Chapter 40

57 5 0
                                    

Galaksi  melepas tautan bibirnya. Ia mengatur napas seraya menatap tajam Tari yang sudah ketakutan dengan apa yang ia lakukan. Mereka masih pada posisi yang sama, Galaksi yang memojokkan Tari di pintu mobil dengan kedua tangan yang Galaksi tahan. Lampu mobil yang mati membuat Tari ketakutan karena tidak akan ada yang tahu apa yang mereka lakukan di dalam.

Dalam gelap, kedua mata mereka saling bertemu. Satu menit saling pandang tanpa sepatah kata pun. Mata Tari yang berkaca-kaca, sedang mata Galaksi yang tajam mengintimidasi. 

"Kak Galaksi, lepas. Aku takut." Tari berucap dengan suara gemetar menahan tangis. 

Tangan Galaksi yang menahan kedua tangan Tari mengendur, bukannya menjauh, Galaksi justru menjatuhkan kepalanya di pundak Tari. Sedangkan Tari membatu, ia tidak bebas bergerak. 

Tangan Galaksi turun melingkar di pinggang Tari, ia menarik pinggang Tari untuk dipeluk. Pelukan erat Galaksi membuat Tari senang sekaligus gugup bercampur takut. Perasaannya tidak karuan, perutnya geli, dan jantung Tari tidak berdetak normal karenanya. 

"Kak," panggil Tari lembut. 

Tari merasakan pundaknya basah. Galaksi menangis dalam diam di sana. 

"Kak Galaksi," panggil Tari lagi. Hatinya mencelos karena tahu lagi-lagi Galaksi menangis. Oke jadi siapa yang cengeng di sini? 

"Kenapa pulang dari Singapore gue malah lihat bekas luka baru, Tar?" tanya Galaksi.

"Uh?" 

"Di leher lo ada bekas luka. Di tangan kanan lo juga ada bekas luka. Kenapa bisa gue temuin bekas luka baru? Harusnya cuma ada di pergelangan tangan kiri lo doang, kan?" Galaksi semakin erat memeluk Tari. Ia hampir gila karena menahan pertanyaan itu. 

Tari bingung bagaimana menjawabnya. Alhasil ia diam saja. Tangan Tari perlahan bergerak. Ia membalas pelukan Galaksi. Keduanya berpelukan sangat lama. Tidak ada yang mau melepas. 

"Harusnya nggak ada bekas luka baru. Siapa yang rawat lo? Kenapa dia nggak becus?" 

"Suster nggak salah, Kak. Aku yang salah."

"Suster salah karena dia nggak becus jagain lo. Gue udah bilang, kan? Lo harusnya dirawat di sini. Cuma gue yang becus jagain lo, Tar."

"Kamu khawatir sama aku?" tanya Tari dengan polosnya. 

"Pertanyaan bodoh. Gue nggak harus jawab pertanyaan itu."

Galaksi mengurai pelukannya, ia menatap kedua mata Tari. Ia tidak peduli jika Tari melihatnya menangis lagi dan lagi. Gadis di depannya ini memang bisa melakukan apa pun untuk membuat Galaksi berantakan. 

Tari menangkup wajah Galaksi, ia menghapus air mata yang mengalir di kedua pipi Galaksi menggunakan jempol tangannya. "Kamu udah maafin aku?" tanya Tari. 

"Lo jangan GR dulu, gue masih marah sama lo. Hubungan kita masih belum baik. Lo masih harus berjuang buat bikin gue kayak dulu lagi," oceh Galaksi. Suaranya yang pelan begitu jelas Tari dengar.

"Tapi kamu abis cium aku."

"Ciuman bukan berarti balikan."

"Kok gitu?" Tari tampak tidak terima. 

"Terus kalau kita balikan, lo bisa jamin nggak bakal tinggalin gue lagi? Gue nggak mau hancur buat kedua kalinya." 

"Aku nggak bakal tinggalin kamu lagi, Kak." 

"Gue belum percaya. Lo itu suka nyakitin hati gue, Tar. Mentang-mentang di sini gue yang paling suka lo, lo jadi seenaknya." 

"Aku lebih suka kamu." 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Galaksi: Extraordinary Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang