Twenty Two

7.3K 544 40
                                    

Media : Kim Mingyu

. . . . . . . . .

Malam itu, semilir angin berhembus membuat setiap helai rambutnya bergerak seirama dengan angin yang menerpanya. Laki-laki berambut hitam itu terdiam dan duduk di bangku panjang di belakang minimarket. Ia memandangi terus layar ponsel yang memaparkan seorang gadis yang tengah berfoto selca sendiran. Gadis berambut coklat itu sudah pasti gadis pemilik ponsel yang ia curi kemarin. Ya, gadis galak yang terus-terusan mengejarnya.

Kebetulan sekali, malam ini ia tidak tinggal di penginapan 'Delavoir' yang biasa ia tempati bersama Chaerim—adiknya. Kalau tidak, ia pasti bertemu lagi dengan gadis galak itu.

"Mingyu-oppa, bagaimana kalau besok saja kita ke daerah ruko untuk menjual ponselnya?" Chaerim gadis muda yang pandai. Akalnya cerdik dan ia selalu bisa diajak bekerja sama dalam hal seperti ini. Ya, hanya mereka berdua karena orang tua mereka sudah meninggal setahun yang lalu.

"Baiklah," Mingyu mengelus puncak kepala adiknya yang tengah menyantap sebuah mi instan di depannya.

Tring, satu pesan masuk ke dalam ponsel di tangannya.

Pandangannya teralihkan segera pada layar ponsel tanpa passcode tersebut. Matanya memicing, seseorang bernama 'Jimin' lagi. Sudah dari kemarin malam laki-laki bernama Jimin ini terus memberi pesan dan terkadan menelfon—membuat berisik dan kebisingan dimana-mana.

Jimin;
Ya tuhan, aku akan benar-benar membunuhmu jika bertemu!

Ia mendengus geli dengan menampilkan senyuman smirk yang memperlihatkan gigi gingsulnya. Mingyu beralih mengetik sebuah pesan balasan di layar ponsel tersebut untuk pertama kalinya.

Yeeun;
Hey, Jimin, aku sedang sibuk. Bisa kau tidak menggangguku? Aku akan membuang nomorku dan menggantinya dengan yang baru, so good bye Jimin.

"Haha," ia terkekeh sebentar kemudian memasukkan ponsel tersebut ke dalam saku bajunya. Laki-laki dengan kemeja yang sama dengan yang kemarin ia pakai ini membuka sebungkus permen loli dan memasukkanya ke dalam mulutnya. Kedua tangannya meraih Chaerim yang barusan membuang bungkus mi instannya ke tempat sampah untuk naik ke gendongannya. "Kapan kau mau berjalan sendiri, dasar manja?"

"Sampai oppa tidak bisa membawaku lagi. Kajja!!"

●○●○●

"Kau mau es buah?" Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu menawari saat baru saja duduk di samping putranya. Ya, Nyonya Sina. Ia memiringkan kepalanya mencoba melihat wajah putranya yang nampak berbeda dengan kemarin. "Hey, kau nampak lesu. Itu tandanya kau butuh es buah!"

Jungkook menggeleng pelan sambil menatap santapan terakhirnya dari kare yang ia makan untuk malam ini. Nampak jelas sekali di wajah tampannya bahwa ia sedang di landa mood buruk.

"Kau ada masalah?" Nyonya Sina bertanya karena baru saja menyadari sikap putranya yang aneh tersebut, "Kook-ah, kau bisa menceritakannya pada eomma?" Ia terus berusaha menatap wajah putranya dengan memiringkan kepalanya, "Apa terjadi sesuatu antara kau dan pacarmu?"

Laki-laki dengan ramut hitam dengan belahan agak menyamping ini tergelak, ia baru tersadar akan sesuatu hal. Kata-kata 'punya masalah dengan pacar' itu yang membuatnya tersadar. Yeeun? Ia bahkan tak tahu kabar gadis itu karena sejak kemarin ponselnya tak ia buka. Ia hanya ingin melewati masa-masa bersama eomma-nya sedari kemarin hingga lupa akan gadisnya.

[1] Beauty at All | +jeon jungkook [re-write]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang