Chapter 22

39.9K 2.5K 106
                                    

Okey... 3 part untuk malam pergantian tahun ini...
N sekarang aku mau liat hasilnya, maksudku voment nya... kalo aku publishnya beruntun gini. Apa itu buat kalian jadi semangat ngevote.. kalo emang iya... ya bisa aja aku update beruntun lagi kayak sekarang...
Semua tergantung kalian... hihihi..
Okey deh...

Happy reading all....

...

"Bik..... bibik...." seruku berusaha memanggil bibik yang entah bagaimana kondisinya setelah dia keluar dari kamar kami tadi.

"Iya non??" Ku dengar sahutan bibik dari arah halaman dan dengan setengah lari ia datang pada kami. Maksudku, Aku dan Ali. "Iya non??" Ulangnya setelah dekat.

Aku melirik Ali yang masih memasang wajah kakunya. Aku meraih tangannya, kemudian melingkarkan lenganku pada lengannya dan pada saat dia memandangku. Aku berusaha meyakinkan dia hanya dengan menganggukkan kepalaku.

"Ali mau ngomong sama bibik..." kataku kemudian.

"I..iya den??"

Ali menghela nafas panjang. Dia diam untuk beberapa saat, matanya kembali menangkapku. Sepertinya dia belum yakin. Tapi setelah aku kembali menganggukkan kepalaku, dia ikut mengangguk sebelum akhirnya kembali menoleh pada bibik yang berdiri di depan kami.

"Aku minta maaf..." katanya. Aku tersenyum dan bibik melongo seolah tidak percaya. "Tadi aku udah bentak - bentak, itu karna aku lagi emosi. Aku takut terjadi sesuatu sama dia..." ali melirikku sebentar.

"I..iya den.. bibik juga minta maaf udah bikin non Prilly seperti tadi!"

Ali mengangguk dan aku tersenyum puas. "Jangan kasih dia apa - apa lagi, tolong!!"

"Iya den..." balas bibik.

"Yaudah, itu aja...."

"Okey... sekarang! Ayo kita makan.. karna aku sama bibik tadi udah nyiapin masakan kesukaan kamu.. sini..." dengan jalan berhati - hati aku menarik Ali ke meja makan. Dan begitu aku membuka penutup masakannya. Kulihat Ali tersenyum senang.

"Ini ya masakan kesukaan kamu??"

"Ini kamu yang masak?" Tanya nya dan aku mengangguk. "Okey... sekarang biar aku coba rasanya... sesuai gak sama lidah ku..." Ali segera menarik kursinya dengan antusias dan duduk manis disana. Pun aku segera menyiapkan makannya.

"Silahkan tuan.." kataku, dia tersenyum kemudian mulai mengambil sendok, memotong ayam nya lalu menyuapkan ke mulut. Aku jadi deg deg an.

Dalam beberapa saat dia diam. Tidak ada komen. "Air..." katanya. Waduh, apa makanannya gak enak? Mampus. Menyahut air di dekat ku kemudian langsung memberikan padanya. Dia menegaknya sedikit sebelum akhirnya menatapku.

"Gak enak ya??" Tanyaku. Dia diam. "Emm... okey, kayaknya harus aku beresin..." aku beranjak berdiri berniat meringkas masakan ku lagi. Tapi belum sempat aku mengambil salah satunya, Ali menghalangiku.

"Duduk..." perintahnya. Aku kembali duduk. Dan dalam beberapa saat dia tersenyum. "Siapa bilang masakannya gak enak? Ini enak loh, enak banget malahan... makasih ya?" Katanya yang berhasil membuatku tersenyum sumringah. Setelah berbicara seperti itu, Ali melanjutkan makannya hingga dia merasa puas.

"Kamu tau?? Tadi aku di ledekin sama kak dika.." adu ali padaku. Dari setengah jam yang lalu kami sudah berada di ruang keluarga, bersantai sambil menonton acara TV. Ali tengah membaringkan badannya di sofa dengan berbantalkan pahaku.

"Kok bisa? Kenapa??"

"Karna tato di leher yang kamu buat ini..." balasnya. Aku tersenyum. "Kamu sih bikin disini, kelihatan kan jadinya..." lanjutnya.

When????Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang