Chapter 15

44.3K 2.7K 131
                                    


*****

Turun dari taxi, kami langsung menuju ke lantai dimana kamar kami berada, dan dalam perjalanan kami itu. Ali mengikat kuat pinggangku dengan lengannya, mungkin dia takut kejadian beberapa hari lalu terulang. Sementara tante jessie masih menemui temannya di restoran hotel ini.

"Enggak! Kita kekamarku..." cegah Ali saat aku mau berhenti di depan kamarku.

"Ada apa??"

"Malam ini kita akan tidur di kamarku. Pihak hotel sedang mendekorasi kamar kamu untuk kamar pengantin kita!" Ali memasukkan key cardnya dan membukanya. "Ayo masuk..!"

Aku mematung menatapnya. Dan di detik selanjutnya ia tersenyum kemudian menggiringku masuk. "Jangan mikir aneh - aneh ya! Kita akan buat persiapan untuk besok setelah ini, pakaian kamu sudah dipindah ke kamar ku, dan besok baru kita akan pindah ke kamar kamu lagi.." jelasnya.

Otakku tak bisa berhenti membayangkan apa yang akan terjadi nanti malam. Masak iya aku akan tidur seranjang dengan Ali yang belum sah menjadi suamiku. Bukan aku tidak percaya pada Ali, hanya saja di apa - apain juga Ali kan manusia. Nanti kalo dia khilaf gimana? Dan lagi, apa maksud dia melakukan persiapan untuk besok? Memangnya apa yang akan kami lakukan?

"Hey..." petikan jari Ali di depan wajahku menyadarkanku dengan cepat. "Kamu nglamun lagi. Mikirin apa? Relax sayang..."

"Apa kita akan...." aku melirik kasur hotel ini dan beberapa detik kemudian Ali terkekeh.

"Jangan mikir aneh - aneh. Semua ada waktunya. Sini..." ia meraih tanganku dan menarikku duduk di sofa. Bersyukur dia memilih sofa karna jika tidak aku akan sangat ketakutan.

Hening. Kami berdua sama - sama diam, namun beberapa saat kemudian senyumannya memecah keheningan ruangan ini. Ali menggeser duduknya hingga bisa menatapku yang berada di sampingnya.

"Jujur aku gak pernah nyangka bakalan nikah sama kamu. Kadang kalo aku inget dimana pertama kalinya kita ketemu..."

Oh, dia bernostalgia. Pertemuan pertama di cafe kak ricky. "Kamu pemabok dan pembuat onar.."

"Dan kamu, seorang gadis yang galak dan sangat berani!!" Sambung Ali. "Apa kamu membenciku saat itu?"

"Benci?? Mungkin lebih tepatnya kesal...!!"

"Tapi aku sudah sangat membenci kamu saat kamu mengusik ku malam itu!!" Katanya yang berhasil menamparku kekanan untuk menatapnya.

"Serius??" Tanyaku dan dia mengangguk. "Hanya karna itu??"

"Aku bukan penyuka wanita sayang.." sejurus aku mengernyit tak faham alan maksudnya. "Em.... maksutku, ya aku normal. Tapi mungkin bisa dibilang aku kurang percaya pada wanita.. " ia menjalankan tangan kanannya untuk menyelipkan rambutku kebelakang telinga. "Tapi setelah lebih jauh mengenal kamu, kamu berbeda..."

Aku mengerutkan kening tidak mengerti apa maksut si arogan ku ini. Ia kembali tersenyum.

"Ada beberapa alasan yang membuatku akhirnya memilih kamu jadi istriku!!" Ia meraih jemariku dan menciumnya. Tuhan, dia begitu manis.

Ali menarik bibirnya dari tanganku, menatapku dengan senyum manisnya kemudian menjalankan tangannya ke daguku, menariknya perlahan dan secara naluriah aku memejamkan mataku hingga susuatu yang kenyal menabrak bibirku.

Ali menciumku untuk yang kedua kalinya. Menggigit bibir bawahku hingga menemukan akses untuk masuk kedalam mulutku dan membuat lidah kami bertautan. Dia melakukannya dengan sangat lembut, sama seperti ciuman pertama kami.

Tanganku terangkat menyentuh dadanya saat ia mendorong tubuhku ke arahnya. Ciuman itu terhenti sejenak saat kami saling mengambil nafas, saling menatap sebelum akhirnya Ali kembali menerjang ke arahku. Tuhan, kenapa aku tidak menolaknya? Kenapa aku menikmati ini semua?

When????Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang