XXIV / Ke(putus)an

3K 207 22
                                    

CIAAAOOOO

di next nih😂
Semoga suka yaaa!

Selamat membaca! 😋😋

---------------------------------------------

Sudah tiga puluh menit gue menunggu. Kok Naya lama, ya?.

Biasanya gak se lama ini kok walaupun lama.

Gue bener bener khawatir.

Tanpa berfikir panjang gue langsung keluar dari toko aksesoris dan berjalan ke arah Naya jalan tadi.

Naya tadi jalan ke?

Lorong?

Ah, iya lorong samping situ.

Gue langsung berlari ke arah sana. Cukup sepi. Lalu berbelok ke samping ke arah lorong. Gelap.

Loh?

NAYA!?

Itu Naya kan?.

Gue langsung berlari ke dalam lorong. Yang gue kira toilet ternyata bukan.

Gue menghampiri Naya yang terduduk lemas dengan senderan tembok. Keringat bercucuran di wajah nya. Gue langsung berjongkok di depan nya.

"Naya? Siapa yang buat gini!?." Dia menangis semakin kencang dan langsung mendekap gue. Otomatis badan gue tertarik ke depan membuat kedua dengkul gue menyentuh lantai. Nafas nya terengah engah.

Kenapa sih ini?.

Tangan gue mengelus punggungnya. "Kamu kenapa?." Gue bertanya dengan lebih halus. Dia terus menangis. Baju gue basah karena air mata nya.

Ck.

Ini kenapasih?.

Siapa yang suruh Naya kesini?.

Siapa yang giniin Naya?.

Siapa sih!?.

Bener bener gaakan gue biarin lolos orang yang buat gini ke Naya.

Gue yakin, ini ada orang yang buat gini.

Dan kalaupun dia takut akan toilet yang sepi dan gelap, kenapa pipi nya merah?.

Merah, persis seperti orang yang baru saja terkena telapak tangan yang melayang keras ke pipi nya. Bahasa kasarnya, di tampar.

Amarah gue tambah parah seperti nya. Tapi gue pikir, jangan.

Gue harus membuat Naya tenang dulu sekarang, walaupun gue gak tau masalah nya.

Isakan nya bisa sangat jelas gue dengar. Kedua tangan nya melingkar di leher gue semakin erat. Gue mendekap nya lebih erat dan mengelus nya secara halus.

"Tadi ada apa?." Gue berbicara pelan. Berharap dia menjawab pertanyaan gue lewat kata-kata, tapi ternyata terjawab lewat gelengan kepala nya.

Gue tau dia menggeleng pelan, walaupun dia menenggelamkan kepala nya di dada gue. Mungkin dia belum mau cerita. Dia harus benar benar tenang dulu.

Gue mengangguk pelan. Mengelus rambut nya selama beberapa detik. Dan seperti nya dia sudah lebih tenang. "Pulang?." Tanya gue dengan suara kecil. Anggukan pelannya bisa gue rasakan.

Gue melepas pelukan. Memegang kedua lengan atasnya agar wajah nya bisa gue lihat. Kepala nya menunduk. Gue menaikkan kepala nya. Mengelus pipi nya yang baru saja basah karena satu aliran air mata.

Unbelievable ➵AlvaroMaldiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang