THIS WORK BELONGS TO FIELSYA (Fielsya)
VOTE DAN KOMEN YANG BANYAK🔥🔥🔥
Sore itu aku sedang berada di dapur, berniat memasak untuk makan malam. Seperti biasa, walaupun aku bekerja, aku akan tetap memasak makanan dengan menu baru sebelum waktu makan malam tiba. Seperti yang sudah aku katakan, suamiku itu pemilih, dan salah satunya ya ini, dia tidak akan mau makan menu yang sudah disiapkan sejak pagi walaupun sudah dihangatkan. Kalau lagi libur, maka masak tiga kali sehari adalah kewajiban yang tidak bisa dielakkan lagi.
Menu kali ini aku memasak cumi tepung saus asam manis, salah satu menu favorit Lita. Bocah itu sedang bermain bersama Angga di ruang keluarga. Jarak yang tidak begitu jauh, membuatku bisa mendengar gelak tawa mereka. Sisi lain yang sangat aku syukuri dengan keberadaan adik iparku itu. Sejak ada dia, suasana rumah ini nggak lagi mencekam. Selalu ada saja riuh tawa yang terdengar seolah nggak kenal waktu.
Mas Bagas selalu sibuk dengan pekerjaan atau ponselnya. Sangat jarang dia bisa bermain dengan putri kami. Walaupun apa yang diminta Lita selalu dia turuti, dalam hal ini yang berkaitan dengan membeli mainan atau makanan, tetap saja, kan, yang namanya anak, apalagi anak perempuan, butuh yang namanya sosok ayah, bukan hanya sekadar status, tapi perannya juga. Bukannya kata orang, cinta pertama anak perempuan itu adalah ayahnya? Tapi hal itu nggak berlaku untuk Lita.
Jangankan untuk bermain bersama, tiap kali ada pentas atau kegiatan sekolah yang mengharuskan orang tuanya hadir, Mas Bagas selalu acuh. Dia selalu beralasan bahwa dia sedang sibuk bekerja untuk masa depan Lita. Dia nggak peduli apakah anaknya akan menangis di pelukanku karena merasa iri pada teman-temannya yang selalu terlihat akrab dengan papa-papa mereka.Namun, tidak lagi, Angga rupanya bisa mengisi kekosongan di hati Lita. Bahkan, keceriaan putri kecilku itu selalu terpancar tiap kali sedang bersama Angga. Nggak ada lagi keluhan atau rengekan yang kudengar, agar dia bisa menghabiskan waktu luang dengan Mas Bagas.
Hatiku terasa teriris dan bahagia sekaligus. Kadang terbesit dalam benakku, apakah Mas Bagas tidak merasa iri sedikit pun, karena putrinya justru lebih dekat dan cenderung mengandalkan omnya, daripada papanya sendiri? Tapi biarlah ... itu kesalahan Mas Bagas sendiri. Kalau saja dia bisa lebih bertanggung jawab atas perannya, semua ini tidak akan pernah terjadi.
“Kita gangguin Mama aja yuk,” ajak Angga pada Lita.
Aku mengernyit, apalagi tingkah konyol yang akan diperbuat adik iparku ini. Apakah tidak cukup hampir setengah hari tadi dia membuat jantung ini berdetak tak keruan? Tapi, apa dia akan seberani itu menggodaku berlebihan di depan Lita? Sepertinya tidak. Baiklah, antisipasi aja kali ya, pria itu nggak tertebak soalnya.
“Ayo, Om,” sahut Lita.
Seketika suasana menjadi hening. Fokusku seketika terpecah. Beruntung aku sudah koreksi rasa, seenggaknya masakan kali ini nggak akan jadi korban dari kejahilan.
“Apa hayo?” terkaku sambil membalikkan badan tanpa aba-aba.
Sial! Aku berhadapan langsung dengan Angga. Jarak kami justru sangat dekat, bahkan bibir kami nyaris bersentuhan. Kalau saja sebelum aku membalikkan badan, Angga sudah selangkah lebih maju, bukan tidak mungkin ciuman itu akan terjadi.Tangan Angga meraih pinggangku, mendekatkan tubuh kami. Beruntung suara ponsel berhasil menjauhkannya dariku. Dengan cepat aku membalik tubuh, mencari keberadaan HP yang entah kuletakkan di mana.
“Mas Bagas telepon. Bisa aku tebak, dia nggak pulang malam ini, atau ....” Angga menyerahkan ponsel itu tepat di sampingku.
Dengan perasaan gugup, aku langsung meraih benda pipih itu dan berbicara dengan suamiku di seberang telepon sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE WWG HOLIDAY PROJECT
Short StoryThe WWG datang lagi membawa project baru bertema THE WWG HOLIDAY PROJECT. Terdiri dari kumpulan cerita adult romance. Dalam kumpulan cerita ini, kamu akan dibawa ke dalam kisah-kisah romansa yang muncul tanpa rencana, di mana setiap tatapan, setiap...