HUSBAND'S BROTHER (4)

148 5 1
                                    

THIS WORK BELONGS TO INA CARRA (INACARRA)

VOTE DAN KOMEN YANG BANYAK

🔥🔥🔥

Sepanjang siang dan sore, Lyla berusaha menghindari keberadaan kakak iparnya. Tentu saja berhasil karena tidak seperti dirinya yang standby di hotel, lelaki itu bertanggung jawab penuh di lapangan. Ia bahkan sengaja tidak mendekati venue agar tidak perlu saling sapa dengan Andes.

Waktu sudah menunjukkan jam makan malam, setelah memastikan urusannya selesai Lyla memilih segera angkat kaki untuk beristirahat di kamar. Setelah kejadian semalam antara dirinya dan Andes, lalu ia lanjut berjaga di rumah sakit, Lyla sama sekali merebahkan diri di kasur.
Melihat rombongan yang datang satu per satu dari lobby resort dan menuju ke restoran, kesempatannya berpapasan dengan kakak iparnya semakin besar. Lyla belum siap menatap sepasang mata biru tidak tercela milik Andes, berada di satu ruangan yang sama, apalagi jika lelaki itu menunjukkan perhatian seperti semalam. Pegawai yang lain akan curiga.

“Infokan ke Pak Andes, semua administrasi dan persiapan makan malam sudah selesai, rombongan bisa langsung menikmati hidangan.” Lyla memberi perintah pada salah satu pegawainya yang bertugas di meja penerima tamu, “Saya sakit kepala, langsung istirahat di kamar.”

“Ibu sudah makan?” tanya pegawainya tulus.

Lyla menggeleng, “Nanti minta dikirim ke kamar saja. Terima kasih ya.”

Tanpa basa-basi lagi, Lyla beranjak dari restoran untuk segera beristirahat. Langkahnya melewati jalan setapak menuju bungalow tempatnya beristirahat, pepohonan rindang memberi teduh cuaca malam yang hangat. Lampu kecil sepanjang jalan setapak yang temaram menjadi pemandu Lyla menuju kamarnya.
Setelah membuka pintu, ia segera melepas sepatu dan menjatuhkan diri di atas ranjang. Ia terlalu lelah untuk membongkar koper atau membersihkan diri di kamar mandi. Lyla akhirnya terlelap.

***

Bunyi gedoran pelan dari pintu kayu membuat Lyla terbangun, suara yang tidak asing memanggil namanya. Andes. Ia meraih ponsel dan melihat jam, waktu hampir tengah malam.
Dengan setengah sadar, ia menyeret kakinya ke ambang pintu. Lyla tahu kakak iparnya tidak akan berhenti menggedor jika ia tidak segera membukakan pintu untuknya.

“Ada apa?” tanya Lyla lemas seraya menempelkan pipinya ke pintu kamar yang dibukanya setengah. Ia tidak berniat menawarkan lelaki itu masuk ke dalam kamar.

Andes menarik napas lega, “Kupikir pingsan. Kamu baik-baik saja?” Lelaki itu menangkup wajah Lyla dan terlihat khawatir.

Jantung Lyla berdebar, kerongkongannya mendadak kering. Tubuhnya seolah memiliki sinyal khusus jika kakak iparnya berada di dekatnya. Andes selalu membuatnya salah tingkah dan gelisah.

Sepasang mata biru Andes berhasil menghipnotisnya kembali. Mata indah itu terlihat lebih gelap, lebih besar, dan cara lelaki itu mengeraskan rahangnya membuat Lyla penasaran apa yang akan dilakukan Andes padanya.

Andes mendekatkan wajah mereka, entah bagaimana rasa lunglai yang dirasakannya tadi kini sudah berganti menjadi gelegak gairah. Api panas semalam yang belum reda di antara mereka.

Jari lelaki itu membelai dan menyisipkan anak rambut Lyla ke belakang telinga. Telunjuk Andes bergerilya sepanjang kulit tengkuknya, membuat bulu kuduknya meremang, membangunkan hasrat yang berusaha ditekannya seharian.
Dalam cahaya temaram sudut bungalow, Lyla merasa tubuhnya seakan terbakar. Kakak iparnya berhasil membangunkan setiap titik lekuk tubuhnya yang ingin disentuh. Mendadak ia kembali diingatkan pada tujuan utamanya untuk menyelamatkan diri dari Andes.

THE WWG HOLIDAY PROJECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang