Romeo
Pengakuan Juliet didepanku benar benar membuatku terkejut sekaligus kagum pada sosok Juliet, terkejut karna dia tiba tiba mau mengakui rahasia buruk hidupnya pada ku dan kagum karna dibalik penderitaannya dia tidak mau banyak orang tau dia menderita dan dia tetap tersenyum sambil menjalanlan aktivitasnya seperti biasa, tapi dibalik aku kagum padanya, tersimpan rasa sebal pada Juliet.
Contohnya hari ini, aku mengajaknya untuk membeli gaun pesta, tas dan juga sepatu...
"Lihat Romeo betapa bagusnya gaun ini, oh tuhan" Juliet mengelus gaun putih yang ada ditangannya, "pasti ini dari sutra, aku yakin"
Aku yang mendengar Juliet terus mengoceh tentang 'betapa-bagusnya gaun-yang-ada-ditoko' hanya memutar kedua mata ku sambil menghela nafas, sudah 2 jam lebih aku menemaninya berkeliling toko mencari gaun tapi dia terus berkata 'Romeo lihatlah! Bagus sekali gaunnya! Oh astaga! Bahannya satin' dan bla bla bla bla, terus seperti itu tanpa membeli gaun.
"Kau suka? Ambil lah, aku akan membayarnya" ucap ku sambil mengambil kartu kredit didompet ku, demi tuhan aku ingin ritual yang dicintai para perempuan ini yang disebut shopping cepat berakhir.
"Tapi---tapi aku rasa ini tidak cocok untuk ku, aku yakin, lebih baik tidak usah" Juliet hendak menaruh gaun itu kembali, dengan cepat aku mencekal tangannya dan memanggil seorang pramuniaga untuk mendekat.
"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" sapa pramuniaga itu disertai senyumnya.
"Aku mau gaun putih itu untuk gadis itu" aku menunjuk gaun yang dipegang Juliet lalu menunjuk Juliet.
"Baiklah," Pramuniaga mengambil gaun yang ada ditangan Juliet. "Ada lagi?"
"Tidak"
"Baiklah, mari ikut saya untuk mencoba gaun nya" Pramuniaga itu berjalan meninggalkan kami, dengan cepat aku menarik lengan Juliet agar mengikuti langkah Pramuniaga itu.
"Apa apaan kau Romeo! Demi tuhan aku tidak terlalu mau gaun itu!" Juliet berusaha menarik tangannya dari tangan ku, tidak akan ku lepaskan July, bisa bisa kau terus berkeliaran tanpa membeli.
"Gaun itu bagus kok, aku yakin cocok untuk mu" mata ku menatap kesekeliling kami, tiba tiba saja aku melihat sebuah sepatu berwarna silver, "aku mau itu"
Pramuniaga yang berjalan didepan ku tiba tiba saja berhenti dan berbalik menatap kami, aku mendengar menunjuk sepatu yang aku mau, Pramuniaga itu tersenyum lalu mengambilnya.
"Ada lagi?" tanya Pramuniaga itu sambil tersenyum.
"Oh tuhan, lihat gaun merah itu!!" Juliet melepas tangannya dari tanganku lalu berlari kearah gaun merah yang disebut olehnya, "Romeo aku mau ini!"
Aku memutar kedua bola mata ku lalu mendengus kesal melihat Juliet yang tiba tiba menjadi liar saat berbelanja, demi tuhan! Apa semua wanita seperti itu? Tiba tiba liar saat berbelanja?.
"Aku juga mau itu" aku menunjuk gaun yang dipeluk oleh Juliet, "pokoknya apa yang dia mau tolong dibungkus"
"Baiklah" Pramuniaga itu tersenyum lalu menyusul Juliet yang berceloteh ria menanyakan bahan apa yang digunakan untuk gaun itu, benar benar pertanyaan yang tidak penting, kalau aku jadi Pramuniaga nya dan melayani Juliet, aku tidak akan menjawab lalu berkata 'oh ayolah kau mau beli atau tidak?'.
Aku menatap Juliet sejenak lalu berjalan kearah bangku yang tersedia didalam toko, aku menghempaskan tubuhku keatas sofa sambil menatap Juliet yang berkeliling ria didalam toko sambil memilih gaun yang dia suka, tanpa aku sadari senyum tipis terukir dibibir ku, entah kenapa aku sangat senang jika melihat Juliet senang dan aku sangat menderita jika melihat Juliet menderita, apa yang terjadi pada diri ku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Romeo and Juliet
RandomBertemu dengan pria seperti seorang Romeo cukup menyebalkan bagi Juliet, sikap Romeo yang terbilang banyak berbicara, humoris dan ramah sangat berbanding balik dengan sikap Juliet yang pendiam, tegas dan dingin, berawal dari pertemuan meeting tender...