part 1

200 7 0
                                    

Apa yang dinantikan dari sebuah hubungan?? Kepastian! Ya kepastian dari pihak yang ditunggu.

Lee nuna bukan pertama kali dibuat kecewa oleh Bo young , kekasih semenjak sekolah menengah.

"Jika kau ingin putus atau berpisah dengannya, kau akan lebih sakit..." begitu kata seorang peramal padanya dikarnaval setahun yang lalu.

"Masih berhubungan saja sudah jatuh berkali sakitnya... " batinnya terus meyakinkannya.

Semua harus diakhiri batinnya lagi, jika benar apa yang dikatakan peramal itu, minimal sakit yang seperti ini akan berganti dengan sakit yang lain. Duh kok jadi berasa membenarkan sang peramal.

Tangan Lee nuna tak berhenti menjentik-jentikkan layar androidnya, membuka beberapa akun sosialnya. Matanya tak berkedip mengintip akunnya Bo young,

"Tak berubah," batinnya lagi.

"Kita putus!!" begitu pesan singkat yang sudah terlanjur terkirim. Jantungnya berdetak keras, seperti sedang gambling menatap kedepan dengan persiapan sakit lebih seperti yang dibilang peramal atau sakit berhenti sebentar dan dilanjutkan kembali, matanya nanar, ada penyesalan yang muncul dari raut mukanya, beberapa kali terlihat menggigit bibirnya,berpangku tangan dan tampak mata yang berkaca-kaca. Sesekali bernafas lebih dalam, menunggu balasan pesan dari seberang dengan tidak sabar dan kecemasan, dia berjingkat memandang jendela yang menghitam sebab selimut malam telah dihamparkan...

"Ya, oke." Sebuah pesan singkat terbaca dari layar depan.
"What....!" seperti ingin meledak, matanya menatap kaget kelayar handphonenya,nafasnya berubah tak beraturan cuping hidungnya mengembang... menahan amarah,antara rasa puas dan tak percaya dengan jawaban kekasihnya.

Perasaan terluka jelas terlihat dari mimik wajah mungilnya yang menitikkan cairan bening dikedua sudut matanya....

●●●●●

Sepagi ini matanya masih terjaga,
"Tuh kan sakit banget..!" Tangisnya pecah entah berapa lembar tissue yang telah dia buang, untuk menghapus air mata yang jatuh semalaman,bola matanya hampir tak terlihat, kantong matanya mendadak membesar.
Wajahnya bersandar pada sofa pojok dikamarnya, kopi semalam yang dia seduh untuk melanjutkan naskah skripsinya, sudah hilang baunya, sudah dingin. Matanya tak melihat apapun hanya otaknya saja yang masih menyesali, cewek selalu seperti itu, pandai mengambil keputusan tapi tak pandai mempertanggung jawabkan keputusan itu, intinya menyesal tingkat dewa.

"Baik, kita jangan lagi bertemu dalam urusan apapun!" Pesan singkat kembali terkirim

TBC

Let's playTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang