Chapter 12

44.6K 2.6K 39
                                    

"Prill jawab..." dia mencengkram kedua pipiku. Membuatku memejamkan mata.

"Bener kamu mikir gitu??" Aku masih diam. "Jawab !!"

"Iya...ih, sakit!!" Aku menampis tangan nya hingga berhasil terlepas. Kini Ali yang diam, aku memincingkan mata mencoba meliriknya dari balik bulu mataku. Dan, oh sial. Ternyata dia diam dan sedang memandangiku dengan mata elangnya.

"Bhaahahahhahahahahahaha...."

Menoleh kaget ke arahnya aku mengernyit keheranan. Kenapa Ali jadi kayak orang sinting gini.

"Apa'an sih!!" Protesku kesal.

Aku melipat lenganku di depan dada sambil mengerucutkan bibirku. Kesel. Ya, gimana gak kesel, sepanjang perjalanan kami ke Hotel Ali masih saja tertawa dan sesekali menggodaku. Astaga, ni bocah benar - benar bikin aku malu karna pemikiranku tadi. Kalo aku tau akan seperti ini, aku gak akan utarakan ini ke Ali.

Tawa Ali mereda ketika kami memasuki hotel. Dia menuju reseption untuk pemesanan kamar sementara aku menunggunya di lobbi. Setelah beberapa saat menunggu, terlihat dari tempatku duduk Ali tengah berjalan dengan santai dari reception menuju padaku, dan di waktu yang sama pula, dua wanita di sebelahku saling berbisik membicarakan ketampanannya. Dan aku bisa sangat mendngarnya dengam jelas. Hm, mereka belum tau saja sifat aslinya. Kalo mereka tau aku bisa jamin mereka tidak akan mau sedikitpun meliriknya.

"Yuk...!!" Ajak nya. Pun aku beranjak berdiri. Dan saat Ali menggandeng tanganku, aku sempat melirik kesamping, ku lihat dua wanita yang membicarakan Ali tadi menganga seolah kaget. Ada rasa bangga tersendiri ketika aku melihat keduanya menyembunyikan wajah malunya. Makanya, jadi cewek tu yang anggun dong! Batinku memaki. Kami menuju lantai lima dengan menggunakan lift. Ali bilang sih kamarnya ada di lantai lima.

"Suit, suit..." seorang laki - laki melirik ke arahku setelah bersiul. Sialan. Aku bisa melihat dia yang sedang mengamatiku dari bawah hingga atas dan didetik selanjutnya, ku rasakan sebuah lengan melingkar kuat di pinggangku. Aku menoleh kesamping. Ali, ya tentu saja dia. Sepertinya dia menyadari juga kalo ada seseorang yang mencoba menggodaku.

"Tolong maafkan Aku sayang, demi anak kita..." ujar Ali sembari membelai perutku dan menatapku lekat.

Astaga, apa yang sedang dia lakukan. Ah, aku tau. Sepertinya Ali sedang berpura - pura untuk menghentikan aksi laki- laki mata kranjang ini. Aku menatap Ali kemudian mengangguk.

Ali tersenyum. "Makasih sayang.." ujarnya yang kemudian mencium keningku lama, menghirup pucuk kepalaku dalam dan Ya tuhan, kurasakan jantungku berdetak lebih cepat, tubuhku terasa lemas dan kurasakan sesuatu yang berbeda dari sisi lain Ali saat ia mengecup keningku untuk pertama kalinya. Entah hawa apa yang Ali berikan sampai dampaknya seperti ini.

"Hey, jangan nglamun donk.." ujar Ali membuyarkan fikiranku. Bingung mau menjawab apa, aku hanya kembali mengangguk padanya dan sesaat setelahnya aku lihat Ali melirik pria dibelakangku dengan senyuman meledek. Oh, benar ternyata. Ali berusaha mengelabui pria itu dengan berpura - pura menjadi Suamiku.

Kami melangkah keluar begitu pintu lift terbuka. Ali masih mengikat pinggangku dengan lengan kiri nya. Dan entah dapat dorongan dari mana aku membalasnya dengan melingkarkan lenganku pada pinggang nya juga. Sementara pria tadi, dia masih mengikuti kami, maksutku entahlah, apa dia memang mengikuti kami atau kebetulan kamarnya juga berada di lantai yang sama dengan kami.

"Kamar 828.. ini dia, ayo...!!" Ali memasukkan sebuah key card kedalam kunci tag dipintu itu dan...

"Excuse me??" Kataku sembari berbalik. Aku membelalak lebar mengetahui Pria tadi telah membelai punggungku barusan. Benar - benar kurang ajar.

When????Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang