Part 1

21.6K 548 20
                                    

Rumah kecil namun terlihat begitu hangat, tempat di mana keluarga Lee bernaung. Pagi yang begitu cerah sudah menyambut hari mereka. Nyonya Lee sudah terlihat sibuk menata makanan di meja kecil dan putranya, Lee Donghae sudah duduk di sana. "Selesai..." Nyonya Lee tersenyum manis menatap sarapan pagi keluarganya.

"Junhee-ahh..."

"Aigoo, kau ini." Protes nyonya Lee dengan teriakan putranya. "Panggil adik mu dengan baik... Kau bukan di hutan." Tegurnya.

Donghae tersenyum kecil. "Maaf, eomma." Saut Donghae. "Lee Junhee-ssi, nae yeodongsaeng... Palliwa... Moekoyo..." Ajaknya.

Junhee keluar dari dalam dapur. "Aish, kau selalu saja meneriaki ku." Junhee duduk berhadapan dengan Donghae.

"Sudah." Nyonya Lee mencoba menengahi. "Pan moekoyo..." Serunya.

Junhee melihat setiap makanan yang ada di depannya dan ujung bibirnya tertarik ke atas. "Eomma..." Manja nada suaranya.

Donghae menarik nafasnya. "Yah, setidaknya kau harus coba dulu, eoh.... Sup daging ini enak." Dirinya mencoba membujuk adik satu-satunya.

Junhee mengelengkan kepalanya. "Aku tidak suka. Baunya menyebalkan!" Tegasnya.

Nyonya Lee pun frustasi dengan selera makan anak perempuannya. "Arrasoe. Igo..." Menyerahkan kuah sup sayur kepada putrinya. "Kau tidak ingin mencoba..."

"Shirro." Tegas Junhee. "Kuah dan nasi sudah cukup..." Bangganya.

"Dasar kau aneh!" Maki Donghae.

Nyonya Lee hanya tersenyum melihat tingkah putra dan putrinya. "Makanlah..."

BRAK!!!

Junhee dan Donghae juga nyonya Lee menoleh ke arah sumber suara, dalam hitungan detik mata mereka bertiga membulat sempurna. "Aigoo..." Air mata nyonya Lee melesat dengan cepat dari kelopak matanya.

"Appa..." Suara Junhee seperti berbisik melihat tuan Lee dengan luka lebam juga darah segar di wajahnya.

"Yah! Kau bilang aku bisa mengambil sesuatu dari rumah mu bahkan harga rumah mu tidak sebanding dengan hutang-hutang mu..." Pria dengan kemeja putih yang terlihat angkuh dengan kaca mata hitamnya. "Yah, apa kau mencoba membodohi ku?" Teriaknya kepada tuan Lee yang tersungkur.

"Yeobo..." Nyonya Lee berniat ingin menghampiri suaminya tapi Donghae menahannya.

"Eomma..." Pelan suara Donghae. Donghae sudah berdiri dan memeluk Junhee juga nyonya Lee. "Kalian salah alamat, kami tidak mengenalnya!" Tegas Donghae dengan penuh kebencian.

"Dia bohong!" Sanggah tuan Lee. "Kau boleh ambil putri ku..." Tuan Lee menujuk-nunjuk ke arah di mana Junhee berdiri. "Kau boleh mengambilnya asalkan hutang-hutang ku lunas." Jelasnya.

"Mwo? Yeobo...." Histeris nyonya Lee.

"Appa." Rasa takut mulai menyelimuti Junhee.

"Brengsek!!!!" Maki Donghae kesal.

Namja berkemeja putih itu pun menatap Junhee dari atas hingga kakinya. Dirinya seakan berfikir, menimbang sesuatu. Cukup lama dirinya terdiam. "Tidak terlalu buruk, aku bisa jual kau ke club malam."

Junhee kembali membulatkan matanya. "Andew! Eomma... Oppa..."

"Yah!!! Bajingan tengik!!! Kau tidak bisa membawa adik ku sebelum melangkahi mayat ku terlebih dahulu!" Tegas Donghae.

Namja itu tersenyum. "Bukan perkara susah." Tangannya memegang senjata dan sudah di arahkan ke arah Donghae.

Junhee dengan cepat berdiri di depan Donghae dengan sisa tenaganya. "Keumanhaja!!! Jebal." Air mata terus menghiasi wajah Junhee. "Aku... Aku... Aku akan ikut dengan mu." Pasrah Junhee.

Untitled [New] [PRIVATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang