Chapter 34

26.9K 2.3K 170
                                    

Laki - laki tampan, mengenakan kemeja biru menebarkan senyum khasnya dari arah pintu.

"Dokter Andre?!" Desus kak ricky begitu dokter Andre melangkah mendekati kami. Kak ricky berdiri menyambut kemudian mereka saling berjabat tangan seperti biasa.

Kenapa dia malah datang kemari? Bukannya aku tadi menyuruhnya untuk menunggu sampai aku mengabarinya. Dan lagi, sangat tidak mungkin aku menanyakan masalah mama dan ali di hadapan kak ricky. Itu mustahil. Kalau begini, bagaimana aku bisa bicara berdua dengannya. Masak aku harus mengusir kak ricky yang juga baru aku temui. Aku juga tidak mungkin mengajaknya pergi dari sini kan? Apa nanti tanggapan kak ricky kalo sampai itu terjadi. Astaga, rizky benar - benar membuat ini semua kacau.

"Sya?!"

"Ya?!" Aku menoleh cepat saat kak ricky memanggil.

"Kamu gak denger kakak?"

"Em... maaf kak. Ta - tadi Prilly lagi em - mikirin mau .... makan siang sama Ali atau enggak. Jadi - en..ngak denger. Kakak ngomong apa ya?! Hehe..."

"Hm... Ali aja suruh kesini. Kan enak rame!"

"Hehehe..."

"Gini, berhubung ada dokter Andre. Kamu disini sebentar ya? Kakak lagi mau nemuin temen dulu. Paling satu atau satu setengah jam an. Jangan pergi dulu. Kakak masih kangen sama kamu..."

Bagus. "Oh? Iya udah kak. Gak papa. Biar Prilly sekalian yang jaga cafe nya..."

"Bener ya? Jangan pergi dulu.."

"Iya..."

"Yaudah. Aku tinggal ya. Gak enak soalnya udah janji. Sebentar kok... ya. Daaah..." dan kak Ricky berlari keluar dari cafe. Aku melihatnya sampai dia pergi dengan motor ninjanya yang biasa dia sebut si black. Hampir sama dengan nama panggilan teman kencan mama itu. Ali kan memanggilnya blacky.

Sial, kenapa aku jadi ingat dengan pria itu.

"Khem.. jadi apa yang mau kamu bicarain sya?!"

Aku menoleh menatap pria di depanku. "I - ini soal Reifan..."

"Ada apa sama dia?!"

"Dan Rena..." Dia mengernyit kemudian mengalihkan pandangannya dariku. "Reifan udah cerita semua..."

Dan sekarang, dia menatapku lagi. Kali ini terlihat sangat serius. "Itu bagus. Memang kamu harus tau semuanya..."

"Jadi bener? Soal mama dan blacky??"

Kulihat Rizky menegang. "Blacky? Apa dia cerita sedetail itu?!"

Bagus Prill. Sepertinya Rizky sudah mulai terpancing. "Iya, dia cerita semuanya..." rizky diam menghela nafas. Wajahnya menunduk menatap kebawah dan aku tidak tau apa yang saat ini sedang ia fikirkan.

"Reifan dan traumanya itu karna mama. Sampai dia tumbuh brutal dan pembangkang pun karna mama.. jadi aku rasa, kalian gak berhak nyalahin Reifan karna memang dia seperti itu akibat didikan salah dari mama..."

"Enggak sya, aku rasa..... waktu itu tante jessie cuma khilaf. Mungkin!!" Balasnya terkesan pasrah.

Aku tersenyum kecil. "Kalo khilaf. Gak mungkin dia ngelakuin itu berkali - kali. Terlebih pergokan Ali kemarin, Ali benar - benar sangat marah dan murka dengan hal itu..."

"Pergokan kemarin?!"

Aku mengangguk. "Mama kepergok lagi.. karna itu juga Ali cerita semuanya..."

"Astaga, aku fikir tante jessie sudah berubah..."

Okey, sekarang aku tau. Bahwa semua penjelasan suamiku adalah benar. Aku tidak menyalahkan penjelasan mama. Mama juga benar tapi sangat kurang lengkap.

When????Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang