"Eh gue duluan ya," gue pura pura melihat handphone, "- bangkiki nyuruh gue ke kelas." Lanjut gue lalu berdiri dan jalan keluar kantin.
Daripada jadi gaenak-an gini, kan?
".... A- Aldi!." Seseorang memanggil gue dari belakang, membuat gue menoleh, "kenapa?."
Tangannya menggaruk rambutnya yang tidak gatal, "A-aku.... em tadi di suruh bangkiki ngapain?." Gue tersenyum. "Gak tau, tadi disuruh ke kelas doang." Jawab gue asal, "-makan aja dulu nay, abisin. Ditemenin sama ale tuh." Lanjut gue sambil berbalik, lalu jalan lagi.
Kaki gue sudah menapaki lantai kelas. Gue berjalan ke arah kursi lalu duduk. Dua lelaki yang sedang berbicara gak jauh sepertinya daritadi memperhatikan gue dengan wajah heran, "wey kenapa lo?."
Gue menoleh ke arah mereka, "ah gapapa. Oh iya, bang,nanti kalo naya kesini lo bilang lo yang nyuruh gue ke kelas ya." Ucap gue seraya menunduk,menatap layar iphone, jempol gue bergeser ke kiri kanan di atas layar. Entah apa yang gue lakukan.
"Ngapa dah lu. Cerita dong!." Suara serak basah terdengar sangat dekat, gue mendongak. "Ck. Gaada apa apa bas."
Orang yang berdiri sebelah bastian menaikkan satu alisnya, "Gue tau lo kali, ada apaan?." . Gue tersenyum meyakinkan, "gaada apa apa, beneran."
Kedua laki laki itu berdecak. bastian mendesah, "udah berapa lama sih, gue kenal lo? Gue tau kalo lo boong atau jujur di."
"Kayaknya sih.......," bangkiki seperti meneliti wajah gue, "-nayara? bener?." Lanjutnya.
Kenapa dia bisa tau?.
Gue mengerutkan dahi, "kok lo bisa tau, sih?." . Lelaki kribo di sebelahnya malah tertawa, "Alvaro Maldini Siregar. Jarang banget punya sifat kayak gini, kalo kayak gini, pasti masalah cinta." Ucapnya yakin.
Emang gue segitunya, apa?.
Bangkiki memegang satu pundak gue, "Ayolah cerita di, siapa tau kita bisa bantu." Ia tersenyum. Gue ikut tersenyum, emang sebaik nya gue cerita, minta bantuan.
"Ya gitu, bang. Gue kemaren padahal pulang pergi punya kesempatan, cuma lupa," gue menarik nafas "- nah tadi si ale nanya naya sayang sama gue atau nggak, dari mukanya sih, gue liat gak. Jadi gue ke kelas aja." lanjut gue diakhiri senyuman kecil.
Bastian menggebrak meja pelan, "kesalahan lo yang pertama, lo bisa bisa nya lupa." . Gue mendesah, "ya namanya juga lupa."
"Dan kesalahan yang kedua," gue menoleh ke bangkiki, "-emang lo tau darimana naya gak sayang sama lo?." lanjutnya sambil tersenyum.
"Ya dari muka nya sih, gitu." Gue tersenyum kikuk. "Emang lo bisa baca pikiran orang?." Bastian ikut menimpa.
"Nih ya di, perempuan itu emang seneng kalo diberi harapan. Tapi, mereka akan bahagia kalo diberi kepastian. Percaya deh, sama gue." Ucap bangkiki bijak layaknya mario teguh, menurut gue.
Iya sih,ya.
Bastian dengan gaya khasnya menasihati gue, "jadi, mending lo beri kepastian. Bahagiain dia, secepatnya, bro."
Gue tersenyum mendengar ucapan bijak mereka tadi, "haha iya iya.keren keren. ckck pada kesambet apaandah bisa bijak gini?." Gue tertawa.
"Yeh elu dibantuin malah ngatain. Udah, yang penting cepet cepet deh lu ungkapin, okok?." Gue mengangguk mendengar ucapan bastian barusan.
Nayara p.o.v
"Gak tau, tadi disuruh ke kelas doang." Jawab aldi, "-makan aja dulu nay, abisin. Ditemenin sama ale tuh." Lanjut nya sambil berbalik, lalu jalan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbelievable ➵AlvaroMaldini
Фанфик" Semua hal yang terjadi setelah gue kenal mereka, terutama dia, gak pernah gue duga. Unbelievable. " -Nayara Rheva- [Part I - IX dalam proses perbaikan, maaf kalau part tersebut tata bahasa nya kurang baik]