Chapter 5

48.9K 2.6K 18
                                    

****

Aku berusaha membuka mata. Badan ku pegal semua rasanya. Aku menggeliat untuk melemaskan otot - otot ku. Dan... Ya Tuhan, bagaimana aku bisa berada di kamar ku?

Oh, om roy. Ya!! Tentu saja beliau yang membawaku. Selepas dari pemakaman tadi om roy membawaku pergi dan sangking capek nya aku sampai ketiduran di mobilnya.

"Kamu udah bangun?"

Aku menoleh begitu mendengar suara kak ricky. Dia juga ada disini? Aku mengangguk. "Kakak udah pulang?" Tanpa menjawab pertanyaan ku, kak ricky melangkah masuk dan duduk di pinggiran ranjang ku sembari memainkan jarinya. Dilihat dari gelagatnya, Sepertinya ia mau membicarakan sesuatu.

Aku sedikit merunduk miring untuk menangkap wajahnya.

"Prill.... ada hal yang harus kakak omongin!" Ujar nya sebelum aku sempat bertanya apapun padanya.

Sudah ku duga. "Apa?!"

Lagi ia menunduk membuatku menautkan alis cepat. Sebenarnya ada apa sih?

"Bunda!!! Bunda kembali mengalami kejang dan saat ini ia belum juga sadarkan diri..."

Aku membekap mulutku begitu mendengar pernyataan itu. Air mataku langsung mengumpul dan perlahan menetes bergantian.

"Kalo sampai besok bunda belum juga sadarkan diri. Bunda bisa dipastikan positif koma.."

Ya tuhan. Apa lagi ini? Koma? Koma adalah kondisi yang menakutkan. Seseorang yang koma hanya akan mengalami dua kemungkinan saja. Sadar dan bangun atau menutup mata dan mati. Ya Allah... lindungi bunda ku dan sembuhkan lah dia.

Aku bergerak membuka selimutku untuk beranjak pergi, namun kak ricky segera menahanku. Ia memelukku dari belakang saat aku meronta dan histeris.

"Lepasin aku kak, aku mau lihat bunda... aku mau ketemu bunda!!!"

"Kamu harus dengerin kakak dulu. Ada hal yang harus kamu tau selain itu....." ujarnya membuatku sedikit mereda. Aku berbalik menghadapnya dan menatap kak ricky yang malah menunduk. Ia berjalan melewati ku dan membuka lemariku.

"Kakak nemuin ini di bawah selimut bunda saat sprai bunda di ganti!!"

Mataku membelalak lebar begitu melihat 1 kantong plastik berukuran 3 x 5 cm itu penuh dengan pil dan obat - obatan. Jadi selama ini bunda tidak meminum obatnya? Bagaimana bisa? Ya Tuhan.

"Selama beberapa minggu terakhir ini ternyata bunda tidak meminum obatnya. Ia menyimpannya di plastik ini bersama dengan surat untuk kamu..."

"Surat?"

Kak ricky mengangguk dan menyerahkan seplastik pil yang berada di genggamannya lengkap dengan secarik kertas. Tanganku gemetaran menerima sekantong pil itu, dan tanpa mengulur waktu lagi aku pun membuka dan membaca surat yang katanya ditujukan padaku.

'Dear putri bunda tercinta..

Prilly, putri kecil bunda satu - satunya yang sangat manja. Tidak pernah bunda sangka, sekarang kamu sudah tumbuh menjadi gadis cantik, mandiri dan sangat kuat. Nak, ada beberapa hal yang harus bunda sampaikan pada kamu. Yang pertama... bunda hanya ingin berpesan pada kamu, jangan pernah salah paham dengan apa yang selalu bunda putuskan. Semua keputusan yang bunda ambil sudah bunda pikirkan matang - matang. Bukan bunda ingin meninggalkan kamu sendiri, tapi bunda akan sangat amat merasa bersalah kalau harus terus membebani kamu dan kakak kamu dengan kondisi bunda yang seperti ini. Maaf kan bunda sayang.....'

Aku terduduk kembali ke kasurku. Air mata ku mengucur begitu deras. Demi tuhan, aku tidak pernah keberatan apalagi merasa terbebani dengan kondisi bunda. Karna aku sadar, ini semua adalah ujian kami. Tapi kenapa bunda berfikir seperti itu???

When????Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang