Chapter || 8

37.4K 2.7K 32
                                    


****

Aku melipat dan segera memasukkan kertas yang telah selesai kubaca kedalam saku ku. Setelah nya aku segera kembali ke kursiku dengan Map yang tadinya kubaca.

Kertas tadi adalah surat yang di tulis oleh tante renata untuk Prilly. Dan setelah membaca ini, aku sudah membuat keputusan ku. Aku akan menikahinya. Selain aku yang tidak akan kehilangan apa pun, warisan dan semua yang kami punya akan tetap menjadi milikku pribadi. Bukankah kalo aku menyetujui untuk menikah dengan gadis itu papa tidak akan mengganti surat warisan nya!

Baiklah, aku akan menikahinya. Tapi aku akan buat papa sendiri yang menginginkan perceraian ku dengannya nanti. Hmm... Ali, inilah gunanya otak bisnis. Bukankah ini juga termasuk bisnis. Batinku tersenyum bangga pada diriku sendiri.

"Permisi pak..."

Aku melirik ke pintu menemukan Dila yang kepalanya muncul di balik pintu. "Masuk!!" Perintahku.

"Ini saya membawa beberapa laporan yang bapak perlukan.."

Aku mengangguk. Ada 4 macam Map tipis yang ia letakkan. "Saya akan membawanya pulang. Tapi kalo memang ada yang sangat penting yang harus segera saya ketahui saya akan segera membuka itu!"

"Tidak ada pak. Soal pembangunan panti asuan itu sudah di selesaikan oleh pak roy beberapa hari lalu, dan ini hanya laporan harian yang biasa bapak ingin ketahui.."

Aku kembali mengangguk. "Okey, kamu boleh pergi..."

"Permisi pak..."

"Li..." seruan Prilly melengking memenuhi ruangan ku. Aku menatapnya yang kini masuk dan berhenti di depan pintu balkon.

Aku melirik Prilly dan juga Dilla bergantian. "Em? Kenapa sayang?"

Prilly melirik Dila cepat, sepertinya ia juga menangkap dengan baik isyarat mata yang aku berikan agar ikut mengikuti caraku di depan mereka para karyawanku. "Em... aku harus ke cafe, sekarang!!" Ujarnya lembut. Dalam hati aku tersenyum remeh. Si batu bisa juga melunak.

"Okey, kita akan kesana setelah ini!" Kata ku yang langsung mendapat anggukannya.

Dan kulihat Dilla yang masih berdiri di sana. Pun aku berdehem. "Apa ada hal lain lagi Dilla?" Tanya ku. Ia tersentak, sepertinya dilla kaget.

"Em... tidak pak, maaf! Saya permisi.." dan dilla langsung keluar.

"Apa'an sih teriak - teriak? Ini kantor, bukan lapangan dan bukan hutan!!"

"Aku harus ke cafe sekarang!!"

"Memang ada apa di sana? Bahkan ini masih belum jam 12!! Gak usah bantah ya, inget aku calon suami kamu!!"

"Tapi aku harus cepet kesana Li, ada staff yang sakit. Dia ijin buat pulang barusan, tapi aku suruh nunggu sampe aku dateng dulu.."

"Tapi kamu akan tetap datang jam 4 nanti!!" Pungkasku yang mencoba tak melihatnya. "Aku harus cek ini dulu sebentar, lagian kita juga harus ambil pakaian ganti kamu dulu kan?"

"Kalo kamu gak bisa anter aku sekarang, aku bakalan berangkat sendiri. Aku bisa kok kesana sendiri!!"

"Tunggu....." seruku begitu dia melangkah cepat menuju pintu. Dan ya, aku berhasil menghentikannya.

___ _____ _______

Prilly's Pov

Aku berhenti sembari menoleh padanya. Dia fikir dia bisa mengaturku seketat itu, dia masih calon suami. Jadi aku masih berhak membantah kapan pun aku mau.

"Okey, kita pergi...." ujarnya dengan nada yang seolah menyerah. Ia segera mengepak beberapa map yang tergeletak di mejanya termasuk map tebal yang tadi ia baca. "Jadilah calon istri yang baik! Ayo..."

When????Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang