"Hey, sekarang sudah weekend." Yeeun menyenggol lengan pria di sampingnya dengan senyuman penuh artinya. Sedangkan pria yang tadinya masih fokus pada penggorengan di depannya itu segera menolehkan kepalanya pada gadis itu. Ya, gadisnya.
Jungkook menaikkan kedua alisnya, "Memangnya kenapa?"
Yeeun merubah tatapan bahagianya menjadi tajam. Lagi-lagi Jungkook mengerjainya tanpa alasan. Ia bosan dengan godaan setan ala Jungkook di setiap harinya karena semua itu kadang membuatnya kesal bukan main. Jadi ia harap semoga ia bisa melihat Jungkook tak membuatnya marah sehari saja.
"Kau bisa tidak kalau tidak membuatku marah?" Yeeun kembali terfokus pada adonan yang ada di atas wadah. Ia mencampur adonan itu dengan kedua tangannya yang sudah ia lapisi plastik. Namun, adonan itu justru ia buat sebagai tempat pelampiasan amarahnya pada Jungkook dengan cara meremas adonan itu sekeras mungkin.
Jungkook terkekeh pelan, "Habisnya kau cantik sekali kalau sedang marah."
"Eh?" Yeeun segera menoleh dengan rasa terkejutnya. Bahkan ia hanya mampu terdiam dan tak sadar kedua buah pipinya memerah sempurna saat ini. Ya tuhan, batinnya.
Jungkook kembali menghadap ke penggorengan pastelnya. Perlahan ia tersenyum tipis sembari mengingat-ingat bayangan masa lalu dalam benaknya, "Mungkin karena itu aku dari dulu suka sekali membuatmu marah. Ya, karena kau jadi mengenalku karena aku suka mengejekmu, dan karena itu kau jadi mengerti siapa aku walau kita tidak pernah berada dalam satu kelas sama sekali."
Yeeun masih menatap wajah tampan Jungkook dari samping. Bahkan ia baru saja menangkap ketulusan dari perkataannya dari tatapannya. Justru hal itu membuatnya semakin mencintai Jungkook lebih dan lebih.
Yeeun tersenyum tipis, "Aku sudah menyukaimu dari lama sekali."
Sederet kalimat itu membuat Jungkook kembali menolehkan kepalanya dan menatap Yeeun yang segera mengalihkan wajahnya ke arah wadah adonan di depannya. Ia hanya sedikit malu atas pernyataannya barusan. Ia terlalu pengecut untuk mengatakan hal itu.
"Bahkan saat kita baru duduk di kelas 1, sebelum kau mengejekku, aku sudah mengetahui siapa namamu." Yeeun berusaha menahan degub jantungnya dan rona merah di pipinya, "Itu karena aku selalu mencari tahu informasi tentangmu diam-diam dari temanmu semasa Sekolah Menengah Pertama dengan alasan ada tetangga di rumah yang menyukaimu."
Jungkook mendengus perlahan dengan senyumannya yang melebar, "Terima kasih." Pandangannya kembali terfokus pada pastel yang mulai berubah warna menjadi kecoklatan tersebut.
Yeeun tersenyum juga mendengar itu. Kata terima kasih yang sangat menyentuh hatinya. Bahkan di saat ia tak memerlukan sebuah rasa terima kasih karena sudah menyukai Jungkook, ia malah mendapatkan hadiah yang sangat istimewa. Ya, cinta pria itu untuknya. Semua itu selalu membuatnya tersenyum tanpa alasan dan sesekali jantungnya berdebar kencang dan seluruh tubuhnya bergetar hebat.
"Jungkook?"
Pria itu menoleh, "Hm?"
Yeeun menghela nafasnya dalam, "Kalau aku boleh minta sesuatu, aku mohon jangan pernah berhenti berkata 'terima kasih' padaku." Yeeun tak berani menatap pria di sebelahnya saking merah pipinya, "Aku sangat menyukai kata-kata itu."
Jungkook awalnya hanya terdiam dan memikirkan kenapa gadis itu sangat menyukai kata terima kasih darinya. Namun setelah itu ia hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Beauty at All | +jeon jungkook [re-write]
Fiksi PenggemarCast: Jeon Jungkook (BTS) Jang Yeeun (CLC) Other. Aku benci padanya hanya karena dia mengejekku jelek. Dia secara terang-terangan bahwa aku gadis cupu dan berparas hancur. Mungkin memang iya, tapi dia seakan memberi tahukan nya pada murid satu sekol...