Oh, maaf. Kau tidak bisa menolak, sugar!
-o0o-
Aku terduduk di depan Pop –Kakekku- yang sedang menyesap kopinya dengan nikmat, tapi di lain sisi juga sangat menyiksaku. Maksudku, siapa yang mau duduk didalam sebuah ruangan yang sarat dengan tekanan? Aku benci saat Pop menginginkan sesuatu dan dia pasti akan mengusahakan segala cara untuk mendapatkannya. Termasuk yang satu ini.
Aku tahu dengan segala hal yang menyangkut balas budi. Aku paham seratus persen karena akupun bukan seorang yang tidak tahu terima kasih. Tapi please! Apa harus dengan cara ini?
Lelaki itu di tinggal oleh calon istrinya tepat sebulan sebelum ia menikah, tapi kenapa harus aku yang menggantikan tempat mempelai wanita itu? Oh, katakan satu saja alasan yang cukup masuk akal!
"Ini gila, Pop."
Pop meletakkan cangkirnya dan tersenyum tipis. "Satu hal yang harus kau pahami Meg, aku tidak akan menjerumuskan cucuku sendiri."
Lalu apa namanya?! Menjodohkan untuk kebaikan?
Tunggu, menjodohkan?
"Jadi aku dijodohkan?" mataku melebar maksimal. Astaga, aku hidup di abad modern kan?
"Bukan." Jawab Pop tenang. Lalu apa namanya?! "Ini namanya balas budi."
"Tapi kita masih bisa balas budi dengan cara yang lebih masuk akal Pop. Bukan dengan melemparkanku sebagai pengganti pengantin perempuan yang kabur dengan mantan kekasihnya." Aku mengusap keningku frustasi.
"Meg, balas budi ini bukan apa-apa dibandingkan apa yang pernah dilakukan keluarganya untuk kita. Kau masih ingat saat kita ada di ambang kehancuran kan?"
Mau tidak mau aku menghela nafas mengingat segala detailnya. Aku masih ingat dengan jelas saat tiga tahun yang lalu aku hampir akan menjual apartemenku untuk sedikit membantu kesulitan keuangan perusahaan Pop, saat hampir seluruh asset yang Pop punya habis. Tapi keluarganya datang dan menawarkan merger dengan perusahaan Pop tanpa ada imbalan apapun. Dan seharusnya aku tidak percaya hal itu! Karena pasti ada hal seperti ini yang datang tiba-tiba.
"Jadi ini balas budi yang mereka mau?"
Pop menggeleng. "Mereka tidak meminta apapun, Meg. Aku yang menawarkan."
Astaga! Aku kembali mengusap keningku frustasi. Aku tahu terkadang Pop sedikit gila. Tapi kegilaan macam ini sama sekali tidak pernah terpikirkan di otakku. Dari dulu –dari aku kecil- Pop tidak pernah suka melihatku berkencan dengan lelaki manapun. Dia akan berubah menjadi sesosok kakek super galak yang ada di drama-drama malam natal. Tapi ini? Kenapa Pop tiba-tiba melemparkanku untuk cucu sahabatnya?!
"Kau gila."
"Tidak. Kau yang akan berterima kasih denganku." Kekehnya. "Lagipula kalian sudah saling mengenal."
"Astaga, Pop! Kita bertemu dua puluh tahun yang lalu saat aku masih berumur lima tahun! Lalu apa yang kau harapkan dari itu? Aku bahkan tidak mengingat dia sama sekali!"
Pop mengendikkan bahunya. "Kalau begitu kau bertemu saja dengannya. Bagaimana?"
Aku menggeleng kencang. "Tidak... tidak... itu bukan ide yang bagus."
"Meg, aku hanya mengharapkan pertolonganmu kali ini. Kau tahu, aku tidak pernah meminta tolong apapun padamu kan?"
Aku menghela nafas lagi. "Aku boleh memikirkannya?"
"Tentu. Tapi kau tahu aku sangat mengharapkan persetujuanmu."
-o0o-
Aku mengetuk-ketukkan kakiku sembari menunggu pintu lift terbuka. Aku memutuskan untuk langsung pulang ke apartemen begitu Pop selesai bicara. Astaga! Aku benar-benar bisa gila kalau menuruti keinginan Pop menikah dengan cucu dari temannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
001. Passing By
Chick-LitIni perjodohan plus pemaksaan saat Megan di hadapkan dengan kenyataan kalau dia harus menikahi cucu dari sahabat kakeknya dengan alasan balas budi. Saat sederet rencana sudah ia susun agar perceraian bisa dilaksanakan secepatnya, tidak disangka-sang...