau ke mana?" Aletha malah balik bertanya.
"Tentu saja ke kamarku."
"Boleh temani aku sampai aku tertidur?"
Enzo menaikan sebelah alisnya. "Kenapa? Bukannya kau paling takut jika aku melewati batas?"
Tangan Aletha terulur mengusap sisi wajah Enzo. "Padahal hampir setiap hari kita bertemu, tapi aku merasa sangat merindukanmu, seperti sudah bertahun-tahun tidak bertemu."
Enzo yang berusaha mati-matian mengontrol libidonya, sekarang ini dia harus puas dengan hanya mencium bibir Aletha.
"Aku tidak akan pergi selama bertahun-tahun lagi. Kau akan terus bertemu denganku sampai kau muak melihat wajahku."
"Mana mungkin aku muak melihat wajah pria yang aku cintai." Aletha tertawa geli, dia pun memberikan kecupan singkat di pipi Enzo.
"Bolehkah aku mendengarnya lagi?"
"Mendengar apa?"
"Aku ingin mendengar kau berkata, kau mencintaiku."
Aletha yang masih dalam keadaan mabuk, menuruti dengan mudahnya. "Aku mencintaimu, Enzo."
"Aku juga mencintaimu, Aletha. Sangat."
Cukup lama. Enzo berada di ranjang yang sama dengan Aletha, menatap lekat wajah pulas wanita itu. Enzo sampai lupa kapan terakhir kali melihat Aletha nyaman berada di dekatnya tanpa harus terbayang rasa takut dengan apa yang Enzo lakukan padanya.
Tak mungkin berada di ruangan yang sama sampai pagi. Enzo akhirnya meninggalkan Aletha tidur di ruangannya.
Dia kira malam ini akan berakhir dengan damai. Sampai ketika membuka pintu untuk keluar kamar, dia mendapati seorang pria yang memegang cutter seolah ingin menikamnya.
"Wah, coba lihat siapa yang mau membunuhku?" ucap Enzo seraya menutup pintu, tidak ingin membuat Aletha bangun dari tidurnya, "ah ternyata sahabatku sejak kecil yang merebut kekasihku. Hm? Kau tampaknya takut aku mengambil kembali Aletha, sampai menyusul ke New Orleans."
Tangan Orion gemetar karena terlalu kuat menggenggam benda tajam itu. Dia menghela napas sebelum menurunkan tangannya. "Aku akan benar-benar membunuhmu jika kau tidur dengan tunanganku."
"Kau tahu? Yang kau takutkan di sini seharusnya bukan aku yang akan tidur dengan Aletha." Enzo menepuk pelan pundak Orion, dia melanjutkan ucapannya dengan berbisik, "tapi Aletha yang sadar jika sampai detik ini dia masih mencintaiku. Bukankah kau juga sadar Orion?"
***
"Kau sebenarnya minum berapa banyak alcohol?" Hanni memberikan minuman pereda mabuk.
Aletha mengucapkan terimakasih sebelum mengambilnya, dalam sekali teguk dia menghabiskannya. "Aku rasa tidak begitu banyak."
Ingatannya pada kejadian semalam hanya pada sampai di mana dia menerima alcohol dari penduduk local yang ikut menonton karnaval. Kenapa saat pagi hari dia bisa sampai di kamar pun, dia sama sekali tidak tahu.
Saat membuka mata pertama kali yang dia cek adalah pakaiannya, yang patut disyukuri masih utuh. Pikirannya sudah jelek saja karena malam itu bersama dengan Enzo.
Hanni menggeser bangkunya mendekati Aletha, dia berbisik pada teman kerjanya itu. "Ada yang melihat kau di gendong Pak Enzosampai kamar. Pagi ini gossipnya langsung menyebar di divisi kita."
Aletha yang mendengarnya membelalakan mata. Pasti tidak lama lagi dirinya akan di cap murahan karena mendekati presdir baru padahal sudah bertunangan dengan pemilik rumah sakit terbesar di London.
Aletha pun berdalih dengan suara agak keras agar tak hanya Hanni yang mendengar, "semalam aku mabuk berat. Kebetulan saat di bar aku bertemu dengan Pak Enzo, jadi kemungkinan kasian padaku yang tidak sadarkan diri karena mabuk, jadi dia membawaku ke kamar."
"Ah jadi begitu."
Aletha bernapas lega karena lancar sekali mengucapkan kebohongan.
"Permisi Nona," ucap seorang waitress dengan bahasa asing.
Waitress itu membawa cheese cake dan berkata, "ada titipan dari pria baju putih di sana."
Aletha mengikuti arah tunjuk waitress tersebut. Jantungnya terasa berhenti ketika mendapati Orion duduk tak jauh darinya. Dan tunangannya itu memperhatikan tajam Enzo yang tengah melihat ke arahnya.
Hanni kembali berbisik. "Bukankah itu tunangan mu? Aku seperti melihat kisah cinta segitiga di sini."