WARNING** cerita ini memuat adegan dewasa, kekerasan, kata-kata kasar, dan perbucinan. Please be wise
***
Agnor Melviano lebih cocok disebut malaikat maut alih-alih malaikat penolong. Namun, bagi Malika yang hidupnya di ujung tanduk, meski Agnor ma...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gadis gila!
Begitulah umpatan di kepala Malika begitu ia terbangun di pagi hari dengan lengan Agnor memeluk tubuh telanjangnya dari belakang. Ia pikir malam panas tadi malam hanyalah mimpi erotis, ternyata benar-benar nyata. Rasa sakit di selangkangannya dan aroma percintaan yang masih menguar pekat di dalam kamar cukup menjelaskan semuanya.
Ia telah bercinta dengan Agnor.
"Kedelai sudah bangun?"
Suara Agnor diikuti kecupan di leher belakang Malika.
"Agnor, stop ..." lirihnya sambil mendorong kepala Agnor untuk menjauh dari lehernya. Namun, hal itu hanya membuat Agnor beralih menciumi sepanjang bahunya sembari memberi gigitan-gigitan kecil. Tangan lelaki itu yang semula bersarang di perut Malika telah mendarat di bukit kembar gadis yang telah menjadi wanitanya, meremasnya pelan hingga Malika melenguh.
Sial, Agnor benar-benar tak akan puas akan Malika. Miliknya di bawah sana kembali mengeras sempurna, tak sabar ingin kembali bersemayam dalam hangatnya inti tubuh Malika yang berhasil membuatnya hilang akal tadi malam.
"Ag, sudah ... capek."
"Mau lagi, Sayang," bisik Agnor serak.
"Kan sudah tadi malam." Malika manjawab di antara lenguhannya. Agnor bukan hanya bermain dengan dadanya, tapi tangan lelaki itu juga mulai menggodanya di bawah sana.
Apakah meminta satu tambahan ronde, tidak cukup untuk Agnor? "Ag ... ehm, sudah dua kali."
Malika berusaha merapatkan kakinya, tapi jari Agnor telah berhasil menyelinap dalam lembut hangatnya miliknya yang kembali berdenyut sebagai respon godaan nakal yang lelaki itu berikan.
"Sekali lagi ya, Sayang? Setelah itu baru kita mandi."
Sebenarnya Agnor sudah mandi, ia juga sudah memasak sarapan untuk mereka. Namun, begitu melihat Malika masih tertidur, ia kembali melucuti celananya dan bergabung ke dalam selimut tanpa sehelai benang.
Lagi pula, mana cukup dua ronde? Kalau bukan karna Malika yang terlihat akan pingsan, Agnor pasti akan menggempur Kedelainya sampai pagi. Yah ... mereka memulai semuanya terlalu malam. Tenaga Malika juga sudah terkuras ketika mereka berburu dan menyiksa target. Maka dari itu, Agnor mengalah.
Namun, karna sudah pagi dan Malika sudah tertidur cukup lama, tak apa melanjutkan ronde berikutnya di pagi hari ya, kan?
"Ag, emh ..."
Jemari Malika berpegangan erat pada lengan Agnor yang sibuk mengorek milik gadis itu lebih dalam. Sial, Agnor benar-benar lihai membuatnya mendesah hanya dengan jari.