Part 4 - Reasons Why

22.4K 1K 13
                                    

Aku mengetuk-ketukkan pulpenku di atas meja kerja dengan irama yang sama hampir selama setengah jam dan ini semua karena kejadian super cepat yang terjadi kemarin.

Berawal dari keputusan sepihak Kenneth yang hanya akan mengabulkan permintaanku untuk bercerai setelah aku memberinya satu anak, which means aku harus secepatnya hamil dalam waktu dekat dan itu artinya aku harus tidur dengannya. Shit!

Kedua, saat aku sampai di apartemen yang dia maksud. Aku kira dia hanya bercanda dengan mengatakan kalau kamar yang bisa di pakai hanya satu, walau disana masih ada tiga kamar kosong lainnya, tapi dia hanya memfasilitasi ranjang king size hanya pada satu kamar. Dan kamar lainnya kosong! Iya, kosong tanpa furniture apapun. Dan itu sukses membuatku mematung selama lima menit setiap kali mengunjungi kamar kosong itu.

Ketiga, saat Kenneth membuka pintu kamar utama –yang akan kami gunakan- yang sukses membuatku membuka mulutku lebar-lebar. Semua tertata sesuai dengan apa yang aku idamkan. Ranjang king size dengan aksen kayu yang simple. Tidak ada lemari pakaian super besar yang sampai kapanpun menurutku sangat menganggu keindahan kamar. Yang ada hanya sebuah rak buku super besar yang menempel di tembok, dan ternyata terisi oleh semua buku koleksiku! Kapan dia memindahkannya?

TV flat yang entah berapa inch –yang jelas itu sangat besar- tertempel di dinding yang berada tepat di depan ranjang, lengkap dengan home teathernya. Meja riasnya pun sudah tertata rapi dengan alat  kosmetikku yang tidak seberapa banyak.

Aku melangkahkan kaki menuju toilet yang lagi-lagi membuatku harus menatap super kagum. Dia mempunyai whirl pool di dalam kamar mandinya! Alat-alat mandiku pun sudah tertata rapi berdampingan dengan alat mandinya. Saat aku memeriksa kotak first aid-nya, sontak wajahku langsung memerah saat Kenneth membisikkan dia menyingkirkan opsi kondom di dalamnya karena dia benar-benar membuatku hamil dalam waktu dekat.

Double shits!

Kenneth menggandengku menuju walk in closet nya yang sudah tersusun rapi, dengan sederet pakaian wanita di sebelah kanan –yang ku yakini itu milikku walau ada beberapa pakaian yang aku tahu itu baru tergantung di sana- sedangkan pakaian lelaki berderet di sebelah kiri.

Dan semalam, saat kami akhirnya tidur dalam satu ranjang, ia benar-benar melaksanakan apa yang ia katakan. Tubuhku harus rela terperangkap dalam pelukannya sepanjang malam dan itupun setelah aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, selama lima jam kami berbaring di atas ranjang dan aku melarangnya untuk memelukku, Kenneth benar-benar tidak bisa diam sama sekali dan terus bergerak gelisah sampai akhirnya aku mengalah dan mengijinkannya untuk memelukku sampai matahari terbit. Dan ajaibnya dia tidur dengan damai! Lelaki aneh.

Oh! Semalam Kenneth sempat marah saat aku mengajukan perjanjian selama pernikahan ini berlangsung. Iya! Kenneth langsung berubah dari lelaki hangat menjadi lelaki yang super dingin.

"Apa yang salah dengan menikahi ku, atau aku yang menikahmu selain karena kita tiba-tiba dipertemukan dan akhirnya menikah?"

Saat itu aku hanya bisa terdiam sembari mengerjapkan mataku bingung. Bukannya apapun yang terjadi antara aku dan dia adalah sebuah kesalahan? Terlepas dari hubungan persahabatan antara Pop dan kakeknya, tapi pernikahan ini jelas tidak mempunyai dasar apapun. Dan jangan katakan cinta di dalam hubungan pernikahan gila ini. Aku bisa dengan berani berteriak lantang kalau cinta jelas-jelas tidak mendasari pernikahan ini.

"Hey, newly wed." Haley dan Jessica menepuk bahuku dan langsung duduk di depan mejaku, menatapku penuh minat. "Jadi bagaimana performance-nya?" ucap Jessica dengan menaik turunkan alisnya penasaran. Haley yang duduk di sebelahnya hanya terkikik geli.

Aku menghela nafas sebal. ini yang paling aku hindari dari mereka berdua. Semuanya tentang sex dan kehebatan lelaki dalam mencium pasangannya. Aku muak.

001. Passing ByTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang