Thirteen.

9.1K 896 74
                                    

Yeeun POV

Jungkook. Jeon Jungkook. Ya, pria yang sudah beberapa minggu menetap tanpa gangguan di samping rumahku. Mana semakin lama semakin cari muka di hadapan Nyonya Min, dan itu sungguh-sungguh membuatku muak.

Oh, Nyonya Min juga membuatku muak. Kadang ia membicarakan putri sulungnya--Min Hyosun--di depanku dan membedakan putrinya itu denganku. Dan, selalu aku yang berada di posisi bawah.

"Oh, Hyosun sangat sering menelfonku kalau sedang di asrama." pamernya, "apa kau sering menelfon eomma-mu juga saat masih di Seoul."

Uh, rasanya sangat-sangat mengesalkan sampai rasanya otakku mendidih seperti air panas. Dan hal itu tak ia lakukan sekali saja, tapi berkali-kali. Itulah alasannya kenapa aku begitu muak sampai ingin membakar rumahnya, tapi itu tidak akan pernah terjadi. Aku masih punya hati nurani.

Yang lebih mengesalkannya lagi, Jungkook mencoba membuatku semakin muak dengan mengunjungi rumahku setiap hari dan mengambil makanan camilan saat eomma sedang lembur di kantor. Atau bahkan saat eomma di rumah pun ia juga sangat merasa sopan melakukan hal itu. Parahnya lagi, eomma tidak mengeluarkan sepatah kata hinaan untuknya. Sekali bicarapun akan menyuruh Jungkook datang sering-sering.

Sama seperti sekarang.

"Mana tanggung jawabmu?" sungutku sambil berkacak pinggang pada Jungkook yang duduk di sofa rumahku dengan semangkuk popcorn asin di pangkuannya. Bukan karena ia berbaring di atasnya sambil menonton acara TV, tapi karena ia membuat kotor sofanya dengan popcorn tumpahnya. Itu sangat-sangat menjijikan tentu.

Pria ini hanya menatapku sekilas tanpa mau berniat membersihkannya. Lalu ia berucap, "ya, nanti akan kubersihkan."

Aku hanya bisa mengepalkan tanganku saking kesalnya, "Iya, Iya, dan Iya. Kau hanya bisa bicara iya tanpa mau melakukannya, kau ini--"

"Kenapa berisik sekali, aku tidak bisa mendengar TV-nya. Kalau kau mau mengoceh nanti saja, ya."

"Apa?!"

"Yeeun-ah. Kenapa tidak kau saja yang membersihkannya?" Eomma tiba-tiba saja keluar dari kamarnya dengan pakaian rapi. Sudah pasti eomma mau keluar lagi. Selalu saja ditinggal, dan Jungkook tidak disuruh pulang walau hari sudah malam begini.

Kudekati wanita itu dan berjalan di atas lantai kayu berwarna old-brown ini. Ya, eomma. Aku penasaran mau kemana lagi eomma malam ini.

"Selamat malam, Nyonya Jang." sapa Jungkook dengan senyumannya pada eomma yang langsung membalas senyuman padanya.

"Malam juga, kook."

Kesal? Ya. Perilaku cari muka yang diberikannya itu terlalu membuatku mual. Dan oh, ya sekali lagi kuecamkan bahwa Jungkook adalah pria yang kejam. Jangan pernah tertipu dengan rayuan mautnya akhir-akhir ini.

"Eomma mau pergi lagi?" tanyaku penasaran sembari memicingkan mataku di balik punggungnya.

Wanita yang sama tinggi denganku itu segera berbalik tubuh, mungkin setelah menyadari bahwa pertanyaanku sedikit mengusiknya. Tapi aku tidak tahu, mungkin memang pertanyaanku mengganggu privasinya.

Eomma hanya bisa diam sambil bergumam pelan. Bola matanya menatap benda lain, seakan fikirannya sedang mencari ide untuk menjawabku. Namun ia kembali berkata, "Rekan kerja."

[1] Beauty at All | +jeon jungkook [re-write]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang