Chapter 3

57.3K 2.8K 13
                                    


****

Menuruni taxi, aku segera berlari menuju caffe. Sangking tak sabar dan terlalu terburu - buru aku sampai terpeleset saat berlari. Beruntung aku bisa mengimbangi tubuhku sehingga aku tidak sampai terjatuh.

Membuka pintu caffe, mataku langsung menemukan seorang lelaki paruh baya duduk di meja yang berada di bawah tangga. Ia ikut menoleh ke arah pintu saat aku berdiri di ambang pintu.

Mataku berkaca - kaca, aku mengabaikan kak ricky yang kulihat sedang berada di kasir dan langsung berjalan menghampiri laki - laki paruh baya itu. Tidak ada yang berubah, ia masih tampan seperti dulu walaupun kulihat sudah terdapat beberapa helai rambut putih dikepalanya.

"Om Roy...." panggilku pada orang yang sudah ku anggap sebagai ayah kedua ku ini, dan sapaanku langsung membuatnya bangun dari kursi. Ia menatapku nanar, dan kedua tangan nya menjulur menangkap kedua bahuku.

"Kamu...? nak, Prilly...! Apa ini kamu?!" Tanya nya pada ku. Aku mengangguk dan setelahnya ia langsung memelukku. Tangiskupun pecah. "Kamu sudah besar ternyata. Lihat! Anak ku sudah tumbuh menjadi seorang gadis. Bagaimana kabar kamu nak? Dan apa yang terjadi selama om pergi??"

"Kabar Prilly baik - baik aja om. Banyak sekali kejadian berat yang prilly lewati selama ini...."

"Ayo, kita duduk dan bicara !" Ajaknya. Pun aku mengangguk, aku duduk bersamanya dan mulai menceritakan apa yang ia tanyakan, soal meninggalnya ayah sampai kondisi bunda yang memprihatinkan saat ini. Tak lupa aku juga menceritakan bantuan kak Ricky selama ini pada kami, yang membuat aku juga bunda masih bisa bertahan sampai sekarang.

"Begitulah om... Selama ini kak Ricky lah yang selalu membantu kami om. Dia banyak berjasa pada Prilly juga bunda sepeninggalnya Ayah... kuliah Prilly, biaya rumah sakit bunda, kak rickylah yang membantu kami om..."

Kulihat om Roy menangis terisak, ia menjalankan kepalan tangannya pada bibirnya. "Om benar - benar minta maaf nak, seharusnya semua itu kamu dapat dari om bukan orang lain. Ayah banyak berjasa untuk keluarga om, dan apa yang bisa om lakukan saat ini?? Malah pemuda itu yang......"

"Sudahlah om, tidak ada yang perlu di sesalkan lagi. Semua sudah terjadi, mungkin memang jalannya harus seperti itu om..."

Om roy mengangkat dagunya. Ia menatapku begitu lekat, hingga ia kembali memelukku erat.

"Kamu gadis baik nak. Kamu gadis yang kuat. Om janji, kamu akan segera mendapatkan semua yang harus kamu dapatkan, om janji!" Ujarnya.

Pertemuan kami tidak berlangsung lama, om roy pamit begitu kami selesai berbicara. Tapi sebelumnya kami juga membuat janji. Om roy ingin menemui bunda besok, ia ingin memastikan kondisi bunda.

Entah apa yang akan ia lakukan, yang jelas sebelum pergi ia sempat berkata 'kau akan segera mendapatkan hak mu'. Aku tidak bisa mencerna apa maksut dari kata - katanya, dia juga tidak memberikan penjelasan lebih untukku.

"Prill, kakak boleh tanya?!" Ujar kak Ricky yang saat ini sudah berada di samping ku. mendongak, aku pun segera mengangguk. "Kalo boleh tau, siapa dia tadi?!"

"Om roy?! Dia sahabat ayah..."

Kak ricky mengerutkan dahi cepat. "Tapi, kakak gak pernah lihat dia..."

"Dia baru sampai di indonesia kak, beberapa tahun yang lalu om roy dan keluarganya pindah keluar negeri... wajar saja kalo kakak gak pernah ketemu!!"

Kak ricky mengangguk mendengar penjelasanku dan kurasa jawaban itu cukup untuknya melihat ia yang tidak banyak bertanya lagi padaku.

... ....... ........

Hari ini pekerjaan ku berjalan lancar seperti biasa, dan saat ini aku baru saja sampai di rumah bersama kak ricky. Baru saja aku akan membuka pintu rumah, handphone ku berdering tanda ada panggilan masuk.

When????Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang