Hidup untukku bukan hanya sebuah panggung dimana aku memerankan peranku dengan baik, tapi juga tempat dimana aku mempertahankan apa yang seharusnya menjadi milikku. Entah sejak kapan, aku tidak pernah mendapat apa yang aku inginkan. Sesuatu yang kumaksud disini adalah orang-orang yang aku sayangi. Pertama, orang tuaku. Entah sejak umur berapa aku sudah di asuh oleh Pop dan Grannie. Bahkan di ulang tahunku yang ke tujuhbelas tahun –dan aku sudah tinggal di London bersama orangtuaku- mereka tidak mengucapkan selamat ulang tahun sama sekali. Pop, Grannie, Jessica dan Haley bahkan mengucapkannya untukku.
Grannie meninggal saat umurku tigabelas tahun karena serangan jantung. Mungkin itu titik hidup terendah yang dialami Pop, dimana Pop sempat mengurung dirinya selama satu bulan dan aku kembali merasa di abaikan oleh orang yang aku rasa paling dekat. Pop sempat menjauhiku selama satu tahun dengan alasan, setiap kali melihatku Pop akan melihat Grannie juga.
Kenneth. Dia kisahku yang terbaru, mungkin. Seseorang yang tadinya tidak berarti apapun untukku, tapi secara pasti sudah mulai mengusai seluruh tempat di hatiku. Awalnya aku akan menyerah dan mengawali pernikahan ini dari awal karena aku merasa sudah jatuh cinta terlalu dalam padanya. Awalnya, aku berniat menyerahkan seluruh hidupku untuk di habiskan dengannya. Awalnya, aku hanya ingin Kenneth yang menjadi pusat hidupku.
Awalnya.... Semua kisahku dimulai dengan kata 'awalnya'.
Sampai suatu ketika aku mendengar kisah antara Haley dan Kenneth yang mampu membuatku gelap mata. Aku tahu tidak seharusnya aku pergi dan meninggalkannya begitu saja, terlebih aku menyembunyikan keberadaan Joey. Tapi aku tidak bisa kembali, aku tidak kuat menghadapi apapun yang ada di Seattle. Aku merasa hidupku disini jauh lebih menyenangkan dan menenangkan, dimana aku tidak berusaha menjadi seorang anak kebanggaan dari keluarga Collins dan selalu menjadi diriku sendiri.
Aku membuka pintu kamar Joey dan tersenyum lembut saat melihat Joey yang sedang membaca buku ensiklopedi tentang antariksa. Dia memang mempunyai kebiasaan membaca sebelum tidur, persis seperti Kenneth.
My Jonathan Aldric Collins. Anak lelakiku yang entah kenapa begitu mirip dengan Kenneth. Hanya sifat keras kepalanya yang mungkin turunan dariku?
Oh tidak juga. Bukannya Kenneth juga keras kepala?
"Hi, Mom." Joey meletakkan Ensiklopedianya dan menatapku yang membuatku melangkah masuk ke dalam.
"Halo Jagoan, belum tidur?"
"Almost. Everything's okay?"
"Hm." Aku mengangguk sembari mengusap lembut kepalanya. "Ada beberapa hal yang harus aku beritahukan padamu, is it okay?"
"Sure." Joey memperbaiki posisi duduknya. "Tell me."
"Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu dan itu cukup membuatku merasa insecure." Ucapku sembari menggigit bibir bawahku. "You know I love you right?" Joey mengangguk sembari mengernyit bingung.
"Mom, what are you talking about?"
"Your birth daddy is here." Mata Joey membelalak dan seulas senyum riang langsung tercetak di bibirnya. "He wants to meet you. Are you okay with that?"
"Sure!" Pekik Joey girang. "Mom! Aku akan bertemu dengannya!!" Joey langsung memelukku erat. "Dan kau tahu, Mom? Ini berita terhebat sepanjang hidupku!"
Dan ini adalah keadaan terburuk dalam hidupku, Joey. Aku tidak senang membayangkan hidupku terpisah denganmu.
"Joey." Aku melepaskan pelukannya dan menatapnya sendu. "Kalau kau diberi dua pilihan antara tinggal disini bersamaku atau tinggal di Seattle bersama Daddy, mana yang akan kau pilih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
001. Passing By
ChickLitIni perjodohan plus pemaksaan saat Megan di hadapkan dengan kenyataan kalau dia harus menikahi cucu dari sahabat kakeknya dengan alasan balas budi. Saat sederet rencana sudah ia susun agar perceraian bisa dilaksanakan secepatnya, tidak disangka-sang...