Memories (a)

541 28 9
                                    


Before..

Bugh!

"Au!" ringis seseorang. Carly menoleh ke bawah "Sorry" maafnya. Mengulurkan tangan untuk membantu seorang wanita yang terjatuh karenanya.

Wanita yang terjatuh mendongakan kepalanya. Deg. Carly mematung.

**

Author Pov.

Carly masih memperhatikan wanita yang berada di bawahnya.

"Bisa kau tolong aku dengan kedua tangan. Aku tidak bisa menopang tubuh ku lebih lama lagi" Carly tersentak. Tas yang ia pegang sudah ia sampirkan sampai pundak, kedua tangan diulurkan kedepan untuk membantu wanita yang terjatuh.

Twins?- batin Carly.

"Hei, kau tak apa?" wanita itu mengibaskan tangannya di depan wajah Carly "Um. Sorry. I'm fine"

"Baguslah. Aku, aku akan pegi. Selamat tinggal" dengan gerakkan reflek, Carly menahan tangan wanita itu.

"Wait. Coffee or tea?" sepertinya Carly tertarik dengannya. Wanita itu tersenyum "Sepertinya coffee lebih baik untuk ku" dengan membawa satu kantung tas brand butik tersebut, wanita itu mengikuti Carly menuju café di dalam butiq.

Sesampainya mereka di café, pandangan Carly mengitari ruangan di café ini. Melihat masih adakah bangku tersisa untuk mereka "Aku menemukannya ayo kita kesana" Carly menggandeng tangan wanita yang ditabraknya.

Pelayan menghampiri mereka yang baru saja duduk. Ketika keduanya menyebutkan pesanan secara bersamaan, pelayan tadi menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Mocca 2 dengan tambahan cream diatasnya. Lebih mudah bukan?" Carly tersenyum menghadap pelayan. Bukan hanya seperti bercermin, tetapi pesanan mereka pun sama.

"Baiklah. Pesanan akan segera diantar" pelayan itu pamit. Pandangan Carly kembali pada wanita di depannya.

"Kita belum berkenalan. Nama ku Carly. Carly Devonne Fellary. Siapa nama mu?" Carly memberikan tanggannya untuk berjabat.

"Cally. Cally Alexa Smith, tapi aku lebih suka memakai nama dari ibuku brown" sang perempuan membalas jabatan Carly.

"Brown? Tapi kau tidak coklat, kau putih" mencoba membuat suasana tidak canggung "Aku mempunyai teman di Phoenix bernama Alexia Black, kau tau, dia tidak hitam. Dia sangat putih, sedangkan teman ku di Santiago bernama Ken White. Kau tau kulitnya sangat coklat, aku menyukai warna kulitnya. Sangat seksi menurut ku" Cally menaik turunkan alisnya.

"Your order mrs" pelayan itu meletakan dua coffee mocca "Ada lagi mrs?" keduanya menggeleng "No thanks"

Keduanya menyesap kopi mereka "Coffee disini menurut penjelasan Demi rasanya sangat lezat. Tapi menurut ku, tidak ada coffee terlezat kecuali coffee luwak. Itu sangat lezat, dan mahal" Carly menghirup aroma coffee tersebut.

"Menurut beberapa orang, aroma kopi sangat menenangkan. Ah bebicara tentang coffee, aku ingin sekali coffee luwak. Tapi sayang, itu hanya di Indonesia. Aku pernah ke negara itu bersama Gemma, tapi aku tidak sempat meminum coffee luwak itu"

Cally hanya menatap Carly dengan senyuman, tidak tau apa yang ingin ia bicarakan. Indonesia, ia pernah mencari tau negara tersebut. Ia ingin sekali kesana. Bisa saja ia kesana, tapi ia tidak mungkin bisa kembali lagi karena kekurangan biaya,

Hi, I'm DemiLovato call you

Suara itu berulang kali memutar. Menandakan sang pemilik suara mencoba menghubungi Carly "Oh, Demi. Maaf aku harus mengangkat ini"

Harry Strong StylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang