28. Obsessed

149 4 1
                                    

OBSESSED

Venuskinsa's Obsession Series 2024

Genre : Romance, Angst, Tragedy.

MATURE CONTENT—YOU HAVE BEEN WARNED!

                "Sepertinya hari ini akan turun salju pertama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                "Sepertinya hari ini akan turun salju pertama."

Aletha melepas sarung tangannya saat keluar dari mobil. Tangannya terulur sedikit dengan kepala yang mengadah menatap langit.

"Kalau begitu hari ini kita harus pulang dengan cepat."

Enzo mengunci mobil dengan remote. Dia mengambil sarung tangan yang dilepas Aletha dari saku mantel istrinya, kemudian menggenggam tangan wanita itu dan memakaikan Aletha sarung tangan.

Dia merangkul pinggang Aletha, membawa wanita itu masuk ke supermarket.

Aletha menghela napas pelan. "Untuk apa keluar rumah kalau harus pulang cepat?"

"Membeli bahan masakan."

Aletha meringis pelan. Melirik suaminya dengan pandangan tak yakin. "Kau tahu 'kan aku tidak begitu jago masak? Apa kau punya ekspetasi masakanku sekarang jauh lebih enak dari pada dulu?"

Aletha mengambil troli saat masuk. Tapi Enzo mengambil alih troli tersebut. Kemudian mengambil tas kecil yang Aletha bawa untuk ditaruh ke dalam troli. Seolah tak ingin memberatkan istrinya dalam hal apa pun.

"Bukan begitu." Enzo menggeleng pelan. "Aku tidak masalah kau bisa masak atau tidak. Toh beberapa tahun aku ikut kursus masak lho. Aku jadi jago masak. Semisal kau malas atau tidak bisa sama sekali, aku yang akan memasak untuk mu."

Sudut Aletha berkedut menahan senyum mendengar Enzo yang bercerita tentang sebagian kecil yang dia lakukan.

Jangan lupakan juga ekspresi menyebalkan pria itu yang pamer pengetahuan bahan masakan. Dia mengambil beberapa sayuran, menjelaskannya pada Aletha. Dan berbicara apa yang akan dia olah dengan bahan-bahan yang dia ambil.

Aletha pun berceletuk. "Bukannya percuma kau belajar masak? Kau 'kan orang yang paling malas ke dapur. Bukannya potensi mu akan terbuang sia-sia?"

Enzo mengulum senyum. Dia mengusap pelan puncak kepala Aletha. "Tidak sia-sia. Aku ingin mewujudkan satu persatu hal apa yang pernah kita bicarakan jika kelak kita menikah."

Terlalu banyak pembicaraan antara mereka. Berwisata masa depan, berangan akan menghabiskan sisa hidup berdua ketika belum terikat pernikahan.

Sebagai seorang perempuan. Tentu mudah sekali mengingat dalam jangka waktu panjang mengenai apa yang mereka inginkan satu sama lain. Tidak dia kira, Enzo juga mengingat hal itu.

"Kau ingin masak makanan untuk kita bersama ku 'kan? Aku sampai kursus masak agar makananku tidak mengecewakan mu."

Untuk perihal ini dia sudah tidak heran lagi. Enzo kadang melakukan hal berlebihan hanya untuk dirinya. "Aku kira kau akan mengambil sekolah di Le Cordon Bleu."

Dengan raut wajah cemas dia berkata. "Kau benar-benar ingin aku sejago itu dalam masakan ya? Apa aku perlu-"

"Tidak," potong Aletha secepatnya. Tak perlu mendengar perkataan lengkap Enzo. Sebab dia tahu pikiran gila pria itu. "Kau tidak berniat untuk pendidikan di sana 'kan? Hanya karena omonganku?"

"Tentu saja tidak. Mana mau aku meninggalkanmu. Aku berpikir untuk private masak lagi dengan salah satu chef terbaik."

Aletha menghela napas. "Itu tidak perlu. Kau tahu aku bisa memakan apa pun asal tidak beracun."

Enzo mengambil ikan beku yang berada di sampingnya dan menaruhnya di keranjang mereka.

Aletha mengernyit menatap keranjang mereka yang penuh bahan masakan. "Apa kau berniat untuk tidak keluar selama satu bulan penuh?"

Enzo terkekeh. "Kau itu paling suka makan. Mari kita buat semua makanan kesukaanmu."

***

"Aletha bagaimana-"

Enzo tak melanjutkan ucapannya, matanya terfokus pada istrinya yang tengah sibuk menggoreng ikan dengan jarak yang cukup jauh dari tempat penggorengan di taruh.

Dahi wanita itu berkerut dan memegang spatula seolah itu adalah pedang dan ikan yang di goreng adalah musuhnya.

Bahkan Aletha sama sekali tidak mendengar panggilan dari suaminya sama sekali.

Ini moment yang harus di abadikan.

Enzo mengambil ponselnya. Dia memfoto istrinya beberapa kali tanpa bicara sampai Aletha sendiri sadar dirinya tengah di foto.

Dia menoleh ke suaminya. Wanita itu mengerucutkan bibir, terlihat sangat manis di mata Enzo. Dia kira Aletha akan marah di foto diam-diam olehnya. Tapi wanita itu malah berkata, "bagaimana ini? Aku takut membalik ikannya. Pasti hangus di satu sisi dan tidak bisa di makan."

"Tidak apa-apa sisi lainnya masih dibisa makan. Hangus tidak akan membuatnya beracun." Enzo mengambil spatula yang di pegang Aletha.

Aletha mengekor dibelakang ketika Enzo mengambil alih bagian masakan Aletha. Dia bersembunyi di balik tubuh Enzo dan mengintip ikan yang hangus itu dari balik bahu Enzo.

Lewat ekor matanya dia melihat Aletha meringis dengan raut wajah bersalah. Kepala wanita itu menjadikan bahu Enzo sebagai tumpuan.

"Seharusnya aku mengikuti perkataan mu yang menyuruhku memotong sayuran saja. Ah karena aku, ikan itu tidak bisa dimakan semuanya."

Enzo mengacak puncak kepala Aletha. Dia mencoba menghibur istrinya. "Paling tidak kau tidak terluka. Kau tidak terkena minyak panas 'kan?"

Aletha menggeleng.

"Ayo kita makan. Kau bisa bantu aku menyiapkan makanan?"

"Ah kalau itu biar aku saja. Kau duduk saja di meja makan."

Aletha memegang pundak suaminya, mengarahkan Enzo duduk di meja makan. Cukup melihat istrinya menyajikan makanan yang mereka buat bersama, atau lebih tepatnya yang dibuat Enzo karena Aletha tidak bisa menyelesaikan tiap bagiannya dengan benar.

"Apa kau tidak kerepotan?" tanya Enzo, dia ingin menawarkan bantuan. Tidak nyaman melihat istrinya tampak kesusahan.

"Tidak sama sekali. Jangan mencoba membantuku."

Enzo beranjak dari kursinya, tidak mendengarkan perkataan Aletha dan tetap bermaksud membantu istrinya.

Namun langkahnya terhenti saat mendengar suara bel rumah. Mereka saling beradu pandang. Menerka siapa yang bertamu, padahal belum berkenalan dengan orang-orang dilingkungan ini.

"Sepertinya itu tetangga," ujar Aletha. Wanita itu menaruh piring yang dibawanya di atas meja makan. "Biar aku bukakan."

"Aku saja yang buka pintu."

Enzo bergegas untuk membukanya. Dia tidak punya pikiran buruk sama sekali, sebab yakin orang yang mengenal Enzo ataupun Aletha tidak mengetahui keberadaan mereka di sini.

Dan pikiran positifnya dikalahkan telak, ketika dia membuka pintu dan mendapati seorang perempuan yang menatapnya dengan pandangan marah, tak segan memberikannya tamparan.

PLAK!

"Paling tidak kalau mau kabur beritahu aku sialan!"

Obsessed » Obsession SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang