Aku mengutuk mulut cantikku yang dengan mudahnya mengatakan clue yang terlalu krusial pada lelaki yang sedang tersenyum lebar di depanku. Megan! Kau sudah menggali kuburanmu sendiri! Sekarang apa kau sanggup kalau tiba-tiba Kenneth meng-claim Joey sebagai anaknya dan membawanya jauh darimu? Apa kau sanggup!
Aku terduduk tegak dan berusaha menenangkan degup jantungku. Aku benci kebiasaan burukku yang lebih sering terhanyut dalam sebuah suasana dan pada akhirnya malah membuatku terjerumus dan terjebak di dalamnya. Termasuk hal ini.
"Anakku." Ucap Kenneth dengan wajah sumringahnya. "Aku sudah mempunyai seorang anak lelaki tampan, Meg!" dia tertawa senang dan meminum kopi hitamnya. "Oh Tuhan! Kenapa kau tidak memberitahuku? Bagaimana dengan kehamilanmu? Apa terkadang kau harus keluar malam karena menginginkan sesuatu? Kau tahu itu berbahaya?"
Okay! Abaikan segala cerocosan omongan yang kau tahu itu terlalu manis, Megan! Aku meneguk jasmine tea ku dan meletakkannya pelan ke atas meja. "Apa kau tahu kesepakatan kita dulu, Ken?"
Kenneth mengernyit dan menggeleng pelan.
Aku menghela napas. Hanya ini satu-satunya cara untuk meng-claim Joey dan melindungi Joey dari kekuasaan Kenneth. Aku tidak mau dia mengambil milikku.
"Kau akan melepaskanku saat aku sudah bisa melahirkan anak untukmu."
Kenneth menyandarkan punggungnya dan melipat tangannya di depan dada. Tidak ada pandangan dingin atau menusuk. Dia hanya memandangku... tanpa minat. Dan entah kenapa ini jauh lebih menyakitkan.
"Benar. Lalu?"
Aku menghirup napas banyak-banyak. Entah kenapa pembicaraan ini membuatku terasa sesak. "Aku sudah memiliki Joey, jadi kau bisa membiarkan aku pergi."
"Tentu." Jawabannya yang singkat dan terkesan tegas mampu membuatku menahan napas. Singkirkan kenyataan kalau Ken mengatakannya dengan senyuman dingin yang mampu membuatku bergidik ngeri. "Aku akan melepaskanmu dan kau bisa hidup bebas seperti dulu lagi. Dan jangan khawatir, aku akan merawat Joey dengan baik."
Mataku terbelalak maksimal. Apa maksudnya? Joey-ku akan di ambil? "Apa maksudmu?"
"Kau tidak lupa isi persetujuanmu dulu kan?" Ken menggapai gelas kopinya dan menyesapnya perlahan, seakan sengaja membuatku terasa tersiksa. Diletakkannya cangkir ke atas meja dan menatapku lurus-lurus. Jenis tatapan tanpa perasaan yang sekali lagi mampu membuatku tersiksa. "Aku akan melepaskanmu saat kau berhasil memberiku satu anak. Dan itu artinya anak yang kau lahirkan akan berada di bawah asuhanku, bukan asuhanmu."
"Tapi aku yang melahirkannya!"
Kenneth menggeleng sembari tersenyum sinis. "Kau yang menginginkan kita berpisah, kan? Hanya ini yang bisa ku tawarkan. Kita berpisah dan Joey yang akan berada dalam asuhanku."
"Kau tidak akan bisa, Ken!"
Kenneth menaikkan sebelah alisnya, memandangku remeh. Demi Tuhan ini saat paling menyakitkan dari lima tahun aku hidup terpisah dari keluargaku. "Kau menantangku? Apa perlu aku jabarkan satuper satu kesalahanmu yang bisa memberatkanmu di pengadilan?"
"Aku bisa menghidupi Joey dengan baik!"
"Tapi apa tindakanmu selama lima tahun belakangan ini cukup bertanggung jawab?" tantang Kenneth. "Kau tahu hukum, Meg. Dan kau tahu jelas hal-hal yang bisa membatalkan hal asuh orang tua."
Aku menghela napas gusar. Aku melupakan satu hal selama ini: Kenneth tidak sebegitu gampangnya untuk dibodohi. Dan apa ini? Cinta? Diriku hanya bisa tertawa sinis. Sedari awal tidak ada cinta di pernikahan ini. Kata cinta yang di ungkap entah beberapa kali oleh Kenneth jelas-jelas hanya sebagai tipuan agar dia bisa menananmkan benihnya dalam diriku.
Dan kini setelah aku bisa melahirkan Joey, dia akan mengambilnya. Ya, memang begitu kan tujuannya? Dan cinta? Apa aku harus percaya cinta itu ada? Cinta tidak akan memisahkan!
Aku bangkit dari dudukku dan tersenyum tipis ke arahnya. "Do what you want Mr. Lincoln. Ambillah kalau kau memang mau mengambil Joey, toh aku masih mudah dan masih bisa memiliki anak lain dari pria lain. Selamat siang."
Ya ini salah satu cara agar Ken tidak melihatku sebelah mata. Bukan, bukan berarti aku rela Joey di ambilnya. Tidak, sampai kapanpun aku tidak akan rela. Aku akan membawa Joey pergi sejauh mungkin darinya. Aku tidak akan merelakan Joey menjadi milik siapapun.
"Kau bisa tetap bersama dengan Joey kalau kau masih ingin mempertahankan pernikahan ini, Meg!" seru Kenneth.
Aku berhenti -menghirup napas banyak-banyak- lalu berbalik dan memasang senyum terbaikku. "Terima kasih atas tawarannya, Mr. Lincoln. Tapi aku masih tetap dengan pilihanku yang pertama."
"Ini tentang harga dirimu yang terasa terinjak?" ujarnya sinis.
Aku menggeleng dan masih menampilkan senyum terbaikku. "Aku hanya berusaha menepati janjiku dulu. Bukannya itu yang kau mau, Mr. Lincoln?"
Kenneth menggeram marah dan membanting cangkir kopinya ke lantai. Dan untuk kali ini aku bersyukur Kenneth menyewa kedaiku selama sehari ini. "Sampai kapan kau akan menantang kesabaran orang, Meg? Apa lima tahun masih belum cukup?"
Aku kembali menggeleng. "Tidak. Justru aku ingin mengakhirinya. Bukannya kewajibanku juga sudah selesai?"
Kenneth berjalan mendekatiku dan jujur, kakiku sudah cukup lemas dan bergetar menahan rasa takut yang menjalar. Langkahnya seakan seperti predator yang melihat mangsanya. Tatapannya seakan dia sudah menetapkan korban untuk di habisi. "Apa aku tidak salah dengar saat tigapuluh menit yang lalu kau mengatakan kalau kau SANGAT mencintaiku, Megan dear?" ucapnya penuh penekanan.
"Anggap saja aku hanya terbawa suasana." Ujarku sembari berusaha memasang senyum bisnisku. "Lagipula sudah saatnya kita mengakhiri semua, Ken. Tidak akan ada orang yang terluka lagi saat kita berpisah."
"Oh ya?"
Aku mengangguk. "Kau mendapatkan Joey, Ashley bisa mendapatkanmu lagi dan aku bisa memulai hidupku yang baru. Bukankan itu adil?"
"Jadi omongan cintamu hanya sebuah bullshit?!!"
"I loved you once, dan karena itu aku mengerti satu hal." Aku tersenyum lembut ke arahnya sembari menahan perih yang entah kenapa timbul di dadaku. Aku tidak pernah berbohong saat aku mengatakan aku jatuh cinta padanya. Aku tahu dengan pasti aku tidak mungkin salah mengartikan rasa rindu dan sakit saat lima tahun aku berjauhan dengannya. Aku memang benar-benar jatuh cinta padanya. "Cinta tidak pernah menyakiti, Ken. Dan aku memilih mundur."
"Menyakiti?" Kenneth tersenyum sinis. "Maksudmu kau yang menyakiti secara terus menerus."
Aku mengangguk meng-iyakan pernyataannya yang entah kenapa membuatnya makin menatapku penuh emosi. "Aku berpikir kalau ini semua harus di akhiri."
"Baik kalau ini memang maumu." Kenneth menegakkan tubuhnya dan berjalan melewatiku. Aku memejamkan mataku untuk sekedar mengurangi rasa sakit yang timbul begitu saja. Anggap saja aku bodoh, tapi ini satu-satunya hal yang menurutku terbaik.
"Oh, satu hal Megan yang perlu kau tahu." ucap Ken dengan nada dingin yang sangat menusuk. "Kalau kau kira aku akan berusaha mempertahankan pernikahan ini, kau salah besar. Sudah cukup aku mengalah selama ini. Dan aku tidak akan mengemis untuk memintamu kembali, kecuali kau yang menginginkannya."
-o0o-
KAMU SEDANG MEMBACA
001. Passing By
Chick-LitIni perjodohan plus pemaksaan saat Megan di hadapkan dengan kenyataan kalau dia harus menikahi cucu dari sahabat kakeknya dengan alasan balas budi. Saat sederet rencana sudah ia susun agar perceraian bisa dilaksanakan secepatnya, tidak disangka-sang...