Kata menyakitkan-2

1.4K 77 0
                                    

Aku lelah.

Bangun dini hari, mengerjakan pr.

Berangkat kesekolah, Latihan vocal.

Les, membantu bunda.

Bisakah kalian memberikanku sedikit apresiasi? Hanya itu mauku, sebuah tanda terimakasih atau pujian atas hasil kerjaku.

Aku berguling diatas ranjang. Menatap langit - langit kamar sendu. Sudah hampir seminggu bunda mengucapkan kata - kata itu. Tetapi, semua itu masih saja terngiang dibenakku.

Apakah aku harus merelakan salah satu kegiatanku?

Bukankah begini adanya, dipenghujung tengah semester. Penuh dengan kumpulan tugas, ulangan, hafalan, presentasi dan lain - lain.

Aku tak habis fikir dengan semua ucapan bunda. Bukankah bunda sendiri yang bilang aku tak mempunyai bakat selain urusan rumah tangga? Tetapi, mengapa harus berharap banyak padaku.

Setelah aku berniat memperjuangkan semua usahaku selama ini, mengapa? Mengapa bunda serasa menentangnya. Masih terngiang dibenakku, ucapan menyakitkan bunda.

Hari sudah mulai sore, aku melihat jam tanganku 'pukul 16:44' tanganku sudah gatal ingin mandi. Hari ini aku baru saja pulang, setelah latihan paduan suara.

Jalan serasa melambat, seperti bang irgi yang tak sampai - sampai menjemputku.

Tak berapa lama suara deruman motor terdengar ditelingaku. Mataku mendongkak, terlihat motor sport bang irgi dihadapanku. Ia memberikan helm kepadaku.

"Ayo ra, udah ditunggu bunda dirumah"

Eh?

Aku diam selama perjalanan. Sampai pada rumah pukul 17:08 langit sudah berubah kemerahan. Tanda matahari akan terbenam.

"Ra, kamu kok lama banget sampai rumah. Cepet, nyapu dan nge-pel" aku hanya mengangguk, menaruh tas di kamar dan berganti pakaian.

"Ra, udah belum nge-pel sama nyapunya?"

"Belum bun, ini juga baru mau ra kerjain"

"Lama banget, kalo bunda udah komando kamu harusnya sigap"

Aku menatap punggung bunda yang berlalu dengan sedih. Bang dion, kudengar ia jalan bersama teman sma-nya. Sedangkan bang irgi, entahlah apa yang ia lakukan dikamarnya.

Kembali fokusku kearah kain pel yang ku genggam. Menge-pel secara perlahan dan keseluruhan. Peluh terasa bercucuran, jatuh mengenai punggung tanganku.

Tak berapa lama, semua pekerjaan itu selesai. Rasa lelah tak bisa terabaikan. Aku menjatuhkan tubuhku keatas sofa ruang keluarga. Sampai pada saat..

"Ra, jangan santai - santai. Itu makan malam belum ada"

"Iya bun, ra istirahat dulu. Cape nih"

"Bunda juga cape, walaupun dirumah bunda ga diem aja kali ra"

Aku bangkit dari atas sofa dan berjalan kearah dapur untuk membuat makan malam. Lelah rasanya setiap saat selalu itu saja yang bunda omongkan setiap aku mengucapkan kata lelah.

...

Aku membersihkan bekas makan malam. Rumah terasa sepi saat semua penghuni pergi kekamar. Menata cucian piring kotor, lalu mencucinya.

Seseorang datang, berjalan kearah dia dispenser.

"Kamu kok jadi ga pernah bantu bunda sih ra, sekarang"

Daybreak RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang