Chapter 39

47 6 0
                                    

Sudah satu minggu sejak kejadian dimana Galaksi dan Tari berbicara di gudang. Setelah itu, Galaksi tidak masuk kuliah selama beberapa hari karena jatuh sakit. Ia baru sembuh dua hari lalu. Tidak ada yang menjenguknya, lebih tepatnya Galaksi berpesan kepada bundanya untuk tidak membiarkan satu orang pun masuk kamarnya selama ia dirawat. Galaksi tidak mau terlihat menyedihkan karenanya.

Baru saja memarkirkan mobilnya di tempat biasa, Galaksi sudah melihat Tari berdiri di pintu masuk parkir. Bukan percaya diri, tapi Galaksi tahu Tari sedang menunggunya. 

Saat turun dari mobil, dugaan Galaksi benar. Tari berlari kecil menghampirinya dengan senyum yang merekah. 

"Syukurlah Kak Galaksi udah sembuh. Ini aku bawa salad buat Kakak." Tari menyodorkan kotak kecil berpita ke arah Galaksi. 

Galaksi menutup pintu dengan keras, ia menyugar rambutnya ke belakang. Ia menatap Tari yang mendongak menatapnya. Muak sekali sebenarnya, tapi Galaksi tahu Tari juga punya sisi keras kepalanya sendiri. 

"Mau sampai kapan?" tanya Galaksi. 

"Maksud Kakak?" tanya Tari balik. 

"Mau sampai kapan lo belagak semua baik-baik aja? Sadar nggak, sih, kalau kita nggak bisa kayak dulu lagi? Kita udah rusak, Tar." 

Tari tersenyum seraya mengangguk, "Sadar, kok, Kak."

"Terus kenapa masih keras kepala?"

Kali ini Tari menggeleng. Ia juga tidak tahu kenapa ia tidak ingin menyerah dengan Galaksi. Tari juga tidak tahu tujuan ia mendekati Galaksi apa. Balikan? Itu jauh dari pikiran Tari. Gadis itu tidak berharap lebih, ia hanya tidak mau melihat Galaksi terluka saat melihatnya. Tari ingin Galaksi sembuh, sudah. Melihat Galaksi yang menangis dan terluka malam itu, semakin membuat Tari tidak tenang. 

"Mau lo apa sih, Tar? Mau kita balikan? Terus setelah balikan apa gue tanya?" Galaksi melipat tangannya di dada. Ia tampak angkuh.

"Aku terlampau sadar diri, Kak. Aku nggak berharap kita balikan. Yang aku pengen sekarang, Kak Galaksi nggak terluka gara-gara aku. Udah."

"Lawak lo? Dengan kehadiran lo saat ini aja udah ngelukain gue." 

"Sebenci itu kah sama Tari, Kak?" 

"Hm. Benci banget sampe nggak tahu harus ngapain. Atau gue cari cewek lain aja kali, ya, biar lo nggak ganggu gue?" 

Ada perasaan tidak rela di hati Tari saat Galaksi mengatakan hal itu. Tapi ia tidak bisa apa-apa selain menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan raut wajah tidak sukanya dengan ungkapan Galaksi. 

"Emang aku bisa larang kamu? Aku siapa?" balas Tari lesu.

Lo bagian indah dari lembar cerita gue. Bagian favorit yang bahkan belum sempat gue kelarin. Batin Galaksi.

"Tapi, Kak. Di sini sakit pas kamu bilang mau cari cewek lain," tambah Tari seraya memegang dadanya. 

"Terus lo mau gue kesiksa terus gitu?" 

"Bukan gitu juga." 

"Terus maksud lo apa?" 

Tari menggeleng, "Aku bingung. Sama perasaan aku, sama kamu, sama semuanya. Aku juga belum siap kamu sama cewek lain."

"Ya lo cari cowok makanya. Biar kita bisa saling lupa. Gue sama cewek baru gue, lo sama cowok baru lo."

"Nggak ada yang kayak Kak Galaksi."

"Ya jelaslah! Gak ada yang tolol kayak gue. Suka cewek yang bahkan nggak bisa lihat keberadaan dia." Galaksi tersenyum mengejek. 

Galaksi tidak sengaja melihat gelang yang ia berikan dulu kini Tari pakai di pergelangan tangannya. Galaksi mendengus, ia menarik kasar tangan Tari, kemudian melepas gelang itu secara paksa. 

Galaksi: Extraordinary Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang