Chapter 23

38.6K 2.5K 115
                                    

Maafkan jika banyak typo. Gak sempet ngedit. Keburu ngantuk...
Hehehehehe....

Happy reading..

... author ....

"Apa???!" Desah Prilly yang kemudian tidak sengaja menjatuhkan handphone Ali.

Ali yang baru saja keluar dari kamar mandi terheran. "Kenapa sayang??"

Prilly menoleh cepat dengan air mata yang mengumpul di lelupuk. "Papa...."

"Papa kenapa??"

....

Prilly's Pov

Kabar dari Rizky tadi mungkin sangat membuat Ali hancur. Papa dan mama mengalami kecelakaan fatal. Mobil yang di kendarai papa menabrak trotoar jalan. Menurut berita yang kami dengar mobil papa melaju dengan kecepatan tinggi dan menabrak pembatas jalan kemudian terjungkal dan meledak. Dalam kecelakaan itu mama selamat karna mama terpental keluar saat mobil berguling. Tapi papa, papa tewas di makan ledakan itu sendiri.

Saat ini kami sudah berada di Rumah Sakit. Ali membatalkan pertemuannya dan kami langsung terbang ke SG pagi itu juga. Beruntung kami mendapatkan tiket cepat sehingga tidak harus menunggu penerbangan malam.

Saat ini disampingku, Ali sangat terlihat frustasi. Tapi dia tetap menahan dirinya untuk tenang. Seperti yang ia lakukan tempo hari padaku, aku berusaha menghiburnya. Dan Syukurlah itu berhasil. Sesekali dia menangis tapi juga tersenyum. Siapa yang sangka papa akan pergi secepat ini? Setelah kemarin bunda pergi, rasanya kesedihan yang kami rasakan belum reda, Tuhan memanggil papa lagi untuk pergi meninggalkan kami semua.

Jenazah papa telah di makamkan siang tadi, tepatnya satu jam setelah kami datang. Sementara kondisi mama kini sudah normal kmbali. Mama hanya mengalami luka bentur di kepala yang kata dokter itu hanyalah luka ringan. Dari hasil ronsen yang kami lakukan juga memang tidak menunjukkan adanya hal yang perlu di khawatirkan.

Tapi meskipun begitu mama harus tetap di rawat inap disini. Dan begitu kondisi mama benar - benar fit kembali, barulah dokter akan mengijinkan Mama untuk pulang.

"Permisi... Ibu jessi sudah sadar, beliau ingin bertemu dengan kalian..." ujar dokter begitu keluar dari ruang rawat mama.

Aku, Ali juga Rizky bangkit untuk masuk. Ku lihat mama tersenyum saat melihat kami. Muka nya pucat dan ada sedikit luka kebam di bawah mata kanan nya. Sepertinya itu luka benturan.

"Ma... gimana ma? Ada yang masih sakit??" Ali menggenggam dan meremas tangan sang mama kuat. Mama tersenyum.

"Mama baik - baik aja..." balasnya dengan suara lemah. "Maafin mama ya? Karna mamalah papa kalian harus pergi..."

Aku mengernyit tak mengerti tapi aku lihat Ali menggeleng. "Enggak ma... mama gak salah apa - apa! Ini memang udah takdir ma.."

"Mama yang maksa papa buat anterin mama ke mall pagi tadi..." mama mulai menangis.

"Udahlah, semua udah terjadi ma.. ini sudah suratan takdir! Tuhan memang sudah menggariskan seperti itu.. jadi jangan salahin diri mama sendiri..." katanya. Mama terlihat mengangguk kemudian ia menoleh padaku. Tangannya mengulur ke arahku seolah mengundangku untuk datang padanya. Pun aku melangkah mendekatinya.

Mama menumpuk tanganku dengan tangan Ali menjadi satu. Kemudian dia menatap kami tersenyum walaupun matanya berusaha membendung lagi air matanya yang hampir keluar.

"Boleh mama minta sesuatu sama kalian?" Tanya mama membuat ku dan Ali saling menatap.

"Apa ma?" Sahut Ali. "Kalo kita bisa kita pasti kasih kok..."

When????Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang