let's play(part 12)

26 1 0
                                    

Lee melenguh, menahan nafas sesak nya perasaan bersalah, karena kecerobohannya.beberapa kali terdengar isakan tangis, ia benar-benar tak tahu bahwa kecerobohannya telah membawa Bo young menjadi seperti ini.
Bo young sudah menjauh dari kamar Lee, menuju kamarnya, dan mengambil jaket dan kunci mobil, setengah berlari ia membanting pintu, Ahjuma terkejut mendengar suara pintu dibanting.

"Aigoooo..." Ahjuma, berlari mengecek pintu, melihat tuannya pergi.

Mungkin mereka berdua sedang bertengkar pikir ahjuma. Ahjuma berlalu kedapur melanjutkan memasak untuk makan malam.

Di parkiran mobil Bo young sudah bersiap mengemudikan mobilnya, kunci telah ia pasang, dan ia starter sedikit terburu-buru, dengan cekatan ia telah keluar dari area parkir. Wajahnya datar tanpa ekspresi hanya sesekali terlihat seperti sedang memendam perasaan dongkol ia bunyikan klakson hampir di sepanjang jalan , ia tak peduli lagi dengan pandangan orang, ia ingin segera menemui hyung nya.

Tidak butuh waktu lama ia sudah berada di perumahan dengan pintu gerbang tinggi menjulang, ia parkir mobilnya di tempat yang sama dengan mobil yang datang sebelumnya. Ia banting pintu mobil dengan keras, kakinya melangkah buru-buru. Setelah memencet bel beberapa kali, pintu gerbang terbuka, Bo young memasuki rumah besat itu perlahan, dalam pikirannya terlintas sosok ibunya, sewaktu datang ke Seoul pertama kali, ya di sini di rumah mewah ini.ia bersama ibunya waktu itu masih kelas tiga sekolah menengah.

"Ibu.. bukannya ini rumah ahjusi Kim yoon shik?" Tanyaku kepada ibuku yang terlihat tak bahagia, ia paksakan menarik garis bibir nya.

"ya.. dan Baik-baik lah bersama ahjusi dan hyung mu disini. "Kata ibuku.

"Apa ibu akan pergi ?" Tanya ku lagi pada ibu, ibu hanyalah menggelengkan kepalanya perlahan.

Ia masih mengingat saat-saat bersama ibunya, setiap pagi membersihkan rumah dan menjernihkan kolam, sekarang kolam ikan dihalaman rumah ini sedikit kurang terawat. Bunga anggrek kesukaan ibunya juga sudah berkurang jumlahnya, dan tinggal beberapa saja warnanya. Oh ibu, jika saja kau lebih sabar dan kuat.... matanya Bo young berkaca-kaca.
Ia memungut beberapa helai daun yang berserakan dihalaman, ketika sedang memungut sebuah suara tetiba membuatnya menegakkan tubuhnya.
"Tuan.... Anda sudah ditunggu tuan Kim."
Setelah sebelumnya ia menundukan kepalanya pada Bo young.
Langkah kakinya mengikuti orang yang sama ketika Lee datang ke rumah ini.

Setahu Bo young lelaki inilah yang merawat dan menjaga rumah ini dari dulu.

Pintu utama telah terbuka lebar, aroma yang masih sama seperti setahun yang lalu sebelum kepergian ibunya. Dan saat itu pula Bo young membulatkan tekad untuk keluar dari rumah ini.
"Jika sampai kau keluar dari rumah ini, maka jangan pernah lagi menginjakkan kakimu kerumah ini!"hardik tuan Kim yoon shik.
Entah dimana keberadaan lelaki renta itu.

Dalam perjalanannya menemui hyung nya Bo young seperti sedang membuka kembali memorinya.

Lelaki yang sedari tadi menjadi guide nya dirumah ini, mempersilahkan ku masuk.

Ku bungkukan tubuhku dihadapan orang yang tadi kupanggil hyung ditelepon, lelaki yang mengantarkan ku telah pergi setelah menutup pintu . Wajahnya masih sama seperti dulu, tak suka mengumbar senyum. Menatap ku tajam.
Tatapannya siao menguliti ku.

"Apa kabarmu?"tanya hyung.

"Baik, apa kabarmu juga hyung?" Tanyaku balik, dia tak menjawabku.

"Bagaimana dengan persiapan sepak bola? Bukankah sebentar lagi akan bertanding ."

Bo young masih diam wajahnya tak mau menatap Kim tae. Ia sadar betul ia sedang berhadapan dengan kakaknya, tapi ia sudah bertekad untuk berhenti main bola,
"Apa kamu tuli!"hardiknya.

"Aku mau berhenti bermain bola."jawabnya masih datar.
"Kenapa? Apa karena wanita itu,
Jika kamu memutuskan untuk berhenti bertanding maka, semua subsidi, seragam dan aliran dana aku hentikan baik ke klub mu maupaun ke rekening mu." Tegasnya.

"Ya, kalo sudah sepakat seperti ini , aku malahan lebih lega."jawaban Bo young membela diri.

"Lalu dengan apa kau akan menghidupi dirimu sendiri, bukankah selama ini semua fasilitas berasal dariku."suara Kim tae meninggi dengan nada congkak, ia berdiri meninggalkan Kursinya memilih menatap keluar kearah jendela.

Let's playTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang