Chapter 31

31.2K 2.5K 69
                                    

- kalo risih sama isi ceritanya silahkan pergi dari sini!!! Gak usah BACA !!!

- buat yang udah nunggu, happy reading...

Muah... hehehhee

...

"Bersama sayang...." bisiknya ketika tubuhku sudah menegang dan kurasakan aku sudah sangat dekat. Ia mendekatkan dirinya padaku, mencium bibirku seiring gerakannya yang semakin cepat dan beberapa saat kemudian kurasakan sesuatu berkedut di dalam diriku. Kami keluar bersamaan.

Ali ambruk diatasku dan aku menangkapnya. Memeluk dan melilitnya erat dengan kedua lenganku. "Love you sayang. Demi Tuhan, aku bener - bener cinta sama kamu.." bisiknya tepat didepan telingaku dimana hal itu benar - benar membuatku terbang melayang - layang.

"Aku juga cinta sama kamu..." balasku. Ia mendongak menatapku kemudian tersenyum manis. Membuatku sangat gemas. Moment seperti ini adalah moment yang paling membuatku takut jika Ali tau soal warisan itu. Maksudku, aku tidak pernah mau kehilangan moment seperti ini bahkan setelah Ali tau yang sebenarnya. Aku mau hubungan kami terus dan selalu seperti ini.

"Li..."

"Em..?"

"Boleh aku nanya sesuatu?!"

Ia kembali mendongak dan wajahnya terlihat sangat serius. Tidak ada senyuman itu lagi, sangat kaku dan datar. "Apa? Soal keburukanku lagi?! Kalo iya, masalah apa? Penari striptis itu? Apa yang aku lakukan di semua party ku?! Itu tidak penting Prill, maksudku.. untuk apa kita bicarakan hal itu kalau saat ini kita sudah bahagia dengan rumah tangga kita?! Denger, aku gak akan pernah selingkuh ataupun main wanita diluar sana. Pegang kata - kata ku.." cerocos Ali membuat Prilly terkikik.

"Bukan, bukan itu sayang..."

Ia kembali menautkan alisnya. "Terus?!"

"Emmmm...." Aku memutar mulutku sekali. "Misalnya kamu dibohongi, kira - kira hukuman seperti apa yang akan kamu berikan?!"

Ali menyipitkan matanya. "Apa kamu mau hukum aku karna aku udah bohongi kamu selama ini?!"

Memutar bola mataku, aku bergidik kecil. "Anggep aja gitu..."

Ia mengangguk - angguk. "Okey.. bagaimana kalo hukumannya seperti apa yang baru saja kita lakukan?" Usulnya seraya menaikkan alisnya beberapa kali. Aku memukul pundaknya kesal. Apa - apa'an sebenarnya orang ini. Otaknya benar - benar kotor. Sialan.

Ting nong...

Kami diam dan saling menatap ketika mendengar bel berbunyi. Ali bangkit kemudian menutupi tubuhku dengan selimut sofa. Sementara ia sendiri meraih celananya kemudian memakainya. "Tunggu sini sayang, sepertinya itu makan malam kita..." katanya. Aku mengangguk dan kemudian ia melangkah kedepan.

Ali. Aku tidak bisa berbohong kalau aku benar - benar mencintainya, aku mencintai semua yang ada pada dirinya termasuk otak kotornya yang selalu bisa menjadi pengalih perhatian dalam ketegangan diriku. Masalah yang datang berturut - turut beberapa hari ini benar - benar menguras emosi. Tapi percaya atau tidak nanti aku dan dia pasti akan berhasil melewatinya. Hanya saja ada satu hal yang membuatku pesimis dalam hal ini. Warisan itu.

"Ini makan malam kita sayang..." Suara Ali membangunkan lamunanku. Aku mendongak, membenarkan lilitan selimutku kemudian beranjak duduk. Disini tidak ada siapapun kecuali aku dan Ali. Roy sudah pulang jadi tidak akan menjadi masalah sekalipun kami makan dalam kondisi seperti ini.

....

"Apa kita gak pamit dulu sama mama?!" Tanyaku. Saat ini kami sudah berada dalam perjalanan menuju bandara untuk kembali ke jakarta.

When????Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang