Di apartemen ;
Malam terus merangkak, menutup dirinya semakin rapat, banyak lampu beberapa gedung juga dimatikan, pertanda memang malam benar telah larut. Lee masih tertegun menatap kursi kosong dihadapannya, deretan makanan juga sudah mulai dingin dimeja makan, sesekali ia arahkan pandangannya ke pintu, tak jua ada yang membukanya. Telepon genggam dihadapannya tak berdering, sudah lebih dari ratusan kali ia mencoba menghubungi Bo young namun yang terdengar hanya pesan, "anda terhubung dengan pesan suara..." perasaan bersalah nya semakin membuat dirinya terlihat murung.
Tak tega juga jika ia tak menunggu kedatangan kekasihnya. Ahjuma sampai berpesan , "nyonya, nanti kalo tuan datang tolong bangunkan saya, biar saya hangatkan sayurnya.
"Gak usah, nanti saya saja, ahjuma istirahat saja." Kataku. Ahjuma kemudian pergi ke kamarnya.
Sementara di kediaman Kim tae.
Bo young masih dengan pendiriannya keluar dari klub sepak bola, dia tidak akan pernah lagi menggunakan fasilitas yang diberikan hyung nya, ia sudah bosan ketika pekerjaannya menjadi model di toko dan cafe kakaknya hanya sebagai alat untuk menyetir dirinya.
Bo young merasa dirinya banyak di manfaatkan oleh hyung nya. Ia harus mencoba berdiri dengan kakinya sendiri, tanpa berpegangan dengan orang lain.
Bo young semakin tidak mengerti dengan sikapnya hyung yang seolah tarik ulur dengan dirinya, semakin tidak mengerti jalan pikirannya, hyung tidak kekurangan uang kenapa harus kelabakan, ketika dirinya memutuskan berhenti menjadi brand ambasador nya, dia bisa saja menyewa model sekelas Kim so hyun , untuk menjadi branded ambasador pertokoannya."Apa kamu tak berpikir dampak apa yang akan kau dapatkan? "Kim tae memecah kebisuan.
"Sudah aku pikirkan hyung..,"jawaban ku membuat hyung bangkit dari tempat duduknya dengan tatapan menghunus.
"Baiklah, besok serahkan semua kartu kredit yang disediakan toko dan kafe, juga serahkan mobil mu sekarang juga, biar nanti kamu pulang diantar sopir."
"Ya , kebetulan semua sudah aku siapkan, berkas dan kontrak kerja, kunci mobil, dan kartu kredit." Sembari membuka jaket dan mengeluarkan beberapa lembar kertas didalamnya.
Matanya Kim tae terbelalak melihat wajah dihadapannya, "apa yang dipersiapkan olehnya."ia membatin.
"Ini sudah larut, mianhe permisi, aku pulang naik taksi saja." Bo young membungkukan tubuhnya sebagai tanda penghormatan pada hyung nya.
Bo young tak peduli lagi dengan ayah tirinya yang berkali membuat dirinya tersandung masalah dari perjodohan, klub nya juga sempat di boikot.
Bo young sering tidak mengerti dengan jalan pikiran dan sikap kedua orang yang paling ia hormati.Langkah kakinya sedikit ia percepat, sudah tengah malam, ia memesan taksi, untuk membawa dirinya ke rumahnya. Dia terduduk di jok belakang , ada perasaan lega, namun entah mengapa wajahnya ada semburat kesedihan, ada genangan air mata disana.
Mungkin ia menyesali keputusannya, atau dia begitu bahagia dengan keputusannya?
Entah lah memang darah selalu lebih kental dari air.Selang beberapa menit taksi sudah berhenti tepat didepan apartemennya. Suasana sudah senyap, penjaga di pos juga sudah terkantuk-kantuk. Bo young memasuki apartemennya terlihat sudah sepi, ia menutup pintu dengan perlahan, tenggorokan nya kerontang, setelah berdebat dengan hyung nya cukup lama, di bergegas ke arah meja makan.
"Aigoo..... " suara dari mulutnya terkejut melihat Lee tertidur pulas menelungkup kepalanya dimeja makan. Tak tega rasanya jika dia harus membangunkannya. Lecet-lecet di siku tangannya masih terlihat basah, Bo young akhirnya berinisiatif menggendong nya. Dia rebahkan tubuh Lee perlahan di kamarnya, ia menghidupkan pendingin ruangan, menyelimuti tubuh Lee dengan bed cover. Ia bergegas keluar dengan hati-hati biar tak membangunkannya.
Ia bergegas keruang kerjanya, mengambil satu botol minuman, pikirannya kalut, dengan keputusannya meskipun didepan hyungnya ia tampak tegak tak terpatahkan, sebenarnya dalam batinnya ia tak tega , ada perasaan iba melihat hyung nya yang ambisius. Beberapa teguk ia minum, ia picingkan matanya ketika menelan minumannya. Ia menghabiskan malam ini di ruangan kerjanya, ia harus bertahan dengan keputusannya, sama seperti saat ia memutuskan untuk keluar dari rumah besar tadi. Ia rela tidur di asrama klun sepak bola, makan sesuai jatah disana.
Keesokan harinya, Lee terbangun dengan sedikit terkejut, ia baru menyadari bahwa ia sudah berada didalam kamarnya. Ia memutar kembali ingatannya, barangkali ada yang terlewat ketika ia memasuki ruangan kamarnya, seingatnya ia hanya duduk menunggu Bo young dan mengantuk di ruang makan.
"Omo...., Bo young. ......" kakinya sudah memakai sandal rumah. Ia bergegas menuju ke kamarnya Bo young, dia segera membuka pintu kamarnya, tidak dikunci, dia memasuki dan ia pebih terkejut, tak didapatinya Bo young dikamarnya. Ia bergegas ke dapur barangkali ahjuma mengetahuinya.
"Ahjuma, apa semalam tuan Bo young tak pulang kerumah?" Tanyaku dengan suara nafas terengah-engah.
Ahjuma hanya menggelengkan kepalanya. Lee mengambil telepon genggamnya yang ter tinggal semalam dimeja makan, ia mencoba menghubungi Bo young namun yang terdengar hanya pesan dari kotak suara..
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's play
Short StoryApa yang ditunggu dari sebuah hubungan??? Kepastian,ya benar kepastian! Lee nuna gadis belia, mungil, cantik masih terlalu 'cemen' ia tak berani mengambil keputusan. "kamu akan begitu sakit ketika putus hubungan dengan cowokmu." begitu kata perkata...