"Ken! Kau berjanji kita akan melakukan sharing bed!" aku menepuk keras tangan Ken yang sedang melingkar santai di perutku.
"Iya... aku belum tidur." Ken semakin mengeratkan pelukannya di pinggangku.
Iya, beberapa jam yang lalu akhirnya aku pasrah menyerahkan hak-nya. Tidak terlalu buruk memang...
Okay, that was amazing! Itu pertama kalinya untukku dan aku tidak punya pembanding sama sekali. Jadi, yeah Ken masih yang terhebat dan...
Okay, I'll stop here!
Aku kembali menepuk dan mencubit tangannya saat aku merasakan nafas teratur darinya. Aku tahu, kegiatan yang baru saja kami lakukan memang membuat lelah dan rileks, sehingga tuntutan untuk memejamkan mata sangat besar. Tapi Kenneth tadi sudah berjanji akan mengadakan sharing bed! Enak saja dia tertidur sedangkan berpuluh pertanyaan sudah masuk dalam otakku saat ini.
"Okay... okay... apa yang ingin kau tanyakan, hm?" Ken mulai membuat pola lingkaran kecil di perutku yang sukses membuatku mendesah. Memalukan.
"Hentikan, Ken!"
Kenneth hanya terkekeh dan kembali menarikku mendekat. "Apa pertanyaanmu?"
"Kenapa kau memilihku?"
"Oh.... Tidak dengan pertanyaan itu, Meg." Erang Kenneth muak. Aku hanya terkekeh geli karena jujur, entah sudah berapa ratus kali aku bertanya hal ini dan sampai sekarang aku masih belum puas juga dengan jawaban yang Ken lontarkan.
"Okay, so?"
Ken menghela napas berat dan membalikkan tubuhku, membuatku harus tenggelam pada manik mata birunya yang selalu berhasil menenggelamkanku di dalam pandangannya. "Duapuluh tahun yang lalu aku hanya seorang anak kecil naïf yang sama sekali tidak tahu apa itu cinta. Yang aku tahu aku hanya menyukai seorang anak perempuan yang selalu menangis keras saat nanny nya memakaikan sebuah gaun atau dress cantik padanya, sedangkan dua sepupunya selalu terlihat senang saat nanny mereka membawa sebuah gaun baru. Tapi gadis dengan potongan rambut sebahu itu selalu cemberut dan memilih melarikan diri dari pada memakai gaun yang menurutnya merepotkan." Ken merapikan anak rambut di dahiku. Dan entah kenapa ceritanya membuatku malu. Ya ampun, apa aku sebegitu parahnya?
"Aku masih ingat saat ulang tahun perusahaan, waktu itu umurku sepuluh tahun. Di saat kedua sepupunya datang menggunakan gaun berenda, kau malah dengan saat bangganya datang menggunakan tuxedo dengan rambut hitammu yang terikat tinggi." Ken mengecup dahiku lama dan penuh perasaan.
"Aku berusaha untuk mendekat dan berkenalan, tapi kau selalu menghindar. Tapi aku tahu namamu saat Pop meneriakkan namamu untuk menghentikan aksi brutalmu memukul seorang gadis yang sedang menjahili sepupumu."
"Ah! Aku ingat itu!" aku terkekeh geli. "Aku dihukum tidak boleh keluar rumah selama satu minggu dan tiga bulan full dalam pengawasan Mr. Robert." Aku menyebutkan nama asisten pribadi Pop.
Ken tersenyum manis. Astaga, jantungku.... "Aku tahu, mungkin kau lupa sama sekali kalau kita pernah satu sekolah dari sekolah dasar sampai sekolah menengah. Dan aku selalu mengambil mata pelajaran yang sama dan juga club yang sama denganmu."
"Stalker, huh?" ucapku menggodanya.
"Hanya memperhatikan cinta pertamaku." Ken mengecup bibirku ringan, tapi sukses membuat wajahku memerah. Sial!
"Haley dan Jessica bahkan tahu aku. Terkadang kami mengobrol bersama. Dan hey! Aku termasuk lelaki yang cukup terkenal, Meg! I'm a straight A student! Aku bahkan ikut olimpiade matematika menggantikanmu ketika tanganmu patah saat terjatuh dari pohon apel."
KAMU SEDANG MEMBACA
001. Passing By
ChickLitIni perjodohan plus pemaksaan saat Megan di hadapkan dengan kenyataan kalau dia harus menikahi cucu dari sahabat kakeknya dengan alasan balas budi. Saat sederet rencana sudah ia susun agar perceraian bisa dilaksanakan secepatnya, tidak disangka-sang...